09 | Pendaftaran Komunitas

79 13 1
                                    

━━━━━🎈━━━━━

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

━━━━━🎈━━━━━

Pangeran menyeringai memandangi papan yang tingginya setara dengan tubuhnya. Kemudian, jari telunjuknya mengetuk-ngetuk salah satu foto dari sekian banyak foto yang tertempel dengan seutas benang merah yang terhubung menyebar dari foto satu ke foto lainnya.

"Lo... bermain api dengan orang yang salah," desis Pangeran sambil terkekeh rendah. Kilasan ingatan melesat jelas dalam kepalannya.




.


Malam itu, setelah acara memeriahkan Hari Raya Kenaikan Tuhan sekaligus pergantian posisi pasangan spiritual. Tidak ada suasana suka cita seperti yang diharapkan. Tidak sebahagia dua tahun lalu seperti yang  diceritakan. Tidak ada atmosfer hangat seperti yang khotbahkan.

Tahun ini seperti kegagalan. Kegagalan yang membuka lebar mata Pangeran. Iblis berwujud manusia itu nyata.


"P-Pangeran.. a-akh—"

Wanita itu setengah mati menahan sakit yang menjalar dari perutnya. Gaun putih yang dia kenakan sudah tersobek-sobek, terpampang jelas goresan-goresan yang menganga lebar di sekujur tubuhnya. Namun, luka terparahnya terhunus dalam perutnya.

Pangeran yang tidak tahu apa-apa, mematung terkejut akan kedatangan wanita itu dalam kamarnya.

"Sem-sembunyi.. sembunyi dan jangan pernah keluar,"

Wanita itu berjalan sempoyongan kearah Pangeran dengan tangan terus menekan pada perut untuk menahan pendarahan lukanya.

"A-Aunty.." Pangeran benar-benar tidak bisa bergerak, bahkan mengeluarkan suara saja sangat sulit dilakukan.

Wanita itu tiba-tiba menarik kerah Pangeran. Nafas Pangeran tercekat ketika darah itu menempel di  permukaan kulitnya. Terlalu mendadak, terlalu nyata, Pangeran tidak siap menyaksikan pemandangan mengerikan ini.

Pangeran ditarik ke dalam lemari bajunya. Wanita itu mendorong paksa masuk tubuh Pangeran ke dalam. Lalu, dia menatap dalam-dalam mata Pangeran.

"Di-diam dan tetap sembunyi apa pun yang terjadi," peringat Aunty-nya itu.

Pangeran melihat luka serta mata Aunty-nya bergantian dengan raut pias. Apa yang terjadi? Siapa yang melakukan ini? Kenapa Aunty menyuruh Pangeran bersembunyi?

Pertanyaan demi pertanyaan terus terlintas dalam benaknya. Namun, seperti mendadak bisu, Pangeran tidak sanggup bertanya selain menatap nanar Aunty-nya. Bahkan tanpa ia sadari air matanya telah mengalir deras.

"Aunty—eng... gak bakal biarin mereka tahu tentangmu. Jadi kamu har—"




Duk! Duk! Duk! Duk!




Pangeran Kegelapan [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang