Cinta Terlarang (Eps 7)

875 30 4
                                    



Udara Lembang Bandung dingin menggigit seakan merasuk ke tulang sum-sum. 5 hari aku sudah ada di sini dengan setumpuk tugas yang harus kuselesaikan. Kupandangi hambaran tanaman sayuran yang kelihatan hijau dan segar. Sesekali kuseruput secangkir kopi yang disediakan pihak hotel. Kupandangi handphoneku. Nur belum menghubungiku. Marahkah dia sudah 5 hari tidak menghubungiku sama sekali. Khayalku menerawang jauh ke sana ke tempat di mana aku dan Nur menghabiskan waktu bersama. Terlihat senyumnya yang manis dan belaiannya yang lembut serta perhatiannya yang super banget. Kuucap wajahku, kemudian ku tatap kembali pemandangan alam yang begitu indahnya. "Nur, andaikan sekarang kau ada di sini betapa bahagianya aku menghabiskan waktu bersamamu di udara yang dingin ini"gumamku sambil membetulkan switer yang kukenakan dan sal yang melingkar di leher. Sengaja aku menjauh dari rekan kerjaku, aku membiarkan diri sendiri tenggelam dalam kesendirian. Tawa canda mereka tidak membuatku terhibur. Padahal perpisahan kami baru 5 hari. Yang kurasakan bagai sewindu. Kupandangi foto Nur dalam Hpku kemudian kukecup. Entah kenapa rasa ini semakin kental dan semakin dalam. Di setiap penglihatanku hanya ada satu nama yaitu Kamila Nurhasanah.
Ingin rasanya aku menyelesaikan tugas ini dengan cepat. Ingin cepat kembali merasakan hangatnya pelukan sang bidadari pelipur laraku."Nur, ayo cepat telepon, aku sebenar lagi masuk dan hpku akan aku matikan. Ayo sayang telepon...!!!"pintaku dalam hati. Sampai kegiatan dimulai Nur tidak juga telepon. "Ada apa, Nur?".
Akupun melanjutkan mengikuti kegiatan Bimtek tersebut dengan kurang konsentrasi, mau apalagi toch kenyataannya separuh hatiku menyusul ke Nur yang sedang bekerja di tempatku tinggal. Sewaktu istirahat, aku sempatkan telepon. "npmpr yang anda hubungi sedang tidak bisa dihubungi, tunggu beberapa saat" operator berulang-ulang mengucapkan kalimat itu. Kucoba lagi jawabannya tetap sama, yang jawab operator. Sepulang dari Bimtek sambil nunggu makan malam kuhubungi lagi dan jawabannya sama. Hatiku gelisah tak karuan. Ku coba lagi yang jawab operator. Kukirim pesan lewat WA dan BBM tanda silang. "Astaghfirullah Nur, kemana dan kenapa??? Aku sangat panik, sedangkan Bimtekku dua hari lagi. Betapa tersiksanya aku. "Ya Allah, kenapa dengan Nur??? Jagalah dia Ya Allah. Hamba mohon jagalah dia!!"pikiranku kacau dan tidak karuan. Air mata tidak terasa menetes tiada hentinya. Sesekali kuseka tapi tetap mengalir dan pedih di tenggorokan. "Nur kemana kau sayang, aku rindu kamu sayang. Jangan tinggalkan aku sayang"rintihku dalam hati. Hatiku semakin nyesek. Ini hari yang ke enam aku di Lembang. Tanpa ada kabar dari Nur.
Acara penutupan Bimtekpun selesai. Aku dan rekan sedaerahku sudah masuk ke dalam mobil dari dinas. Dengan wajah lesu, aku masukan barang-barangku bahasi mobil. Selain pakaian aku juga bawa laptop dan printer jadi harus hati-hati nata barangnya.
"Barang-barang sudah masuk semua?" tanya pak Aning.
"Sudah kayanya, ayo kita siap berangkat"jawab Pak Hadi. Kebetulan aku wanitanya. Kami bertiga dari perwakilan kecamatan yang berbeda pula. Mobil sudah distater. Tiba-tiba Hpku bunyi. Ketika ku lihat ternyata Nur yang telepon. Hatiku serentak sorak.
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam sayang, coba sayang lihat keluar mobil sebentar!" jawab Nur. Aku kaget setengah mati. Ternyata Nur berdiri percis di samping mobil yang aku naiki.
"Pak Aning maaf, jangan dulu berangkat. Ada temanku di luar"kataku sambil membuka pintu mobil. Aku keluar dan tidak tahan langsung peluk Nur erat sambil nangis.
"Sayang, jahat. Kenapa selama 8 hari hpmu tidak bisa dihubungi?"
'jawabannya nanti saja ya sayang, sekarang keluarkan barang-barang sayang. Dan minta izin sama rekan sayang dan naik ke mobil itu"kata Nur sambil menunjuk mobil warna merah.
"Ok dech"
"Pak Anng, Pak Hadi maaf ya, aku gak ikut kalian. Temanku ternyata sengaja menjemputku tanpa bilang dulu"
"Ya gak apa-apa, Bu. Beneran nich mau pindah mobil?' Ntar kepala Dinas nanyain saya kalau anak buahnya diculik, bagaimana?"Pak Hadi berkelakar.
"Ya Bu, saya tidak tanggungjawab lho kalau ibu hilang"Pak Aning ikut menimpalinya.
'Bidang ke kepala Dinas kalau anak buahnya diculik wanita cantik" Nur ikut berkelakar juga.
"Saya mau atuh diculik kalau sama wanita cantik mah"kata pak Hadi sambil mengeluarkan barang-barang saya.
"Ya Pak, Cuma tinggal kita berdua dech....wah gmana ini teh masa jeruk-makan jeruk" kembali pak Hadi bercanda. Setelah pamitan, aku naik ke mobil yang dibawa Nur dan mobil Pak Aningpun berangkat. Ada banyak rindu di dadaku yang bikin aku nyesek. Setelah kami duduk di mobil, aku menatap Nur penuh tanya dan Nur menatap aku penuh rindu. Senyumannnya mengembang. Tatapan mata Nur menembus hatiku yang paling dalam.
"Bismillahirrohmanirrohiim" kata Nur sambil menstater mobilnya. Aku tdak kuat menahan kata.
"Kenapa sayang hpnya tidak aktif?" Nur tidak menjawab. Dia hanya tersenyum saja,
"Sehat kan???" tanyaku lagi. Nur tetap diam dan hanya menjawab dengan senyum saja.
Aku terus bertanya tetapi Nur hanya diam dan diam saja. Akhirnya tangisku pun meledak.
"Berhentiiiiiii!!!!"teriakku. Nur hanya senyum, dan kemudian terus melanjutkan perjalanan. Aku akhirnya diam juga dengan sejuta kesel dan kecewa. Tiba-tiba mobil berhenti d sebuah Hotel Takasimaya. Lalu Nur menyuruh resepsionis menurunkan barang-barang aku. Sambil tersenyum Nur memeluk bahuku dan menuju sebuah kamar. Ternyata Nur telah memesan kamar. Ketika pintu di buka, kamar gelap.
"Sayang, pejamkan matamu sebentar saja ya!" aku mengikuti suruhan Nur.
"Sekarang tolong buka matanya!"ketika aku buka. Subhanaallah sebuah kejutan Ada kue Tar dan lilin sejumlah usiaku serta musik romatis.
"Selamat ulang tahun istriku tercinta" kata Nur sambil mengecup keningku. Aku menangis terharu dan bahagia. Ruangan itu dipenuhi bunga mawar dan sedap malam. Sedap malam adalah bunga kesukaanku. Aku memeluk erat. Seakan tidak ingin terlepaskan lagi. Lagu romantis mengalun syahdu. Nur kemudian mengajakku berdansa. Kami berdansa dan tatapan kami saling berbicara sejuta makna. Kusandarkan daguku di pundak Nur. dan memang kenyataannya Nur 15 cm lebih tinggi dari aku. Satu lagu sudah kami lewati.
"sayang, ayo kita potong kuenya!: ajak Nur. aku nurut saja. Sebelum pemotongan kue aku berdoa dulu, semoga hubungan kami langgeng. Aku menyuapi Nur dan sebaliknya Nur juga menyuapiku. Setelah itu Nur mendekatiku dan sangat dekat.
"sayang, apa yang sayang tadi pinta?"
"mau tau atau mau tau banget??? Rahasia dong. Pamali kalau permohonan diucapkan" kataku sambil tersenyum.
Nur menatapku penuh rindu, akupun sama. Aku sangat tersiksa karena ketiadakabar dari Nur. kami saling menatap dan mendekat, kemudian aku memejamkan mata ketika bibir kami bersentuhan. Kutuangkan semua rasa rindu itu. Kutuangkan semua rasa cinta. Saling berpelukan erat kami tidak bisa berucap hanya sesekali terdengar desahan. Tidak lama kemudian terdengar suara adzan maghrib. Kami saling melepaskan pelukan. Tiada terasa hijab kami sudah terlepas. Kami saling tukar senyuman.
"Terima kasih ya sayang"kataku sambi mengecup kening Nur. aku dan Nur mandi bergantian dan sholat berjamaah. Setelah sholat Nur baru menjelaskan mengapa Hpnya tidak bisa dihubungi. Itu memang ada unsur kesengajaan. Dan dia sudah memesan Hotel sesuai keinginannya. Pihak hotel hanya tau itu untuk acara ulang tahun seorang sahabat.
Waktu isya pun sudah tiba dan kami sholat berjamaah. Hingga pagi menjelang kami tidur pulas saling berpelukan. Dingin yang delapan hari aku rasakan tidak terasa lagi karena ada selimut hidup bidadari perkasaku berhijab syar'i.
"Sayang, sudah pagi ayo bangun"Kata Nur membangunkan aku lembut.
"Memang jam berapa?"
"Jam 3 sayang" Jawab Nur sambil tersenyum. Aku menggerakan tubuhku yang serasa lemas. Maklum selama delapan hari kurang tidur dikejar target. Aku perlahan membuka mata, dan kulihat wajah Nur sudah percis di depan wajahku. Aku tersenyum.
"Met pagi sayang..."ucapku.
"Yank, tidurmu pulas banget, cape ya??"tanya Nur. aku hanya mengangguk.
"Makanya aku gak berani ganggu. Sekarang gimana sudah enakan?tanya Nur. aku mengangguk.
"Kalau aku pengen boleh, gak?" aku hanya mengangguk, jujur aku juga rindu sekali.
"Benar sayang, boleh?" kata Nur suaranya terdengar gemetar. Belum juga aku menjawab mulutku sudah dikunci oleh lumatan Nur. aku menggelinjal dan ntah apa yang terjadi hening kembali tidak terdengar suara lagi kecuali desahan saling memburu. Tubuh kami saling mengejang dan kemudian lemas.
"Makasih ya sayang"Bisik Nur di telingaku. Aku hanya tersenyum puas. Nur mengecup keningku. Lalu aku tertidur di lengan Nur dan kami kembali tertidur pulas hingga pagi menjelang.Sebelum pulang ke kotaku kami sempat mengucap janji, apapun yang akan terjadi kami selalu setia dan bersama kecuali kami menemukan jodoh yang sesungguhnya. Kami harus saling mengikhlaskan sepahit dan sepedih apapun. 


(bersambung)  

Cinta TerlarangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang