Cinta Terlarang (Eps 9)

741 26 1
                                    


 
Di penghujung hari yang panas tertinggal senja yang begitu indah, merah merona hiasi suasana saat itu. Saat di mana aku dan Nur duduk berdua di pematang sawah sambil melihat anak-anak remaja asyik bermain sepak bola. Kebiasaan di kampung kami jika musim panen telah usai sawah digunakan untuk taman bermain. Ada yang main sepak bola, ada yang bermain bola voly. Petakan sawah menjadi lapangan dadakan yang tidak kalah nyamannya dengan lapang-lapang permanen. Tanganku erat menggenggam tangan Nur. sesekali kami saling berpandangan tanpa sepatah kata yang terucap. Hati kami berbincang, mata kami bercengkrama dan jemari kami saling menggenggam, seakan dunia ini hanya milik kami berdua. Yang lainnya sewa hehehe.
"Yank, kau lihat di barat sana, betapa indahnya Allah ciptakan mentari yang akan pulang ke peraduannya, setelah sehari full mengelilingi kita. Menghangatkan tubuh kita dan memberikan peluang kita beraktivitas"Kataku sambil melirik Nur.
"Iya ya sayang, seperti indahnya hati kita saat ini"jawab Nur. aku menghela napas panjang. Aku ingin mengatakan semuanya tentang apa yang berkecamuk belakangan ini.
"Yank, kita menjalani hidup seperti ini sudah mau menginjak tahun ke lima. Banyak kenangan yang kita rangkai. Kesenangan, kesedihan, kenikmatan kita lakukan bersama. Entah berapa banyak waktu yang kita lewati, entah berapa kejadian yang kita lakukan dan entah berapa rupiah yang kita habiskan bersama, semua terasa indah bahkan sangat indah. Kau berikan semua cintamu padaku, kau curahkan semua perhatianmu padaku. Sayangku padamu kian dalam. Kita seperti sudah satu tubuh yang tidak bisa dipisahkan. Ketulusnmu untuk mencintaiku begitu dalam aku rasakan. Cintamu yang membuat aku tidak pisah darimu sedikitpun"kataku memulai percakapan untuk menarik benang merahnya. Aku menghela napas.
"Kau lihat anak-anak itu yang saling berlarian, main kucing-kucingan!"kataku sambil menunjuk anak-anak yang sedang bermain. Nur melihat ke arah yang aku tunjuk kemudian menolehku.
"Trus apa hubungannya dengan kita, sayang?"tanya Nur menatapku.
"Kau masih ingat, ketika di lembang pas di ulang tahunku tanggal 18 Maret beberapa tahun yang lalu. Sayang memberikan kejutan yang tidak mungkin aku lupakan seumur hidupku bahkan setelah kematian, kita pernah bersumpah untuk saling mencintai dan menyayangi setulus hati dan segenap jiwa tanpa kebohongan tanpa pemaksaan dan tanpa perselingkuhan. Hubungan kita akan tetap terjalin sampai kita menemukan jodoh kita yang sebenarnya. Kau masih ingat itu, sayang?"tanyaku dengan penuh perasaan.
"Ingat dong sayang, masa aku melupakannya. Hanya kamu yang aku cintai dan aku sayangi sepenuh hati"jawab Nur mantap. Aku merengkuh pundak nur dengan tangan sebelah kanan. Sedikit merangkulnya.
"Yank, aku tahu cinta kita salah, apa yang kita lakukan selama hampir lima tahun ini salah, aku sadar ini tidak boleh kita lakukan. Aku tahu ini dosa besar. Tapi aku tak bisa menentang hati ini untuk mencintaimu. Kita sering bercinta layaknya suami istri. Sayang dan kasihmu merontokkan semua persendianku. Rasaku kian dalam sehingga aku bisa merasakan dengus napasmu, aku bisa rasakan denyut jantungmu dan aku bisa dengar bisikan hatimu"kataku sambil menelan ludah yang terasa pahit. Nur hanya diam mendengarkan semua ucapanku.
"sayang, tolong tatap mata ini!"suruhku sambil memegang kepala Nur matanya langsung melihat ke dalam bola mataku. Nur sedikit mengelak ketika mataku manatap tajam masuk ke kelopak matanya.
"Kau lihat matanu sayang, pernah aku berbohong padamu?"tanyaku sambil menelan air ludah yang kerasa pahit dan sakit di tenggorokan.
"Sayang tidak pernah bohong, Nur bisa rasakan itu. Nur sangat mencintai sayang dengan tulus, tidakkah sayang rasakan?'Nur akhirnya membalas tatapanku.
"Sayang, bisa rasakan betapa sakit dan menderitanya jika kita tahu orang yang kita sayangi dan kita cintai itu berbohong kepada kita, betul kan???"kataku sambil menatap Nur lembut. Nur hanya mengangguk.
"Dulu kita pernah katakan, tidak ada yang perlu kita sembunyikan apapun itu. Ya kan?"tanyaku sambil menatap mata Nur dengan tajam. Nur hanya diam.
"Aku tahu, pasti sayang katakan, sayang tidak bohong. Aku hanya bisa rasakan. Jujur, perhatian sayang, cinta sayang, komunikasi kita tidak berkurang sedikitpun. Bahkan aku gak ingin kita berpisah selamanya"kataku sambil menatap mata Nur dalam.kami diam sesaat.
"Yank, kita pulang yuk! Suadah sore"Kata Nur memecah kesunyian. Aku berdiri mengikuti Nur jalan beriringan di pematang sawah. Kami saling diam. Sesampainya di rumah, aku mengajak Nur duduk di teras sambil minum teh manis anget.
"Sayang, kenapa tadi bilang seperti itu, Nur gak ngerti"Kata Nur sambil menatapku dan tangannya memegang gelas berisi teh manis anget.
"Jujur, sayang tidak menyembunyikan apa-apa?"tanyaku.
"Apa yang aku sembunyikan, sayang... sayang tahu semuanya kan tentang aku"Nur membebela diri.
"Sayang, aku tahu kita salah, cinta kita cinta terlarang. Ini salah dan ini dosa. Tolong dong sayang jangan tambah lagi dengan ketidakjujuran. Karena satu kali kita melakukan kebohongan maka akan ditambah lagi dengan kebohongan-kebohongan yang lain"kataku dengan lembut. Nur semakin kikuk dia hanya diam. Aku mendekatinya kemudian mengajak ke kamar, lalu ku cium keningnya lama sekali dan bahunya aku peluk erat. Aku dapat merasakan hatinya yang berkecamuk. Biasanya aku yang selalu mendapatkan kecupan. Sekarang aku memberi kecupan yang lama dan kutuangkan dengan penuh cinta. Tak lama kedengar isakan Nur. aku tetap menciumnya dan kepalanya aku raih. Ku pegang wajahnya lalu ku tatap matanya yang berlinangkan air mata. Perlahan ku kecup bibirnya sedikit dingin. Kulumat perlahan dan sudah kerasa hangat. Kembali kukecup keningnya.
"Ayo sayang katakan, aku tahu ini akan sangat menyakitkan dan amat menyakitkan tapi itu lebih baik dari pada hatiku sakit setiap kau sentuh tubuh ini rasamu tidak sehangat dulu. Aku tidak bisa dibohongi karena hati kita sudah menyatu"kataku berusaha tegar. Lalu aku tarik napas. Nur memelukku erat sekali seakan tidak mau lepas. Aku membalasnya. Hijabnya aku buka perlahan. Dan kulihat jelas kecantikan Nur yang terpancar auranya.aku tak ingin kehilangan wanita yang aku cintai sepenuh hati tapi aku tidak mungkin berpura-pura tidak tahu jika dia punya yang lain, sekalipun ada alasan yang sangat kuat.
"Kau jalan bersama pria yang waktu itu makan berdua di rumah makan kan?"tanyaku penuh selidik. Nur diam tak menjawabnya.
"Ayo katakan sayang, aku gak akan marah. Demi Allah aku gak akan marah, sekalipun itu sangat menyakitkan". Tangis Nur semakin menjadi. Aku iba juga dibuatnya.
"Ya sudah, gak usah dijawab sekarang. Tapi aku mohon jangan pernah berbohong sekalipun itu pahit" Tiba-tiba Nur memelukku erat sekali. Aku membiarkannya.
"Sayang, aku sangat mencintaiku melebihi diriku sendiri. Aku sangat menyayangimu dengan tulus. Aku gak tahu jika aku berpisah denganmu sayang. Tolong pahami aku"Kata-kat Nur mengiba. Aku menarik napas dan balas memeluk Nur. aku menciumnya dan kulumat bibirnya dengan mesra. Kupegang telinganya dan kuusap-usap kemudian ku cium kembali.
"Sayang, sudahlah kita bicarakan lain kali jika sayang sudah siap. Bentar lagi maghrib kita sholat berjamah ya!"ajakku sambil berdiri. Nur melepaskan pelukannya. Dia merasa bersalah yang teramat sangat.
Setelah wirid sholat maghrib Nur mengakuinya dan mengatakan yang dia sebut sahabat waktu kuliah itu sebenarnya laki-laki yang djodohkan orangtuanya untuk dia. Aku merasa disanbar petir di siang hari, bagaikan layang putus dari benangnya dan bagaikan langit tertutup awan. Hatiku hancur berkeping-keping. sekalipun aku sudah tahu. Sejak Nur kenal dengan pria itu rasanya ada yang kurang sekalipun hanya beberapa persen. Sengaja aku sembunyikan perasaan itu menjaga perasaan Nur juga perasaanku. Aku tak bisa berbicara lagi. Bibirku bisu dan lidahku kelu. Aku duduk terdiam beberapa saat, dunia seakan mati berputar. Dan tiba-tiba kamar kelihatan gelap. Sayup-sayup aku mendengar suara Nur menjelaskan kronologinya. Aku tidak bisa mendengar semuanya. Semuanya menjadi gelap dan aku tak sadarkan diri. Nur panik setengah mati. Dia teriak histeris meminta tolong dan beberapa saat kemudian aku pun kembali tersadar. Tatapanku berkunang-kunang. Nur membelai wajahku dan mengecup keningku dalam banget. Air mata Nur terus mengalir. Dalam tangisnya berulang-ulang dia minta maaf. Aku hanya diam, perlahan ku angkat tanganku dan menggapai wajah Nur dan mengelusnya.
"Gak apa-apa sayang"kataku pelan. Dan aku tak bisa membendung air mata. Kami berdua menangis pilu. Saling berpelukan.
"Sayang, sekalipun nanti aku menikah kita akan sama seperti ini"aku hanya tersenyum miris mendengar ucapan Nur. Nur membenamkan kepalaku dalam pelukannya. Nur menangis sejadi-jadinya. Kami berpelukan sampai tertidur pulas. 


(bersambung)  

Cinta TerlarangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang