Part 12, Mencair.

84 11 7
                                    

Apalah dayaku yang hanya sang pemburu senyumu dari kejauhan.

☁️ ☁️ ☁️

Setelah Alleta sampai di depan halaman rumahnya, dengan cepat ia berlari masuk kedalam rumah, duduk di sofa ruang depannya, berbaring, dan menenggelamkan kepalanya pada bantal yang tersedia di sana.

Ini waktunya ia berteriak atas hal memalukan yang tadi ia lakukan. Mengapa ia begitu menampakan perasaannya pada Rafkha. Bisa jadi Rafkha merasa ada yang aneh dengan sikap Alleta, hingga akhirnya Rafkha memilih untuk menjauh karena risih dengan sikap Alleta. Seperti yang biasa Rafkha lakukan pada fansnya?

Ahh, tidak! Itu buruk. Justru Alleta ingin berada lebih dekat dengan Rafkha. Merubah sikap nakal Rafkha seperti yang selalu di lakukan oleh pemeran dalam novel-novel yang pernah Alleta baca. Apa itu mungkin?

Perasaan berdesir yang tidak berkesudahan saat mengingat seseorang seperti ini, mengingatkan Alleta pada perasaan yang pernah ia rasakan dulu.

Dulu. Saat Alleta menjatuhkan hatinya pada seorang cowok yang ia kira tidak akan pernah meninggalkannya. Ia merasakan perasaan yang sama seperti yang ia rasakan saat ini.

Bara, lelaki yang dulu Alleta puja hingga akhirnya lelaki itu memutuskan untuk menyelesaikan semuanya. SEMUANYA.

Alleta jatuh, terpuruk, ia rasa sudah tidak ada lagi harapan apapun. Rasanya tidak ada satupun kebahagiaan yang akan ia dapatkan untuk hari-hari kedepannya.

Tapi dari perpisahan itu Alleta jadi terbiasa menjadi sosok yang hangat. Seperti Alleta saat di hadapan Bara. Ia nyaman dengan Alleta yang seperti ini. Tidak terlalu memikirkan segala hal. Lebih positive thinking. Dan lebih periang. Dan dengan sikap ini ia memiliki banyak teman sekarang.

Bukan Alleta yang merubah Bara, tapi Bara yang merubah Alleta menjadi orang yang ramah dan hangat seperti saat ini.

Dulu Alleta adalah orang yang pendiam, cuek, sulit bersosialisasi, bahkan sulit bagi Alleta yang dulu untuk mendapatkan teman.

Ia adalah anak perempuan satu-satunya dari orang tua yang selalu mementingkan kesempurnaan. Kedua orang tuanya sangat mementingkan segala hal yang berhubungan dengan peringkat dan penghargaan. Jika Alleta tidak bisa mencapai itu, orang tuanya akan membandingkan Aleta dengan orang lain yang lebih dari dia.

Kasih sayang selalu ia dapatkan. Hanya kosong dari kata-kata perbandingan yang belum ia dapatkan.

Seberapa berjuangnya Alleta untuk mencapai itu, bahkan mencapai peringkat pertama. Tapi, tetap saja akan ada kata bandingan dari orang tuanya. Dan Alleta sangat tidak suka akan hal itu. Seakan-akan mereka tidak menghargai perjuangan Alleta sama sekali.

Dan hadirnya Bara, dia yang memberi semangat saat orang tuanya selalu membandingkan Alleta dengan orang lain. Bara selalu mengingatkan Alleta agar berpikir positif. Saat orang tuanya membandingkan dirinya dengan orang lain, saat itu juga Bara akan meninggikan dan memberi asupan positif pada Alleta. Dia lah kekuatan terbesar Alleta.

Dalam seribu, hanya satu lelaki seperti kamu, Bara.

Jangan terlalu jatuh. Tentu saja. Alleta tahu resiko dari jatuh cinta. Ia sudah pernah merasakan senang bahkan sakitnya. Tapi mengapa sakit pada jatuh cinta tidak membuatnya jera?

Rumah sepi. Pasti. Orang tuanya selalu mengejar peringkat dan penghargaan di perusahaan masing-masing.

Ia hanya akan bertemu dengan orang tuanya pada saat hari libur atau saat sarapan pagi. Ia sudah terbiasa sendiri.

Simposium Rindu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang