"Kita udah kelas sebelas. Terus sampai kapan kamu mau sembunyiin dia?"
Yang ditanya malah menghembuskan nafasnya, "Aku udah bilang, kan? Aku butuh waktu untuk kasih tau semuanya, Li. Aku masih belum siap kalo kamu tau sekarang. Aku janji bakal kasih tau, kok. Tenang aja. Kamu tau, Aku nggak bisa simpan rahasia terlalu lama sama kamu."
Aili membuang mukanya. Memangnya, Choli menganggapnya sebagai apa? Teman? Sepertinya bukan. Tapi, Aili tau ini bukan masalah sepele. Karna ini masalah hati. Masalah perasaan. Dan Choli itu tipe orang yang pemalu. Ahhh... Aili bingung. Sampai kapan dia harus ngertiin sahabatnya ini. Aili cemberut.
"Aili, please ngertiin aku, ya."
"Tapi, kamu inget 'kan kalo aku udah kasih tau semua rahasia aku yang nggak pernah aku bilang ke siapa-siapa? Jadi, kamu harus kasih tau aku kapanpun itu."
"Iya, maaf, deh. Kan aku udah janji."
"Hm."
Bel tanda istirahat selesai telah berbunyi, dan artinya, pelajaran selanjutnya akan segera dimulai.
"Choli, ayo kita ke kelas. Bel udah bunyi tuh." Aili bangkit dari duduknya dan bersiap menaiki tangga untuk menuju ke kelasnya.
Aili heran karna tidak terdengar suara langkah kaki yang mengikutinya. Saat Aili menengok ke belakang, ternyata Choli belum bergerak sama sekali dari duduknya.
"Aduh, ini anak kenapa, sih? Kok ngelamun?"
Aili menghentakkan kakinya saat berjalan karna kesal ajakannya tidak dihiraukan. "Choli! Ayo kita ke kelas! Bel udah bunyi!"
Choli terlihat kaget dengan omelan Aili. "Oh! Aduh, nggak udah pake teriak segala, dong. Aku kaget."
"Ya habisnya kamu nggak denger aku tadi."
"Apa iya aku nggak denger kamu?"
"Masa kamu nggak percaya, sih? Lagian kamu ngapain melamun sambil senyum gitu? Ayo! Nanti Pak Haryo masuk. Pak Haryo itu on time terus kalo udah jamnya."
"Iya, sebentar." Dengan malas, Choli bangkit dan membersihkan roknya dari rerumputan yang menempel disana.
"Waduh! Itu Pak Haryo udah otw dari kantor."
Dengan secepat kilat Choli menaiki tangga dan mereka berdua langsung berlari menuju kelas. Sambil berlari, Choli sesekali melihat ke lapangan dan tatapannya hanya tertuju pada satu orang.
Satu orang yang tidak akan pernah sadar akan perasaan Choli.
***
Choli membereskan semua bukunya yang ada di meja dan memasukannya ke dalam tas setelah Pak Haryo keluar dari kelas sebelas IPA dua.
Pelajaran matematika adalah pelajaran terakhir hari ini. Jadi, Choli dan lainnya sudah bisa pulang.
"Choli, keluarnya bareng ya," ajak Aili.
Choli hanya mengangguk dan memasang tas ranselnya.
"Choli, kira-kira, aku bisa nebak nggak siapa dia?" Tanya Aili saat mereka melewati koridor.
"Silahkan aja. Tapi kalo bener, enggak aku iyain. Haha."
"Ihhhhh... kok gitu, sih? Males ah."
Aili kehilangan moodnya hari ini karna sahabat macam permen nano-nano di sampingnya. Choli masih saja tertawa sambil memandang Aili yang sedang cemberut.
"Choli, kamu mau pulang, ya?"
Tawa Choli terhenti saat mendengar seseorang yang bertanya padanya. "Em, iya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistake Or Fate
Teen Fiction(Minor Fantasy) Mencintai orang yang terlalu sempurna begitu berat bagiku. Apalagi, ini adalah sesuatu yang baru dalam hidupku. Berbagai asumsi mengubahku menjadi seseorang yang merasa kecil di hadapannya. Aku merasa tidak pantas bahkan hanya untuk...