#Finally - Perjuangan keluar

197 17 7
                                    


Mita, Liana dan Kanya pun sontak menjadi bingung. Situasinya membuat mereka merasa takut dan khawatir.

Bagaimana mereka tidak takut, sekarang mereka sedang terkepung oleh ratusan zombie mengerikan itu. Benar-benar berada di ambang kematian.

Meski begitu, mereka teringat bahwa sudah membawa beberapa senjata dalam ransel masing-masing.

Mereka mengambil senjata masing-masing dari dalam ransel.
Kini senjata telah dalam genggaman masing-masing. Terlihat Mita memegang sebuah pistol, Liana menggenggam sebilah pedang ukuran sedang yang tajam, sedangkan Kanya membawa sebuah golok tajam ditangannya.

Zombie itu benar-benar semakin dekat, membuat suasana semakin tegang dan merasa waspada.

Mita bersiap mengangkat tangannya ke arah depan lalu dengan tegak dan yakin mengarahkan pistolnya, membidik kemudian dilepaskannya peluru dan berbunyilah "Dorr..". Tembakan dilesatkan tepat menuju ke kepala zombie.

Mita terus menembak, sembari mereka bergerak dan melangkah cepat menuju gerbang Kota Mati agar agar bisa pergi dari Kota mengerikan itu. Mita berjalan ditengah menuntun dua sahabatnya itu.

Di sisi kanannya ada Liana dan di kirinya ada Kanya. Sementara Mita menembaki Zombie didepannya, Liana dan Kanya menebas Zombie di samping mereka untuk membersihkan jalur pergerakan. Setelah beberapa saat berperang dengan keadaan gila tadi, jalur sudah bisa dibilang lumayan bersih dari para zombie.

Setelah jalur pergerakan dikira cukup bersih untuk di lalui, mereka pun berlari sekencang-kencangnya. Sekuat tenaga mereka berlari, agar mereka bisa tiba di gerbang sebelum dihadang lagi oleh para zombie mengerikan dan tidak waras itu.

Namun ternyata, saat mereka menampakkan dirinya lagi saat ketiga sahabat itu hampir tiba di depan Gerbang.

Sangat merepotkan. Para makhluk jadi-jadian itu sekarang ada di belakang mereka! Makhluk itu muncul lagi! Para zombie baru yang nampaknya akan mengejar mereka dengan brutal!

Mereka memang sudah tinggal selangkah lagi untuk tiba di gerbang, namun tiba-tiba.. "Blaaamm!!" . Bak dihantam oleh tangan raksasa, gerbang itu tertutup sendiri dengan kencangnya. Mereka sangat terkejut, dan semakin tegang. Membuat jantung semakin berdebar!

Situasi saat ini sungguh membuat mereka bingung. Mencoba berpikir cepat, bagaimana cara agar bisa cepat keluar dari tempat laknat itu sekarang. Mereka benar-benar harus berpikir cepat karena sekarang para zombie itu sudah sangat dekat sekali! Membuat Kanya menjadi ketakutan dan Liana semakin tegang, sementara Mita masih terus memikirkan jalan pintas meski ia juga sedang ketakutan.

"Mita, ayo cepat berpikirnya! Aku takut banget nih!" Seru Kanya.

"Iya, Mit! Buruan mikirnya dong! Kamu gak liat tuh Zombie udah pada dekat? Please Mit, Please!" Liana mengoceh dan tegang.

"Eh, kalian diam dong! Jangan ngoceh terus, Aku ini dari tadi lagi mikirin gimana kita keluarnya!" Jawab Mita.

"Ya udah jadi gimana? Mita!" Kata Liana dan Kanya.

"Kita manjat pagar gerbang ini aja! Gak usah protes ikutin aja kalo kalian gak mau mati konyol dimakan Zombie!" Jawab Mita.

Liana dan Kanya pun mengikuti perintah Mita untuk memanjat pagar gerbang yang cukup tinggi itu, sementara itu jarak para zombie yang mengerikan tadi hanya tinggal hitungan kurang dari tujuh meter.

Liana naik memanjat pagar gerbang lebih dulu, disusul oleh Mita. Terakhir giliran Kanya yg memanjat. Kanya sudah sampai diatas pagar tapi tiba-tiba ia berteriak. Rupanya ada satu zombie dibawah yg berhasil menjangkau dan memegangi kakinya! Ia pun mencoba melepaskannya dengan menendang-nendang tangan zombie itu. Mita dan Liana pun menolong Kanya agar kakinya lepas dari genggaman zombie itu, sebelum zombie-zombie lainnya muncul. Mita melihat ada balok kayu cukup kuat didekatnya, dia mengambilnya lalu menyodokannya kearah zombie itu lewat celah pagar. Zombie itupun terjungkal, sehingga genggamannya terlepas dari kaki Kanya. Lalu Kanya pun bergegas memanjat hingga ke sisi lain gerbang dan Liana membantunya untuk turun.

Mereka pun sudah berada dibawah, di sisi luar kota gila itu. Sedangkan di sisi dalam gerbang sudah terlihat banyak zombie berdesakan seakan ingin meledak keluar, namun untungnya pagar gerbang amat kokoh sehingga tak dapat ditembus oleh mereka.

Ketiga sahabat itu pun bergegas berlari menjauh pergi meninggalkan Kota malapetaka itu. Mereka melewati jalan yang awal yang tadi dilewati saat pergi ke Kota Tua tadi, dan akan pulang.

Mereka bertiga pun harus kembali menyusuri jalan setapak yang cukup jauh, lalu mendaki gunung yang terjal, serta menelusuri hutan terlarang lago hingga akhirnya mereka sudah sampai didekat sungai.

Mereka akan menyebrangi sungai dengan menggunakan perahu yang mereka pakai saat menyebrangi sungai saat pertama kali. Untungnya perahu itu masih ada disana, karena tadinya sudah diletakkan di tepi sungai dan diikatkan talinya ke batang pohon.

Namun saat menyebrangi sungai, mereka mendapat masalah. Tiba-tiba saja perahu yang mereka naiki terbalik dan mereka tercebur ke sungai. Masalahnya ialah Mita bisa berenang, namun Liana dan Kanya tidak begitu bisa berenang. Akhirnya, mereka berdua berpegangan pada Mita. Mita harus berenang kepinggir sambil menggiring mereka berdua. Untung saja mereka berhasil selamat. Mereka amat bersyukur karena tak sampai terbawa arus menuju air terjun dan selamat dari maut lagi. Perasaan lega pun terasa dalam hati mereka.

Kini mereka berada di seberang sungai dengan badan dan pakaian yang masih basah kuyup, karena tenggelam tadi. Beruntungnya, mereka membawa pakaian cadangan. Jadi mereka bisa mengganti baju yang basah itu, dengan baju kering yang mereka bawa ditas masing-masing. Mereka pun mengganti pakaian di tempat yang dianggap aman dan dekat dari situ.

Usai mengganti pakaian, ketiga insan itu duduk beristirahat sejenak sambil memakan bekal yang mereka bawa untuk mengisi tenaga. Tentu saja mereka lapar dan kehilangan banyak tenaga setelah mengalami kejadian diluar nalar saat di Kota Mati tadi.

Setelah beberapa saat, mereka selesai makan dan beristirahat. Namun hari nampak mulai senja, mereka pun memutuskan untuk bergegas  melanjutkan perjalanan pulang menuju kampung tempat mereka tinggal.

Setelah setengah jam lebih mereka berjalan, akhirnya mereka sudah tiba di kampungnya. Mereka merasa sangat senang karena bisa kembali pulang ke rumah tercinta dengan selamat, walaupun banyak halangan dan rintangan yang yang harus dilalui.

Di satu sisi, mereka juga tentunya sangat merasakan lelah dan syok akan apa yang telah terjadi. Membuat napas mereka pun terengah-engah.

Tanpa basa-basi, mereka memasuki kampungnya. Tapi kampung itu sudah terlihat sepi, karena para warga sudah masuk kerumah mereka masing-masing. Wajar saja, karena hari sudah senja dan matahari sudah hampir tenggelam seutuhnya.

Akhirnya Mita,Liana,dan Kanya pun pulang kerumah mereka masing-masing. Tentunya, mereka sudah sangat lelah dan ingin beristirahat dengan tenang dirumahnya masing-masing.

Tetapi sebelum itu, mereka berjanji tidak akan menceritakan apa yang sudah terjadi pada mereka barusan kepada warga atau siapapun. Karena mereka takut warga akan semakin takut setiap mendengar Kota itu disebut.

Lagipula, mereka yakin bahwa warga tidak akan mempercayai cerita mereka dan malah menganggap itu hanya imajinasi anak-anak semata.

Yah, setidaknya mereka sudah mengetahui bagaimana keadaan sebenarnya dari Kota Mati yang tidak pernah didatangi oleh siapapun itu serta apa yang ada didalamya.

Pada akhirnya, cerita tentang mereka yang Menjelajahi Kota Mati itupun mereka simpan sendiri sebagai sebuah pengalaman menjelajah yang paling gila dan tak terlupakan. Dan setelah kejadian itupun, mereka menjadi cukup trauma untuk melakukan penjelajahan. Pada akhirnya, mereka beralih hobi menjadi Travelling & Mendaki.

Terima kasih karena telah membaca ceritaku dan jangan lupa ya kasi dukungan suara,terima kasih!:)

Menjelajahi Kota Mati [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang