[2] Soon.

12.7K 1K 8
                                    


***

”Akh, panas!”

”Argh! T-tolong mati-in api nya!!”

Ali hanya memandang datar laki-laki yang tengah berteriak kepanasan itu. Laki-laki dengan nyali tinggi, yang menantang nya kemarin. Yosu.

”Apa perlu gue siram lo pakai bensin?”

Yosu menggeleng ketakutan, air mata nya tak dapat ia tahan lagi, ini sangat panas. ”Ampun Ali... A-aku minta ma-af..” lirih nya terbata-bata.

Ali menatapi Yosu dengan tajam, kemudian menunduk, memperhatikan beberapa bagian tubuh laki-laki itu yang memerah. ”Jangan pernah lo bela Nerd,   kalau lo sendiri masih lemah, bitch!" desis nya penuh peringatan.

Yosu mengangguk setuju, dan hal itu membuat Ali tersenyum puas. ”Well, lo bisa matiin api itu sendiri!”

”A-ali, ampun...” Yosu ingin berteriak saja, saat mendengar ucapan yang sama sekali bukan harapan nya. Ali~ terlalu kejam.

”ALI!!”

Ali berdiri, lalu memutar tubuh nya. Ia menatap malas perempuan yang menganggu kesenangan nya.

”Lo lagi, Ach? Gue nggak lagi bully si Nerd itu kok. Cuma sedikit main-main aja sama kecebong ini.” ucap Ali dengan santai.

Mata Arish membola tak percaya, sedetik kemudian gadis itu berlari ke arah Yosu yang masih menangis lalu dengan cekatan  membuka seragam sekolah nya yang masih sedikit terbakar.

Ali hanya diam, tanpa membalikan tubuh nya. Mata nya menatap tajam Prilly yang sedari tadi menunduk. Seulas senyum, terpatri di bibir nya, dan itu menyeramkan bagi Prilly.

”Lo udah nggak waras, Ali!” maki Arish emosi.

”Ya, gue itu semua yang lo sebut.” Ali berbicara dengan tenang, namun mata nya masih menatap Prilly seolah siap menguliti nya.

Psychopath!” umpat Arish seraya membantu Yosu yang berdiri tertatih-tatih.

Ali kembali memutar tubuh nya, menatap sinis Arish. ”Jangan pernah campuri urusan kesenangan gue lagi!”

”Kesenangan lo bilang? Lo bisa bunuh orang, kalau lo lupa!” teriak Arish emosi.

Ali tersenyum kecut mendengar nya. Bukan kah itu hal biasa? Arish selalu seperti itu, seolah tidak tahu tabiat nya saja.

”Hah, gue ingat kok.” Ali berjalan meninggalkan Arish, tetapi ia menyempatkan diri untuk berbisik pada Prilly. ”Lo yang selanjutnya, Nerd.

Keringat dingin mulai membasahi pelipis Prilly. Gadis itu menarik napas panjang untuk menghilangkan rasa takut nya.

”Ngomong apa dia sama lo?”

Prilly mengangkat bahu nya, berpura-pura tak tahu. Kemudian, membantu Arish membawa Yosu ke UKS.

Ancaman Ali yang seperti itu... Sudah sangat biasa bagi Prilly.

***

”Gimana nih, lancar?” Kiba menyapa Ali dengan riang.

Ali mendongak, menatapi Kiba yang berada di atas pohon. ”Sakit lo, Kiba! Gue suruh jaga, bukan gelantungan kayak monyet!”

Kejam sekali ucapan nya~

Kiba terkekeh kemudian melompat dari atas pohon. ”Lo cuma marahin gue, nih? Mereka dua nggak?” tanya nya seraya menunjuk dua laki laki yang tertidur.

”Stress gue ngomong sama kalian!” cetus Ali frustasi.

”Kenapa? Belum puas lo?”

Ach sama Nerd ganggu-in gue, lagi!” gertak Ali marah.

”Se-enggak nya, lo udah buat dia nangis, kan?” Kiba mengangkat sebelah alis nya.

”Gue belum puas!!” geram Ali sambil memukul tembok.

”Lo selalu begitu, heran gue.”

”Tapi~ gue ada yang baru,” Ali tersenyum licik saat mengatakan nya.

Kiba menatap Ali penasaran. ”Secepat itu?”

Ali mengangguk puas.

”Wah, gue mau ikut besok!”

Lagi-lagi Ali hanya mengangguk setuju.  Kiba tersenyum miring, sambil menerka siapakah sasaran berikut nya.

***

Prilly memasuki rumah nya yang besar dengan langkah perlahan, rambut nya yang tadi terkepang, di gerai nya agar bisa menutupi luka bakar di sekitar leher nya.

”Prilly?”

Suara bariton itu mengintrupsi Prilly untuk menghentikan langkah nya. Gadis itu menghela nafas berat kemudian membalikan tubuh nya.

”Kenapa, Pi?” tanya Prilly gugup.

”Kok, kamu baru pulang?”

Prilly menunduk tak berani menatap Papi nya. ”Ada tugas dari guru tadi, Pi.” jawab nya pelan.

Papi menatap aneh putri nya itu. ”Yakin cuma tugas?”

Prilly mengangguk ragu-ragu.

”Terus, leher sama tangan kamu kenapa merah gitu? Kayak luka bakar.” ujar Papi,  membuat Prilly tersentak kaget.

Masih kelihatan ya?

Papi menghela nafas kasar, lalu menghampiri Prilly. ”Kamu di bully lagi?”

Prilly menggeleng cepat. Kenapa Papi nya ini selalu tepat sasaran jika sedang menebak?

”Jangan bohong sama Papi. Siapa yang bully kamu?” tanya Papi penuh selidik.

”Bukan siapa-siapa Papi. Prilly capek, mau tidur.” jawab Prilly, lalu berlari menaiki tangga.

”Papi akan ke sekolah kamu, besok!”

Prilly menghentikan langkah nya, menatap Papi nya heran. ”Buat apa? Papi nggak mau aneh-aneh, kan?” tanya nya curiga.

”Nggak kok. Papi cuma mau ketemu sama orang yang berani bully putri Papi.  Sehebat apa sih, dia?”

”Kalau tujuan nya untuk itu, mending Papi nggak usah ke sekolah aku!” sahut Prilly kesal.

”Dan Papi akan tetap ke sekolah kamu,  walaupun kamu larang.” Papi berjalan ke arah kamar nya, meninggalkan Prilly yang mendengus tak terima.

”Aku harus sembunyi besok.”

***

Fuck You, Nerd! (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang