Mirror, Mirror on the Wall

3K 407 17
                                    

[Disclaimer: all characters are not mine, but the plot are—totally]

[Warning: Dark Fantasy, M Rated, Top Jimin with Bottom Yoongi]

.

.

.

Dia berlari, melewati koridor berkelok. Tak tau kemana akan menuju, berbekal rasa panik, adrenalin melonjak, ia terus berlari—hingga sebuah pintu terpampang nyata di depan matanya, tanpa ragu ia buka.

Detik berikutnya, tubuhnya terhempas jauh.

.

Dia tak sendirian dalam ruangan itu.

Sebuah ruangan dengan sebuah sofa panjang, dimana dia terduduk diatasnya. Membeku, memandang lurus ke depan. Sebiji apel tergenggam ganjil di tangannya.

Seseorang berada di belakangnya, pula terdiam. Membiarkan entitas diatas sofa itu tetap memandang kosong entah apa dihadapannya—hingga pintu itu terbuka.

Dia yang terduduk menoleh, namun yang dilihatnya hanyalah sebuah telapak tangan menutupi lapang pandangnya.

"Siapa?"

"Kau tak perlu tahu, aku milikmu. Ingat?"

[a scene from BST—Japanese vers.]

.

.

.

.

Dia berdiri tak acuh, menunjuk asal sebuah kotak berisikan beberapa batang dosa. Gugup, pramuniaga muda itu mengambil kotak yang dia tunjuk. Menjumlahkan semua harga yang telah orang itu beli dengan tangan gemetar.

Dia, siapa yang tak mengenalnya. Seorang pria muda berkelas, berkantong tebal dengan harta kekayaan dimana-mana.

"Park Jimin-ssi, uang kembalian anda—"

"Ambil saja, aku tidak butuh."

Paras bak dewa Yunani, tak ada yang mampu menolak pesonanya. Pria, wanita; semua tunduk, hanya mampu menerima pasrah dominasi yang ditawarkan pemuda Park. Bermain dengan orang-orang semacam itu sudah menjadi rutinitasnya, permainan orang dewasa tentunya. Permainan penuh nafsu birahi, desahan, dan pencapaian puncak yang luar biasa.

Tak ada yang menduga, dia bahkan belum memasuki usia duapuluh—nyaris. Masih terbilang belia, masih memerlukan bimbingan dari orang yang lebih tua.

"Tuan Muda Park, kata Nyonya Besar—"

"Diamlah, aku tak peduli."

Dia menaiki tangga rumahnya, tak menghiraukan rombongan pelayan sibuk membersihkan sisa-sisa kekacauan yang baru saja ia perbuat. Seorang Park Jimin tak pernah peduli.

Prinsipnya, untuk apa ia peduli ketika bahkan ia tidak dipedulikan?

Rumah itu besar, ramai—penuh dengan para pelayan yang mengurusi tugas rumahnya masing-masing, megah dan mewah, hanya saja terasa kosong.

Sugar Rush; Oneshots [MinYoon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang