[3] Lousy Blows.

11.2K 1K 62
                                    


***

Brak!

”Dimana kalian sembunyi-in, si Nerd itu!?”

Hening. Tak ada yang berani menjawab,  bahkan sekedar menatap ke-empat laki-laki dominant di sekolah nya.

”Pada punya kuping, kan? Ali nanya tuh!” sembur Deon sambil berkacak pinggang.

”Argh! Bodoh kalian semua!” umpat Ali, lalu menendang pintu kelas hingga semua terkejut.

”Kita pinjam si nerd itu, sebentar oy!” Reno bernegosiasi, yang langsung di angguki Kiba.

Masih belum ada yang menjawab. Ali butuh pelampiasan rasa nya, hingga dengan kesal laki-laki itu menghampiri seorang siswa yang sibuk dengan ponsel nya.

Prang!

Semua terkejut.

Ali menepis ponsel siswa itu, hingga pecah, bahkan tangan nya sudah mencengkram kuat kerah seragam sang Adik kelas sampai ia tercekik.

”STOP ALI!”

Dengan kasar Ali mendorong siswa itu hingga terjatuh, kemudian berbalik menatap tajam orang yang berani meneriaki nama nya.

”Lo lagi, Ach? Nggak bosen ganggu gue? Gue aja bosen di ganggu sama lo.” Ali tersenyum miring menatapi Arish.

Arish menggeram pelan dengan tangan terkepal. ”Bisa berhenti pakai cara banci lo itu?”

”Bukan gue yang banci, tapi mereka nya aja yang lemah.” jawab Ali sinis.

”Kalau lo emang kuat, harus nya lo lindungin mereka, bukan nindas mereka, Ali!” Arish mengatur nafas nya yang mulai memburu.

”Gue dapat apa kalau lindungin mereka?” Ali tertawa kecil melihat semua teman sekelas Arish yang tegang. ”Nggak ada. Rugi. Buang-buang waktu.”

Lalu~ apa nama nya hal yang di lakukan Ali sekarang, kalau bukan buang-buang waktu? Arish menghela nafas kasar. ”Kapan lo berubah?”

Ali tertawa lagi mendengar nya. ”Bosen gue dengar nya. Oh iya, Kemana lo sembunyi-in si Nerd itu?” ujar nya bersedekap dada.

”Yang pasti, lo nggak akan bisa temuin dia.” kini gantian Arish yang tersenyum miring.

”Nggak ada asik-asik nya lo semua!” seru Kiba, sambil menendang pintu kelas.

Ali hanya berdecak kesal, lalu keluar dari kelas di ikuti ketiga teman nya.

”Hidup di masa lalu,” Arish bergumam dengan senyum miring nya.

***

Ali melempari ranting pohon dengan kesal, berulang kali dilakukan nya hingga membuat ketiga teman nya itu bosan.

”Bosen gue liat nya, Li.” celetuk Reno, sambil menyandarkan tubuh nya yang mendadak lemas.

Ali melirik sekilas teman nya itu, lalu kembali melakukan hal yang sama.

”Jangan begitu, Li. Sayang ranting nya.” ucap Deon pelan.

”Berisik lo.”

”Lo bikin gue heran. Gara-gara si nerd itu nggak tau kemana, lo jadi badmood, cinta sama dia, huh?” Kiba tertawa kecil saat menyadari ucapan nya barusan.

”Mustahil.” gumam Ali, seraya berdiri menepuk bongkong nya yang kotor karna duduk di tanah.

”Mau kemana lo?” Reno reflek ikut berdiri menatap Ali heran.

Ali mengedarkan pandangan nya hingga berhenti pada satu titik. Bibir nya mengulas seringai tipis, dan hal itu membuat ketiga teman nya menjadi bingung.

”Beneran gila dia,” Deon bergidik ngeri.

Ali hanya diam tak membalas ucapan Deon. Gairah hidup nya kembali ada saat melihat objek itu.

”Liat apaan, sih lo? Bahagia banget.” Kiba berdiri mengikuti arah pandang Ali.

”Asik, si nerd ketemu!” Kiba berseru senang, membuat Deon dan Reno menoleh dengan cepat.

”Datang-in sekarang, Li.” ucap Reno tak sabaran.

”Ayo,” desis Ali, kemudian menghampiri Prilly dengan semangat.

”Wuhu, liat ada siapa di sini~” Deon bersedekap dada, mendekati Prilly yang  terkejut.

”Kemana lo dari tadi? Nggak mau ketemu sama kita, ya?” Kiba berpura-pura memasang wajah kecewa nya.

Prilly menggeleng takut. Di lirik nya ke sekitar namun hasil nya nihil, tak ada satupun siswa atau pun siswi yang bisa di mintai tolong.

Satu hal yang Prilly ketahui sekarang, diri nya terjebak.

”Udah, lo main sama kita-kita aja...” goda Reno sambil menjawil dagu Prilly. ”Eh, tapi nggak jadi deh, gue ilfeel soal nya.” sambung nya dengan wajah geli, yang di sambut tawa oleh Deon dan Kiba.

Ali hanya diam bersedekap dada, memandangi Prilly seolah menilai. ”Kenapa harus sembunyi, sih? Gue nyari-in lo...” bisik nya parau.

Prilly menggeleng kuat. ”Aku nggak sembunyi, kok!”

”Kan udah ketahuan, kok masih ngelak?” Ali mengelus rambut Prilly pelan, sampai semakin lama, semakin kasar, hingga berahkir dengan jambakan kuat. ”Lo bohongin gue!?” sentak nya sambil menatap tajam pada Prilly.

Prilly menangis tersedu-sedu, menahan perih yang menjalar di kepala nya. Bibir nya terus mengucapkan kata ’maaf’, namun tak di idahkan oleh Ali.

”Maka nya, lo jangan menghindar dari gue!”

Deon, Kiba dan Reno tak tinggal diam.  Ketiga nya mulai membuka kancing seragam Prilly.

”Telanjangin ah~” ujar Reno sambil menyeringai.

”J-jangan.. maaf.. Maaf-in aku!” Prilly menutupi wajah nya yang memerah karna tangis.

”Jangan aneh-aneh! Gue nggak suka liat nya!" Ali menyingkirkan tangan ketiga teman nya yang mulai merajalela.

Kiba tertawa iseng, kemudian mengajak Deon dan Reno untuk berhenti.

Deon mengusap wajah nya, menatap Prilly dengan puas. ”Mau lo apa-in anak orang, Li?”

Ali terkekeh pelan menjawab pertanyaan Deon. Ia mendekatkan wajah nya, ke arah Prilly. Yang di lakukan gadis itu hanya memejamkan mata nya, pasrah dengan apa yang terjadi selanjutnya. Tak lama, ia merasakan ngilu yang teramat sangat di bagian tulang pipi nya.

Bugh!

Ali memukul Prilly dengan kuat, sampai mengakibatkan gadis itu pingsan. Deon, Reno, dan Kiba melotot tak percaya dengan aksi Ali barusan.

Di luar dugaan. Semua tingkah Ali memang selalu di luar nalar manusia.

”APA YANG KALIAN LAKUKAN!?”

***

Fuck You, Nerd! (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang