One (ένας)

743 45 10
                                    

A/N : Dedicated to Cookiegirl_1997 , Author paling ramah, down to earth, enerjik, ceria, asyik, seru, kocak, lucu, dan berbakat untuk membuat orang suka dengan kata-katanya. Semangat buat UN nya !! semoga bisa dapet hasil yang memuaskannnnn. Semangat juga buat lanjutin semua ceritanyaaa, semoga bisa terus dapet inspirasi yang unik, seprti yang kamu&pembacamu inginkan. Go Cookie go cookie goooo !!

<><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><>

***Permohonan Pertama Helen***

Aku menyunggikan senyum termanis yang biasa aku gunakan untuk membalas pujian para relasi orang tua ku yang entah ku ketahui nama nya satu per satu. Yang jelas, para orang tua ini sedang makan malam di meja yang sama dengan keluarga ku, dirumah ku. Mereka tamu untuk yang ke-- tunggu aku lupa dengan hitungan ku, baiklah anggap saja yang ke 89 sekian. Terlalu banyak orang yang menurutku asing memijakkan kakinya sebagai tamu di rumah ku hari ini, jadi bukan salah ku kalau aku tidak ingat.

Hidangan penutup baru saja di sajikan di meja kami, dan aku mendapati seporsi Vanilla Crème Brûlée di hadapan ku, sebuah Desert khas Perancis untuk menghormati kebanyakan dari tamu kami malam ini yang datang dari Perancis.

Aku baru saja hendak menyendok dessert manis tersebut, sebelum ucapan seorang wanita setengah baya yang duduk di hadapan ku menginterupsi gerakan ku, dengan gelak tawa yang khas para bangsawan, "Kalian lihat ? nampak nya Si kecil Oliv begitu tidak sabar untuk melahap Crème Brûlée. Aku tersanjung dessert asal kami di gemari oleh anak cantik mu ini Preiffer."

Aku menautkan alis ku, dan merespon dengan senyuman kecil.

"Dia sangat menyukai makanan manis." kata Ibuku, berkomentar.

"Haahh, pantas saja wajah nya juga begitu manis." tukas seorang pria, dari arah duduk lain. "Ahh lihat senyum malu nya itu, seperti malaikat. Saya tidak menyesal datang dari Roma untuk melihat malaikat cantik yang pernah ada di bumi sepertinya."

"Kau ini Pierre, Roma tidak begitu jauh, datanglah tiap saat kapan pun kau mau." Kali ini Ayah ku yang mengomentari.

Aku akhirnya berhasil menyendok Crème Brûlée dan memasukkan nya ke mulut tanpa gangguan. Rasa lembut Crème Brûlée yang khas menempel di lidah ku bak gumpalan permen kapas lembut.

"Oliv, anak ku suka sekali dengan suara mu saat kau tampil di acara TV show lusa lalu. Selain itu, bakat mu bermain seluruh alat musik begitu mengagumkan. Saya harap, saat acara perdana penunjukkan mu di dunia sebagai wakil Princess with talent dari Eropa bisa lebih memukau lagi. Saya yakin kamu akan mengalahkan putri bangsawan dari benua lain. Dengan seluruh kesempurnaan yang kau punya." ceramah seorang wanita dengan balutan syal berbulu di lehernya. 

Seorang pria yang memakai kaca mata di hidung, berdeham sebelum ikut berkomentar, "Tapi bakat menari balet mu lah yang paling mengesankan. Setiap gerakan mu membuat orang yang menonton tidak bisa berkedip. Termasuk saya."

Beberapa orang di meja makan, ikut menganggukan kepala mereka sambil mengucapkan komentar lain, yang intinya sama. Mengagumi semua bakat ku, serta memberi semangat kepada ku pada ajang Princess With Talent antar benua. Menurut Helena atau yang biasa ku panggil Helen kakak perempuan yang satu-satunya ku miliki di keluarga ini, ajang itu sangat kuno dan bodoh. Aku tidak bermaksud menghina, tapi diam-diam aku menyetujui nya.

Aku hampir saja mengeluarkan kembali suapan Crème Brûlée ku saat Helen menginjak kaki ku dengan keras, di bawah meja. Aku ingin protes tapi Helen memberikan ponsel nya pada ku, dalam keadaan menyala. Di ponsel nya itu tertulis, "Ikut aku ke belakang sekarang." 

The Clarity of RedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang