PROLOG

26 7 1
                                    


Suara mesin pendetak jantung dengan konstan berbunyi di ruang yang sunyi ini. Menandakan bahwa diruangan ini terdapat makhluk hidup yang bernapas, berdetak jantungnya, namun matanya masih tertutup. Entah kapan ia akan membuka matanya. Mungkin bisa esok lusa, minggu depan, bulan ini, atau satu tahun lagi. Bahkan bisa tak terbuka. Hush! Semua masih berharap ia akan membuka matanya.

Mereka melihat kearahnya. Banyak pikiran yang berkecamuk di kepala mereka. Seperti, bagaimana jika ia tidak ingin bangun. Bagaimana jika ia terlalu asik dengan dunianya. Bagaimana jika kami kehilangannya. Sungguh, pastinya kami tak akan sanggup.

Hei! Bangunlah, mereka masih membutuhkanmu.

Wajahnya yang chubby kini makin menirus. Rautnya pun terlihat pucat pasi. Biasanya yang selalu ceria kini hening. Rambut hitamnya terurai layu di bahunya. Banyak selang-selang serta kabel yang singgah di tubuhnya. Entah untuk apa itu semua.

Masih sama. Semua mata tertuju padanya. Mereka mencoba untuk menahan tangis. Mereka tidak ingin memperlihatkan kesedihan didepannya. Mereka harus tegar. Jika mereka tegar pastinya ia pun akan tegar.

Salah satu dari mereka mencoba mendekatinya, memegang tangannya yang dingin, dan mulai menggenggamnya. Banyak harapan dalam genggaman tersebut. Berharap genggaman tersebut akan dirasakan olehnya dan bisa membuatnya terbangun.

Kemudian satu persatu mendekatinya lagi. Seseorang mencoba untuk menyentuh pipi dari pasien yang sedang terbaring lemah dan mulai mengusapnya. Di tatapnya lekat-lekat muka pucat itu. Kini matanya mulai memanas. Cairan yang terkumpul mulai memudarkan pandangannya. Ia pun mulai menangis.

Sungguh dia sudah tak sanggup lagi. Air matanya kini sudah mengalir. Dia pun langsung melepaskan tangannya, dan langsung menutup wajahnya. Karena, dia tidak ingin terlihat menangis didepan orang tersebut.

Yang lainnya pun juga sudah tak sanggup menahan kesedihan. Meskipun mereka sudah mencoba untuk tetap kuat dan tegar, tetapi semua akan runtuh jika melihat keadaan ia yang masih saja terbaring lemas di tempat tidur.

Ini sudah yang kesekian kalinya mereka datang kemari. Entah sudah berapa kali. Mungkin sudah tak bisa dihitung dengan jari lagi. Harapan mereka pun selalu dihantui oleh keputusasaan. Sebesar apapun mereka berharap, semakin besar pula harapan mereka pupus.

"Ya! Bangun! Kenapa sih lo betah banget tidur?! Gak capek apa?!" bentak seseorang seraya suaranya mulai bergetar. "Lo gak bosen apa? Lo gak kangen kita apa? Ha?! Gue bosen kesini mulu. Gue bosen liat lo tidur mulu. Gue bosen ngomong sendirian mulu. Lo tau kan kita gak suka tempat ini. Kenapa sih lo selalu buat kita kesini" Isak tangisnya pun mulai terdengar. Kini, seisi ruangan mulai di penuhi oleh kesedihan.

"Udahlah. Gak ada gunanya juga ngomong sama si keras kepala ini. Kayaknya dia gak mau ketemu kita lagi," ujar seseorang yang lain dengan suara paraunya.

Sudah empat bulan lamanya ia terkujur Kaku di bangsal rumah sakit. Semenjak kejadian yang mengenaskan itu, ia tak sadarkan diri. Dokter bilang ia mengalami koma. Entah koma yang sangat panjang atau hanya sebentar. Yang jelas keadaanya kini sedang diambang jurang. Antara hidup dan mati.


###

Hallo, Readers...

Cerita ini adalah fanfict pertama yang aku buat. Dengan penuh drama, air mata, dan juga waktu yang lama buat bikin cerita ini doang :') /lebay/ tapi ini seriusan loh.

4 bulan lamanya cerita ini gak ending-ending, dan cuma di simpen di folder doang. Sekarang aku coba buat publish di wattpad. Entah nantinya ada yang baca atau enggak, ada yang suka atau enggak, yang terpenting aku udah berusaha untuk mempublish cerita ini. Setidaknya agar aku tidak menyerah ;') /apasih/

Aku berharap cerita ini ada yang baca dan kalian suka amiiin:)

Tolong share dan kasih bintang ya kalau bisa hehe..

kalau kalian suka dengan cerita ini, dan mau ngasih kritik saran, kalian bisa komen kok ;)

Terima kasih yang udah membaca, love yu:)

Next Chapter

DREAM OF YOUWhere stories live. Discover now