#04

318 30 2
                                    

"Dasar Yifan geblek. Jongin bego. Babi kalian semua," Chanyeol misuh-misuh di bawah hembusan napasnya, kaki jenjangnya lari sekencang yang ia bisa dari desa kembali ke tepian sungai tempat dia tadi meninggalkan Baekhyun. "Yang bener aja. Masa disuruh balik cuma buat nyalain api. Jaguar busuk satu itu juga bisa kali, nggak perlu manggil aku segala. Jadi buang-buang waktu kan, harusnya tadi udah bisa ngejebol Baekhyun!" Lalu ia menunduk, menepuk selangkangannya. "Maaf ya, dek."

Dia meracau terus, sambil lari di antara barisan rapat pohon-pohon besar. Chanyeol tidak pernah tahu itu pohon apa, tapi buahnya besar-besar dan enak. Tidak sampai berapa lama ia mendengar gemuruh air terjun, yang berarti ia sudah dekat dengan tempat Baekhyun tadi.

Ngomong-ngomong, lari sambil ereksi itu menyakitkan.

Chanyeol menyusuri sungai. Tahu kalau tadi Baehkhyun lari, dan itu berarti posisinya sekarang lebih jauh dari sini. Tapi karena Baekhyun membawa keranjang pakaian, tidak mungkin kucing kecil itu bisa lari jauh-jauh.

Larinya Baekhyun sama dengan Chanyeol pulang-pergi ke desa. Mata kelabunya menangkap anyaman rotan keranjang tergeletak dekat semak padat di tepian sungai, lima menit dari tempat Baekhyun mencuci baju di batu besar tadi.

Kalau ingat-ingat Baekhyun yang mencuci baju tadi, Chanyeol jadi ingin tertawa lagi. Ia tahu kalau Baekhyun tidak pernah cuci baju, ini pertama kali. Mana ada orang yang mencuci baju dengan memegang sikat pakai dua tangan, dan dalam tiap sikatannya ia jongkok-berdiri?

Tapi lumayan juga, sih. Chanyeol jadi dapat fanservis.

Benar, kan. Baekhyun ada di sana. Di belakang semak itu, sehingga Baekhyun hanya kelihatan sampai ke dada. Chanyeol tidak tahu dia sedang apa, Baekhyun sepertinya sedang fokus melakukan sesuatu. Tapi tertutup daun-daun.

Chanyeol berdiri tegak, menyeka rambutnya yang sewarna perak ke belakang. Ganteng sekali. Keringatnya masih menempel ke beberapa helai rambutnya, tapi justru jadi gel alami yang melekatkan poninya ke belakang, membuat jidat bangsatnya kelihatan.

Lalu memasang senyum miringnya yang paling dahsyat, Chanyeol berjalan mendekat dan memanfaatkan suara bangsatnya.

"Hei, semok."

Baekhyun langsung menoleh, matanya yang sipit jadi besar, dan ekspresinya jadi takut, takut sekali.

"KENAPA C-CHANYEOL DATANG L-LAGIII?"

Suaranya melengking, dan bukannya budeg, Chanyeol malah tertawa.

Gemesin banget, sih.

"Karena urusan kita belum selesai, Sayang." Chanyeol menjilat bibir. "Diem di sana. Kamu mau aku perawanin di tepi sungai, Manis? Apa di atas sini?"

"JA-JANGAN DEKAT-DEKAAT!"

Baekhyun heboh sendiri, bungkuk-bungkuk tapi ekspresinya juga mengernyit. Seperti keenakan.

"Mulai lagi kan malu-malunya."

"C-CHAN, A-AKU SERIUS..." Baekhyun heboh begitu melihat Chanyeol maju terus. "D-dengerin duluuu nyaah..."

Lah, kenapa ngedesah? Chanyeol jadi merinding, kan.

"Ng... u-ung..."

Baekhyun menggigit bibir. Mukanya merah. Matanya juga merah, mau nangis.

"Kenapa?"

Chanyeol mendengkur, matanya jadi ikut sayu.

"Kenapa Chanyeol nggak boleh liat, hmm?"

"S-soalnyaa..." Kucing kecil itu tersedak isakannya sendiri. "B-Baekkie lagi p-p-pipis..."

.

.

Nas Ne Dagoniat [Chanbaek • Xingbaek]Where stories live. Discover now