Gabriel. Chapter 3

114 41 7
                                    

Pukul 19.00

Dari luar Gabriel memandangi rumah berpagar hitam, sebenarnya Gabriel sangat enggan untuk kembali ke rumah ini.

Gabriel enggan pulang karna hari ini kakak nya Victor sedang tugas penelitian di luar kota alhasil Gabriel sendiri dirumah, ralat tidak sendiri karna ada papa, bi lastri, dan pak muji penjaga rumah Gabriel.

Gabriel melangkah kan kaki nya menyusuri rumah bernuansa abu-abu tersebut, awal nya Gabriel kira papa nya belum pulang tapi ternyata dugaan nya salah, papa nya sedang makan malam.

Gabriel ingin makan malam dan menyalami papa nya, tapi itu semua tidak mungkin terjadi karna ia ingat perkataan dan perbuatan papa nya waktu itu.

Gabriel berjalan cuek melewati papa nya begitu saja dan langsung menaiki anak tangga menuju kamar nya di lantai dua, baru saja menaiki tiga anak tangga langkahnya terhenti karna papa Arya menegur.

"Dari mana kamu? jam segini baru pulang?" tanya papa Arya menghentikan langkah Gabriel

"Abis nemenin Torando" jawab Gabriel dengan nada datar

"Kamu itu kayak anak ga di urus tau ga" suara papa Arya naik dua oktav hingga bergema di ruangan itu

"Emang nya papa pernah ngurusin aku?" jawab Gabriel dengan nada datar sambil mengangkat sebelah alis nya

"Oh iya saya lupa kamu kan emang bukan siapa-siapa saya jadi buat apa saya ngurusin kamu iya kan?!" jawab nya sambil membanting sendok makan dan berdiri melewati Gabriel.

Gabriel kembali melangkahkan kaki menuju kamar nya yang berada di lantai dua.

Gabriel lansung menghempaskan tubuh nya di kasur kesayangannya yang sudah ia anggap sebagai surga dunia.

Gabriel menatap langit-langit kamar nya, fikirannya kacau, di satu sisi Gabriel memikirkan bagaimana hubungan dengan papa nya bisa seperti hubungan anak dengan orang tua pada umum nya, di sisi lain Gabriel memikirkan bagaimana kalau nanti kakak nya pindah kuliah ke madrid, mungkin terasa sepi, tidak ada lagi yang melindungi dirinya jika sedang berdebat dengan papa nya.

Seketika mata Gabriel memanas dan meneteskan air mata, semuanya begitu rumit, bagaikan benang kusut yang tidak ada ujung nya.

                                 ***
Pukul 06.15

Gabriel melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan nya. Dengan muka cemas Gabriel mondar-mandir ke kanan dan kiri karna tidak biasanya Torando selama ini.

Dari kejauhan Gabriel melihat papa nya berjalan dari dalam kamar menuju garasi.

"Bareng papa aja kali ya? tapi kalo ga boleh gimana?" gumam nya dalam hati

Gabriel kembali melihat jam yang melingkar di pergelang tangannya, sudah pukul 06.20

"Bareng jangan bareng jangan?" bimbang nya dalam hati "Bareng aja deh"

"Pa, udah jam 06.20 iel mau berangkat sekolah, iel bareng papa ya soalnya kalo naik angkot takut telat?" ucap nya dengan nada lembut

"Bukan urusan saya" jawab nya dengan nada ketus seraya berjalan melewati Gabriel menuju garasi dan dalam hitungan menit mobil itu sudah melesat

Gabriel memandangi papa nya yang semakin hari semakin cuek dengan tatapan sedih. Apakah takdir sejahat ini?

"Lansung kerumah Torando aja deh" ucap nya sambil berjalan keluar rumah

"Non berangkat sekolah naik apa? ga bareng den Torando?" tanya pak muji

"Mmm ini saya mau samper Torando pak" jawab Gabriel langsung diberi anggukan oleh pak muji.

GabrielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang