Chapter 1 - Medan dan Ben

858 14 1
                                    

Chapter 1 - Medan dan Ben


Rachel melirik jam tangannya dan tercengang begitu melihat bahwa saat ini pukul 7.05. Ada dua alasan yang membuatnya tercengang. Pertama, dia pasti akan terlambat di hari pertamanya, dan di sekolah barunya. Kedua, ini masih terlalu pagi namun cuaca di kota Medan ini terlalu panas hingga membuatnya gerah dan berkeringat.

Rasanya ingin mandi lagi kalau gerahnya seperti ini.

Tidak tahan lagi, Rachel bangkit dari kursi malas yang ada di teras dan berpindah ke ruang tamu yang ber-AC. Dia sudah menunggu ayahnya selama sepuluh menit, namun sepertinya pria empat puluh tahunan itu masih sibuk dengan sarapan atau koran paginya. Dugaan itu ternyata salah saat Rachel mendengar sayup-sayup suara ayahnya berbicara dengan seseorang yang tak terlihat. Ayahnya sedang menelpon seseorang.

Jadi, Rachel duduk di sofa yang paling dekat dengan kursi sambil mengibas-ngibaskan tangannya ke dada, seakan-akan dengan melakukan hal itu akan mempercepat suhu dingin sampai di seluruh badannya. Dia masih belum terbiasa dengan suhu di kota terbesar yang ada di Pulau Sumatera ini. Padahal, sudah hampir sebulan Rachel dan ayahnya pindah dari Bandung, kota yang jauh lebih sejuk yang merupakan kampung kelahirannya. Yah, meskipun ada beberapa hal yang dia lupakan akibat amnesia sebagai dampak kecelakaan yang ia alami dua tahun yang lalu.

"Loh, kok malah masuk lagi?"

Yudhis, ayahnya Rachel, sudah berada di ruang tamu dan heran melihat gadis sematawayangnya masuk ke dalam rumah lagi.

"Papa, sih," Rachel cemberut, "minta tunggu di luar tapi malah asyik nelpon di dalam."

"Iya nih," Yudhi terkekeh, "kantornya Papa tadi nelpon. Katanya masalah lahan proyek yang waktu itu Papa ceritain masih belum kelar. Jadi kantor titip pesan pagi ini sebelum ke kantor harus balik lagi ke lawyer yang waktu itu," sambung Yudhis panjang lebar. Rachel hanya manggut-manggut saja, mengerti dengan hal yang sedang dibicarakan oleh ayahnya.

"Yuk, berangkat," ajak Yudhis. Rachel mengacungkan ibu jarinya, kemudian mengekori ayahnya berjalan ke luar rumah.

Perpindahan keluarga Rachel bukanlah tanpa alasan. Ayahnya harus menjadi salah satu dari petinggi pembangunan sebuah proyek mall yang sedang dibangun di kota Medan. Sebagai kontraktor yang cukup terpandang di kota Bandung, wajar saja ayahnya ditarik untuk menyelesaikan pembangunan mall yang sedikit mangkrak itu. Lagipula, bagi ayahnya ibukota provinsi Sumatera Utara ini tidaklah asing karena Yudhis pernah menghabiskan masa SMP di kota ini.

"Kayaknya bakalan macet nih," kata Yudhis begitu mobil mereka mulai masuk ke jalan protokol. Sudah sewajarnya bila Senin pagi adalah jadwal umum untuk kemacetan.

"Kalau Rachel terlambat Papa harus tanggung jawab, ya," kata Rachel, sedikit kesal.

"Kamu kan baru pindah, Rachel," sahut Yudhis. "Papa pasti nganter kamu ke ruang kepala sekolah. Atau kamu mau dianterin sampe ruang kelas juga?"

"Papa..." rengek Rachel. "Masa iya mau nganter sampe ruangan kelas. Mau lihat guru-gurunya ya? Atau lihat cabe-cabean SMA?"

"What? Really? Papa yang ganteng gini masa sih mau ngelirik chili-chili-an? Gak keren, ah," ujar Yudhis penuh canda, tipikal Papa Muda Kekinian.

Mereka berdua kemudian hening, membiarkan anak dan ayah larut dalam pikirannya masing-masing. Rachel memilih untuk memperhatikan apa yang ada di jalanan dan sekitarnya. Mobil-mobil, sepeda motor, becak, dan jenis kendaraan lainnya penuh menyesaki jalanan. Hanya saja, pemandangan yang penuh warna itu hanya dapat dilihatnya dengan warna hitam putih.

Rachel didiagnosis sebagai penderita achromatopsia, sebuah kondisi yang dia harapkan tak ada seorang pun dari teman-teman barunya akan tahu hal ini. Kondisi ini membuat Rachel tak bisa melihat warna lagi. Visual matanya hanya abu-abu. Monokrom, layaknya televise jadul. Meskipun begitu dia tak sedikitpun mengeluh dengan kondisi saat ini. Alasan itu yang membuat dia tak ingin teman-teman barunya tahu akan hal ini, agar teman-teman barunya nanti tidak memilih berteman dengannya lantaran kasihan dengan kondisi tersebut.

MonochromeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang