CHAPTER 5

4 1 0
                                    

(Alma PoV)

Ini sudah yang ketiga kalinya aku bangun dari tidur. Hari ini aku tak punya semangat untuk bergerak. Bahkan aku tak punya semangat untuk hidup. Mungkin ini terlihat lebay, tapi memang begitu kenyataannya. Pasti kalian pernah merasakan apa yang aku rasakan. Ditinggal saat lagi sayang-sayangnya.

Entah emosi apa yang sedang merundungi kehidupanku ini. Aku tak punya gairah untuk beraktifitas. Aku hanya ingin tertidur pulas dan berharap ketika bangun semua ini hanya mimpi, dan rasa sakit ini akan hilang. Rasa sakit yang telah menggeluti hatiku selama dua hari ini.

Rasanya aku layak dikatakan seperti panda. Mataku bengkak, dan lingkaran hitam di mataku pun terlihat pekat. Tak ketinggalan rambutku pun terlihat seperti sapu ijuk-kusut. Wajahku pun kusam, dan aroma tubuhku pun tak sedap untuk di cium.

Lihatlah diriku, aku seperti seseorang putus asa yang tinggal di tempat sampah. Iya tempat sampah. Karena kamar ku kini berantakannya bukan main. Buku-buku berserakan, baju berserakan, dan tisu bekas ingus ku pun berserakan.

Jika kalian ingin bilang aku adalah wanita yang menyedihkan, silahkan. Aku memang wanita yang menyedihkan, dan lebih menyedihkan lagi, kini ketiga sahabatku sedangkan menyaksikan semua ini. Mereka sedang memandangi kesedihanku. Memandangiku dengan pandangan yang menyedihkan. Sungguh, aku tak sanggup lagi. Aku tak ingin mereka melihatku seperti ini.

Mereka terpaku didepan pintu kamar seraya melihat kondisiku sekarang. Pandangan kami beradu. Terlihat banyak pertanyaan yang tersirat dari mata mereka, dan tanpa sadar air turun dari mataku, air itu mengalir perlahan membasahi pipiku, dan tak butuh waktu lama air itu mengalir semakin deras, dan aku pun mulai terisak.

Aku tidak kuat lagi. Aku tak bisa menahannya sendiri. Aku butuh mereka. Butuh ketiga sahabatku untuk berbagi rasa ini.

Mereka berlari kecil menghampiriku, lalu Aca segera memelukku. Tangisanku kini pecah dipelukannya. Saat ini mereka lah yang kubutuhkan.

Mereka mencoba menenangkanku dan menghiburku. Mereka melakukan segala cara agar aku berhenti menangis dan bisa tertawa. Ada saja hal konyol yang mereka lakukan. Terutama Mici, ia selalu melakukan hal konyol. Bukan. Ia memang sudah konyol. Mereka bertiga memang konyol.

Mereka sangat melengkapi hidupku. Aca si perhatian, ia yang selalu merangkul dan memelukku ketika aku sedih. Kei si penasihat, ia yang selalu memberikan solusi ketika aku butuh saran. Mici si penghibur dan sang jagoan, ia selalu menjadi obat dikalaku sedih dan pembela saat ada yang menggangguku. Aku bahagia memiliki mereka. Meskipun aku suka kesal dengan mereka.

Bahkan mereka tidak bertanya "Aku sedang kenapa" yang mereka tanyakan justru "Apakah aku sudah baikan". Mereka memang tau yang kubutuhkan saat ini adalah hiburan.

Bukannya aku tak ingin bercerita kepada mereka. Tapi setiap aku mengingat kata-kata yang Suga ucapkan saat itu bikin hatiku teriris lagi. Aku ingin memulihkan rasa sakit ini terlebih dahulu. Baru bercerita kepada mereka.

"Al, mau ice cream gak?" Tanya Mici yang sedang rebahan di sebelahku seraya memainkan ponselnya.

"Mau," ujarku dengan suara parau.

"Nih buat lo," ujar Mici seraya menunjukan layar ponselnya kehadapanku. Dalam layar ponsel tersebut terdapat gambar ice cream yang menggairahkan tenggorakan.

Aku yang melihat tersebut langsung memasang muka bete. Aku pikir dia benar ingin membelikanku ice cream, ternyata ia hanya meledek saja. KESAL!

Mici hanya menyengir, dan itu membuatku tambah gondok. Rasanya aku ingin menimpuknya dengan bantal, tapi aku sedang tidak bersemangat. Beruntung kau, Mici, malam ini!

DREAM OF YOUWhere stories live. Discover now