14 : Isodepth :

61.7K 7.6K 563
                                    


Silakan baca di waktu santai, bukan pas lagi capek.

CMIIW ya. Gue rada gak pede dg chapter ini.

-;-;-

-;-;-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


14

: i s o d e p t h :

[ dalam bidang kelautan, merupakan garis-garis kontur kedalaman laut; berupa titik-titik yang menunjukkan kedalaman yang sama, dan apabila satu titik dengan titik-titik lainnya ditarik garis, maka garis ini disebut isodepth ]


2009



Nolan memegangi lehernya, mengelus tato jangkar laut yang terukir di sana. Pikirannya kembali pada momen beberapa menit lalu ketika Daniel menawarinya untuk salat di kamar.

Sambil meletakkan kepala di puncak sofa, Nolan menegadahkan wajah menghadap langit-langit ruang tamu. Dia menarik napas sembali memejamkan mata.

Mau salat gimana dah, Niel? Gue masih tatoan gini, mana bisa diterima salatnya?

Nolan membuang napas dengan kasar. Bahkan, walaupun dia tak bertato, tetap saja dia takkan menerima tawaran itu. Nolan sudah lupa dengan bacaan salat. Dia juga sudah lupa kapan kali terakhir dia beribadah. Ngapus tato di sini mahal, siah.

Nolan mengusap wajah. Merasa ganjil merasuki benak. Tak lama, Kartini kembali ke ruang tamu dengan wajah lebih segar sehabis wudhu. Bibirnya menyunggingkan senyum. "Mau main lagu apa lagi?" tanya Kartini, lalu duduk di seberang Nolan sambil meraih gitarnya.

"Kalau udahan main lagunya, gimana?" tanya Nolan. Agak trauma dengan bernyanyi bersama Kartini. Sebab, dari dua lagu yang mereka mainkan saja sudah cukup untuk membuat perasaan nolan diobrak-abrik. Otak Nolan segera mencari-cari alasan untuk menghentikan permainan duet lagu ini. "Gue penasaran sama penelitian lo, Kar," ujar Nolan, berharap dalam hati agar dia tak menyesal sudah mengatakan hal itu. "Tadi, gue lihat ada beberapa jurnal di lemari kaca. Penelitian lo dimuat di situ?"

"Iya, itu jurnal yang ada penelitian saya. Kamu mau baca?" Kartini mengangkat alis dengan binar mata antusias. Bibirnya tersenyum lebih lebar dari sebelum-sebelumnya.

Nolan menarik napas. Kalau lo ngelihatin gue kayak gitu, masa sanggup gue nolak, Kar? "Boleh. Gue ambil sendiri jurnalnya di lemari, nggak apa-apa?"

"Nggak apa-apa. Ambil aja."

Nolan kembali duduk di sofa setelah mengambil bindex berisi jurnal-jurnal dengan label "Kartini's". Sejujurnya, Nolan tak paham-paham amat masalah penelitian yang terkait dengan biokimia. Mungkin kalau menyinggung kelautan, dia masih bisa "nyambung" dengan hasil penelitiannya. Tetapi, kalau misal yang dijadikan sampel berasal dari bahan terestrial.... "Lo tertarik bikin penelitian tentang apa emangnya?"

Aberasi | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang