DEAR HANNAN 1

43.1K 1.9K 21
                                    


Keadaan club malam ini sangatlah ramai dibanding hari-hari sebelumnya. Ya, tentu saja kaum milenial tidak akan melewatkan waktu akhir pekannya terbuang dengan sia-sia. Termasuk Nayla dan ketiga sahabatnya, yang tidak pernah absen mendatangi tempat itu.

Dengan berpakaian minim bahan, mereka berjalan dengan santai nya menempati tempat yang mereka sudah booking dua jam sebelumnya. Baru saja mereka menduduki sofa, dua orang waiters langsung menghampiri dan memberikan minuman sesuai dengan yang mereka pesan. Sesudah meletakan minuman di meja, dua waiters tersebut pergi meninggalkan mereka.

Jangan tanya kapan mereka pesan minuman itu, karna mereka memesannya berbarengan dengan membooking tempat.

Sepeninggalan waiters, Nayla langsung menyambar botol kaca tersebut dan langsung menenggaknya.

glek.. glek.. glek.. (botol pertama)

"Ahhhh..." erangan Nayla sambil menaruh botol yang digenggamnya diatas meja.

Lina, Dera, dan Ganis sudah tidak heran dengan cara minumnya Nayla. Mereka bertiga minum cara normal seperti kebanyakan orang, yakni menggunakan gelas. Tidak seperti Nayla, kalap.

glek.. glek.. glek.. glek..

glek.. glek.. glek.. glek..

glek.. glek.. glek.. glek.. (botol kedua)

glek.. glek.. glek.. glek..

glek.. glek.. glek.. glek..

glek.. glek.. glek.. glek.. (botol ketiga)

glek.. glek..

"NAYLA!!... Udah minumnya. Liat tuh udah hampir tiga botol lu tenggak sendiri. Bakal repot kalau bokap lu tau, lu mabuk berat kaya gini." omel Lina padanya, karena Nayla tidak mau berhenti menenggak minuman itu.

"HALLLAH!!.. Bokap mana peduli sama gue. Mungkin mereka lupa kalau dia punya anak." Sahut Nayla yang mabuk.

Mendengar sahutan Nayla seperti itu, Lina menyudahkan minumnya dan meletakan gelas dimeja sambil berucap. "Udah gak beres."

"Udah ayok kita anter dia pulang aja. Dari pada tambah parah" ajak Ganis

"Yaudah ayok" jawab Lina dan Dera

Ketiga sahabatnya juga minum alkohol itu tapi tidak sampai mabuk parah seperti Nayla. Ganis mengendarai mobil Nayla. Mobil yang dikendarai Lina dan Dera mengikuti mobil dari belakang.

Tiba dirumah Nayla. Lina dan Dera membantu Ganis membawa Nayla ke teras rumahnya.

tok tok tok

Ibunya Nayla muncul setelah pintu itu terbuka.

"Malam tante." sapa mereka bertiga.

"Iya, Malam. Ehh, kalian. Ada apa?." jawab ramah Ibunya Nayla. Rawutnya berubah pas melihat cuma ada mereka bertiga. "Nayla mana? ko gak ada."

"Kita mau nganter Nayla, tan." ucap Lina dengan hati-hati takut dimarahi dengan ibunya Nayla.

Belum sempat dijawab Ibunya sudah lebih dulu melihat kearah Nayla yang duduk dibangku teras rumahnya dengan ocehan tidak jelasnya. Ia hanya menggelengkan kepala melihat anaknya itu.

"Kita pamit pulang ya, tan" ucap Dera

"Ngga nginep aja? Ini sudah tengah malem" tawar ibunya Nayla

"Hmm.. Ngga deh tan, lain kali aja." hehehe... jawab Dera dengan terkekeh kaku.

"Atau masuk aja dulu, ada Ayahnya Nayla juga ko didalam." Mendengar tawaran yang kedua, mereka bertiga otomatis membelakan mata dan bergantian saling menatap.

"Hah.. Ngga tan, lain kali aja." sahut Lina dengan wajah kikuk.

"Iya tan, lain kali aja. Bener dehh." jawab Dera dan Ganis barengan dengan panik.

"Oh ya sudah. Makasih ya kalian sudah mengantar Nayla. Kalian hati-hati dijalan." ucap ibunya Nayla dengan ramah.

"Iya tan. Kami permisi ya." pamit mereka semua.

* * *

"Nyokapnya Nayla baik ya. Ngga kaya bokapnya garang. Ihhh" ucap Ganis saat mereka sudah masuk mobil.

* * *

Byuur

Nayla gelagapan karena Ayahnya yang menyiram saat security dan Ibunya merebahkan Nayla di sofa ruang tamu.

"Aaaaa." jerit Nayla ketika air itu membasahi tubuhnya lagi.

"Mau jadi apa kamu mabuk-mabukkan kayak gini. Ayah sekolahin kamu biar jadi orang bener bukan jadi pemabuk." omel Ayahnya Nayla dengan nada tinggi.

"Emang Ayah peduli sama, Nay? Bahkan ayah lupa kalau Ayah punya, Nay!!!" Ucapnya tak kalah tinggi.

"ANAK KURANG AJAR!!!"

Plakk

"Ayahhh. Udah, yah" ucap Ibunya tidak tega melihat anaknya dan menahan tangan Ayahnya ketika mau menampar Nayla kembali.

Nayla bergetar setelah mendapat tamparan Ayahnya. Air matanya keluar secara perlahan tapi tidak mengeluarkan isakan.

"Ini udah gak beres. Kamu bener-bener gak beres Nayla. Pokonya besok kamu Ayah masukin ke Pesantren."

"Ngga, yah. Nay ngga mau. Nay ngga mau masuk pesantren." tolak Nayla.

"Tidak ada penolakan. Keputusan Ayah sudah bulat. Besok pagi kamu Ayah antar ke pondok pesantren." Ayahnya pergi meninggalkan Nayla dan Ibunya yang masih berada diruang tamu.

"Ibu. Nay ngga mau. Tolong bujuk Ayah, Bu. Nayla ngga mau masuk pesantren. Disana ngga enak, Bu." bujuknya Nayla kepada sang Ibu.

"Percuma Nayla sayang. Kalau Ibu ngomong pun ngga bakal didengar sama Ayah kalau keadaan ayah lagi ngga baik kayak sekarang ini." sahut Ibunya sambil mengelus kepala Nayla.

"Kata siapa pesantren ngga enak. Emang kamu pernah coba?" tanya Ibunya. Dan dijawab dengan gelengan sambil memajukan bibirnya.

"Belum dicoba ko udah bilang ngga enak. Waktu SMP Ibu juga pernah mondok. Disana enak, lohh. Pegang deh omongan Ibu." ucap ibunya meyakinkan Nayla

"Tapi, bu..."

"Ngga ada tapi-tapian. Sekarang kita beresin pakaian kamu yang besok mau dibawa. Ayok.. Ayok.." ajak Ibunya kekamar Nayla.

"Ya ampun Nayla..." ucap histeris Ibunya.

"Pakaian kamu ngga ada yang bener. Tangan bajunya ngga berlengan semua." Ucapnya sambil memilih satu persatu bajunya dan dilemparkan ke lantai begitu saja.

"Udah-udah ngga usah dibawa, besok beli aja." Ucap Ibunya frustasi.

"Mahal-mahal ini bu, Nayla belinya. Sayang kalau ngga dipake." Nayla mengambil bajunya dari cermin dan mencocokan didepan cermin. "Baguskan, bu?" tanya Nayla.

"Ya tapi malu-maluin mau mondok pakaiannya kayak gitu, yang ada kamu disangka orang gila."

"Ihhh... Ibu nyumpahin Anaknya gila."

"Mau kamu gila?"

"Amit amit." Refleks tangan Nayla mengetuk ngetuk dahi dan meja rias didepannya.

"Udah sekarang kamu tidur. Udah jam 2. Siap-siap buat besok pagi. Jangan sampe gila."

"Ihh.. Ibu!!!" teriak Nayla.

"Hahahaha..." Ibunya tertawa dan menutup pintu kamar Anaknya itu.





SUDAH DI REVISI

DEPOK, 7 SEPTEMBER 2019

10:29 WIB

WLNDARY

IG : @WULANDANISSFA

DEAR HANNAN (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang