DEAR HANNAN 2

30.5K 1.6K 0
                                    

Pagi ini Nayla sedang berada disebuah butik baju muslim pilihan ibunya. Sebelum mereka berangkat ke Bogor ibunya meminta ayahnya mampir membeli pakaian untuk Nayla di pondok.

Ibunya memilihkan bermacam-macam model pakaian kepada Nalya. Tapi tidak ada satupun yang disukai-nya.

"Bu, masa nay harus pake baju segede ini sih, Kayak ibu-ibu pengajian aja." Protes Nayla melihat baju gamis pilihan sang ibu yang beraneka ragam warna dan model, yang di sejajarkan di meja khusus untuk meletakan baju pilihan pelanggan pada butik tersebut.

"Perempuan yang beragama islam wajib hukumnya untuk menutup aurat, salah satunya ini yang kamu sebut baju gede. Ibu-ibu pengajian berarti dia menandakan dia beragama islam, dan dia tau kalau perempuan yang sudah menikah dosa nya ditanggung sama suaminya. Artinya mereka ngga mau membebankan dosa untuk suaminya. Yang kamu sebut ibu-ibu pengajian itu harusnya bisa menjadi contoh kamu, bukannya malah urak-urakan kayak cewek gak benar."

Duarrrrrrrrrr

Mendengar ucapan sang ibu membuat Nayla seperti tersambar petir.

Tapi, hanya sesaat. Setelah itu balik lagi.

"Nayla cewek benar ko, Buktinya Nayla selalu ikut trendy masa kini. Biar gak dibilang cewek katro." Nayla masih membela diri,
"Bagusan juga baju baju punya Nayla. Modelnya trendy, seksi, mahal lagi harganya."

"Percuma trendy, mahal, seksi tapi baju nya ngga di anjurin dalam islam gimana?"

"Ah ibu mah ngga asik!"

"Disana kawasan berbusana muslim Nayla, kalau dipake tuh baju baju kamu yang ngga ada tangannya semua yang ada kamu diketawain sama santri disana, Terus jadi bahan tontonan santri disana, Mau kamu kayak gitu?."

"Bagus dong kalau gitu. Nay kan suka yang heboh heboh gitu, bisa jadi terkenal." Ucapnya girang setelah membayangkan apa yang ada di pikiran nya.

"Ih, udah ngga waras." Ibunya bergidik ngeri sambil jalan meninggalkan Nayla.

"Whatt? Anaknya sendiri dibilang gila?. Stress nih dasar emak emak." Dumel Nayla sambil ikut pergi meninggalkan toko itu.

Mereka sudah selesai belanja. Dengan berbagai model pakaian syari yang dibeli. Nayla dan ibunya kembali ke mobil, di dalam mobil Ayah dan pak supir masih menunggu kehadiran Nayla dan ibunya.

Nayla memasuki mobil dengan wajah cemberut. Ia duduk dikursi tengah sibuk memainkan ponselnya. Tanpa menoleh kearah ibu atau ayahnya.

"Masa tadi ada ibu ibu ngatain anaknya sendiri gila. Sungguh tega nya tega nya dirimu...." dumel Nayla di dalam mobil diakhiri dengan sepenggal nyanyian dangdut.

Ibu, Ayah serta supir yang mendengar Nayla bernyanyi mengerutkan dahi. Zetta tau dirinyalah topik sindiran dari anaknya itu, ia hanya diam sambil menahan tawa.

"Cocok non jadi penyanyi dangdut." Sahut pak supir sambil mengacungkan jempol.

"Serius, pak?"
"Hemm... hemm.. test.. test.. SUNG ——"

"NAYLA, DIAM!!!" Geram Ayahnya dengan kelakuan anaknya. Membuat Nayla menjelekan muka nya untuk meledek ayahnya dari kursi belakang.

"MANTRI, fokus nyetir kamu." Perintah bos pada supir pribadinya.

"Iya pak"

***

Alphard putih milik Ferdi 'ayah Nayla', memasuki kawasan Pondok Pesantren QURO ALSALAAM yang didominasikan warna hijau dan coklat yang masih terasa sangat asri.

Karena hari ini hari minggu. Banyak santriwan dan santriwati yang sedang membesihkan halaman. Atau bisa dibilang juga piket disetiap minggu.

Sebelum mereka turun ibu Nayla memakaikan anaknya kerudung dulu. Nayla hanya bisa pasrah apapun yang dilakukan ibunya itu. Setelah selesai mereka turun dari mobil.

DEAR HANNAN (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang