Emily merapihkan cafe sebelum menutupnya, seorang perempuan masuk kedalam cafe lalu bertanya apakah cafenya sudah tutup.
Emily yang melihat perempuan itu seperti kedinginan pun merasa iba, ia tetap melayani pelanggannya ini.
"Ada yang bisa ku bantu?" Tanya Emily.
"Bisa kau berikan ku secangkir kopi." Ucap perempuan itu lalu duduk di dekat jendela.
Pandangan perempuan itu sibuk mengamati keadaan sekitar, membuat Emily merasa khawatir. Setelah memberikan secangkir kopinya. Emily ikut duduk di hadapan perempuan itu, ia mengikuti arah mata perempuan itu yang sibuk mengamati keadaan sekitar.
Setelah menghabiskan secangkir kopinya. Perempuan itu kembali mengamati keadaan sekitarnya lalu bangun dari duduknya.
Emily pun ikut bangun dari duduk nya, "Apa kau baik - baik saja?" Tanya Emily.
Perempuan itu mengangguk pelan lalu berkata, "Aku baik - baik saja." Ucapnya pelan.
"Berapa yang harus ku bayar?" Tanya perempuan itu.
"Ah tidak usah, anggap saja itu kopi gratis yang aku berikan untuk mu." Ucap Emily sambil tersenyum.
"Terimakasih kau baik sekali."
Sebelum keluar cafe perempuan itu kembali mengamati keadaan sekitarnya.
"Apa kau yakin baik - baik saja? Apa ada seseorang yang mengejarmu?" Tanya Emily.
Perempuan itu menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, "Tidak aku hanya berusaha mengingat jalan." Ucapnya.
"Apa perlu ku antar pulang?" Tanya Emily.
"Ah tidak usah repot - repot. Aku bisa meminta jemput pacarku." Ucapnya.
"Apa kau yakin?" Tanya Emily sekali lagi.
"Ya aku yakin, terima kasih...Emily. Aku sangat menghargai jasa mu." Ucap Perempuan itu sebelum akhirnya pergi meninggalkan cafe.
Di perjalanan perempuan itu masih saja melihat kesekelilingnya, ia berusaha menghindar dari kejaran seseorang!
Baru berjalan beberapa blok, perempuan itu bertemu dengan gerombolan yang tadi mengejarnya. Ia ingin berlari dan balik ke cafe Emily. Namun sayang, langkahnya kalah cepat, ia di pukul habis - habisan sebelum akhirnya di tembak tepat di dahinya.
Perempuan itu menangis. Bahkan dalam kematiannya pun ia sendirian, tidak ada yang menemaninya. Perebutan harta mengancam jiwa nya demi memuaskan kehausan manusia akan harta dunia yang sementara.
Emily membuka matanya, sinar matahari menyambutnya. Ia terbangun dari mimpi anehnya itu, mimpi yang seolah - olah terasa begitu nyata.
Apakah itu maksud dari semua ini?
Apakah Sarah berusaha meminta pertolongannya?
Apakah Sarah adalah perempuan yang tempo hari di temukan tewas tertembak?
Semua pertanyaannya itu menghantui pikirannya.
Pintu kamar terbuka, Dylan masuk kedalam kamar sambil membawa nampan berisi makanan.
"Morning." Ucapnya.
"Morning too," Ucap Emily.
Dylan menaruh nampan makanan di meja dekat kasur, lalu duduk menghampiri Emily yang sepertinya masih sakit.
"Hey, apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya Dylan sambil menggengam tangan Emily.
Emily menggelengkan kepalanya ia enggan menceritakan apa yang terjadi padanya, karena ia yakin jika Dylan tidak mungkin mempercayainya.
"Emily, katakan padaku. Jangan kau hadapi sendiri, ada aku yang siap membantu mu." Bujuk Dylan.
Setelah memikirkan beberapa saat akhirnya Emily mulai luluh dan memutuskan untuk menceritakan apa yang terjadi.
"Akhir - akhir ini aku melihat hal yang sangat aneh. Semua itu berawal ketika aku terbangun di cafe, lalu saat aku mencuci muka aku melihat sosok yang ku yakini sebagai hantu. Sejak saat itu aku mulai melihat mereka, sepertinya indra penglihatan ke enam ku terbuka. Aku juga bisa melihat apa yang terjadi pada pada zaman dulu maupun yang akan datang."
"Tunggu, Em. Aku tidak begitu mengerti, Apakah kamu yakin dengan apa yang kamu katakan?" Tanya Dylan.
Emily mengangguk, "Ya aku yakin. Alasan ku menginap disini untuk menghindari ganguan mereka di rumah ku. Namun disini aku juga merasa kan ganguan, ya walaupun tidak begitu parah."
"Apa kau baik - baik saja? atau kau mulai tersiksa dengan kemampuan mu ini? kita bisa menghubungi bantuan orang yang mungkin bisa menutup mata batin mu."
"Apakah itu akan berhasil?" Tanya Emily.
Ia juga ingin jika mata batinnya lebih baik di tutup saja. Kemampuannya ini terlalu berat untuk di milikinya.
"Untuk memastikannya. Mari kita mencobanya."
Emily mengagguk setuju.
》《》《》《》《》《》《》《》《
Emily dan Dylan sedang dalam perjalanan menuju rumah paranormal yang di sarankan oleh teman Dylan.
Jaraknya cukup jauh, sehingga mereka berdua harus membolos kerja sehari.
Di perjalanan Emily hanya terdiam menatap jendela, Berbagai makhluk terlihat. Jalanan yang mungkin di lihat manusia awam terlihat sepi, baginya jalanan di penuhi oleh mereka, begitu sesak.
Hampir 4 Jam dalam perjalanan, akhirnya mereka sampai di rumah paranormal itu.
Dylan masuk terlebih dahulu, sebelum akhirnya di susul Emily.
Baru saja Emily ingin masuk, kakinya terasa amat kaku. Lingkungan disekitarnya terlihat gelap, hanya terlihat Sarah berdiri di depannya dengan wajah yang memelas.
"Emily, aku mohon jangan lakukan ini. Hanya kamu satu - satunya harapan ku." Ucap Sarah sambil memohon.
Emily berusaha keras mengabaikan Sarah. Ia pun berhasil. Semuanya kembali normal, Emily lalu masuk ke dalam rumah paranormal.
"Berhenti di situ." Ucap perempuan tua yang tengah terduduk di kursi goyang.
Emily langsung menghentikan langkah kakinya.
"Kau tidak akan bisa di sembuhkan sebelum kau menolong perempuan malang itu, kau sudah di takdirkan untuk menolongnya. Semua usaha mu untuk menyingkirkannya akan sia - sia. Dia hanya meminta pertolongan mu." Ucap wanita tua.
Emily terkejut, Dylan menghampiri Emily berusaha menenangkannya.
"Bawa pacar mu pergi dari sini. Kehadirannya membuat teman - teman ku terusik."
Sebelum keluar dari rumah itu, Emily melihat wanita tua itu sesaat. Wajahnya berubah menjadi sangat menyeramkan darah berlumuran di mulutnya, di tangannya ia memegang janin bayi yang masih baru lalu memakannya tanpa belas kasih.

KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmares
HorrorHalo gue Briy, ini ff horor yg gue buat khusus untuk lomba di @RPWGOTTALENT. Mudahan suka ya, sebelumnya gue minta maaf kalo misalkan ada pihak yang tersinggung, Maaf banget buat 'Mereka' yang mungkin merasa terusik karena ff ini sekali lagi saya mi...