Disclaimer Yona Ahn
please dont copyDont like dont read
.
.
.
.
.
Quebec, CanadaJune 23, 2012. 08.00 pm.
Hari ini aku melihatnya lagi, berjalan dengan langkah pelan dan menunduk. Wajah putih pucatnya hampir seluruhnya tertutup oleh surai hitam sepundak miliknya. Tangan kanannya menggenggam erat buku bersampul hitam yang selalu ia bawa. Tak ada ekspresi berarti dari pandangan matanya. Tidak itu bukan tatapan kosong. tatapan itu hanya gelap, hitam seolah tak berdasar.
Dia lalu duduk dibawah pohon maple, dijepitnya poni yang ia anggap menghalangi penglihatannya. Dan ia pun mulai membaca. Ia hanya membaca dengan tenang dan sesekali meminum kopi yang sempat luput dari pengamatanku. Hembusan angin berkali-kali membuat rambutnya berantakan, dan berkali-kali pula jemari lentik itu menyisir pelan helaian hitam rambutnya.
Setengah jam berlalu dan gadis itu masih setia duduk diam disana. Biasanya akan ada laki-laki yang setengah berlari menghampirinya. Hari-hari sebelumnya selalu seperti itu namun ada apa dengan hari ini ?. Jujur saja, aku tak peduli apa yang sebenarnya terjadi. Aku bukanlah tipikal laki-laki yang akan peduli pada pertengkaran mellow sepasang kekasih. Aku juga bukanlah seorang gila yang terus menguntit gadis yang diam-diam aku sukai. Aku terus menerus melihat mereka karena aku memang sering duduk ditempat ini. Namun jujur ada satu hal yang menarik perhatianku, tatapan aneh gadis itu. Emosi yang tertutup oleh gelapnya iris mata miliknya.
June 24, 2012. 08.00 pm.
aku kembali duduk disini ditempat favoritku, dan aku melihatnya lagi berjalan perlahan dan menunduk. Sama seperti sebelumnya dengan buku dan kopi juga jepit rambut yang sama. Namun laki-laki itu tidak muncul juga.
June 25, 2012. 08.30 pm.
Kali ini aku datang 45 menit lebih lambat dari waktu biasanya. Aku melihat ke arah pohon dimana gadis itu biasa duduk. Dia ada disana. Duduk diam, tak ada kopi dan buku yang biasa menemaninya. Bahkan jepit rambut pita berwarna coklat itu tak lagi tersemat di surai hitamnya. Berbeda dari sebelumnya ia mulai mengangkat kepalanya dan menatap kedepan. Wajah putih pucatnya kini dapat aku lihat secara keseluruhan. Tatapan itu menatap kearahku, pelan namun tajam. Aku terkejut meskipun hal itu tak dapat mengubah raut datar ku. Ia melihatku. Tepat menatap kedalam mataku, seolah bertanya apa kau yang selalu memperhatikanku dalam diam ?. Aku hanya berbalik menatapnya, jujur saja aku ingin bertanya apa yang sedang ia pikirkan. Namun nyatanya aku hanya diam menatapnya dan ia pergi begitu saja.
July 25, 2012. 08.00 pm.
Sudah sebulan sejak tatapanku dan gadis itu bertemu, dan sudah sejak saat itu aku tak lagi melihatnya duduk dibawah pohon itu. Tak ada hal yang berubah, namun harus kuakui aku merasa seolah kehilangan sesuatu. Tanpa aku sadari aku mulai berjalan menuju pohon itu, aku duduk diam tepat dimana gadis itu biasa duduk. Tatapanku mulai mengelilingi tempat ini, aku tak tahu mengapa namun saat ini aku seolah tengah berusaha mencari sisa-sisa eksistensi gadis itu disini. Tatapanku terpaku pada sebuah bolpoin hitam dengan ukiran berwarna perak. Tak salah lagi ini adalah bolpoin gadis itu, meskipun selalu terlihat sedang membaca. Sesekali gadis itu juga terlihat menggambar sesuatu seperti sketsa, uniknya ia tak pernah menggunakan pensil. Ia selalu menggunakan bolpoin hitam ini.
Dengan sedikit rasa penasaran aku mengambil bolpoin itu. Setelah dilihat dari dekat warna keperakan yang mulanya aku kira hanya hiasan ternyata adalah ukiran nama. "Cho Yun Bi" melodi hujan yang indah. Ahh jadi ini namamu.
Incheon International Airport, South Korea
January 12, 2016. 09.00 am.
Setelah 8 tahun menetap di Kanada akhirnya aku kembali ke tanah kelahiranku, akupun berjalan keluar. Putihnya salju dan dinginnya angin musim dingin menyapaku begitu keluar dari bandara. Aku mengeratkan syal hitamku , berusaha menghalau rasa dingin yang menyergap. Akupun mulai memasukkan barangku kedalam bagasi taksi yang akan mengantarkanku kembali kerumah lamaku, rumah dimana segala hal tentangku dimulai.
Sepanjang perjalanan menuju pyeongchang dong aku melihat keluar jendela. Banyak hal yang berubah disini, dan Seoul selalu bertambah maju tentunya. Taksi yang aku berhenti karena lampu merah. Di depan perempatan jalan terdapat jalan terdapat layar lcd besar yang biasa digunakan untuk menampilkan iklan dan berita. Layar besar itu kini mampu menyita seluruh perhatianku atau lebih tepatnya berita yang kini di tayangkanlah pusat perhatianku. "Tersangka pembunuhan CEO Rainsoft adalah kekasihnya sendiri, Cho Yun Bi. Kini tersangka tengah menjadi buronan polisi." Wajah itu dan nama itu tak salah lagi. Gadis beriris gelap itu adalah gadis pohon maple yang aku lihat di kanada. Dan CEO muda itu adalah laki-laki yang selalu datang menghampiri gadis itu. sempat merasa terkejut namun aku berusaha untuk kembali tak perduli dan meneruskan perjalananku.
Sesampainya dirumah aku langsung memindahkan pakaianku ke lemari, mengenai barang-barangku masih berada di dalam tumpukkan kotak kardus yang kini memenuhi ruang tengahku. Rumah ini masih sama seperti dulu, hanya saja cat dindingnya sudah terlihat usang. Ahh sepertinya aku harus mengecatnya akhir minggu ini.
Menata kembali barang bukanlah perkara mudah, hal itu membuatku cukup lelah dan lapar. Aku harus segera mandi dan pergi keluar mencari makan malam diluar. Aku tak lagi bisa menahan rengekan perut laparku yang bahkan belum ku isi sejak tadi. Sebenarnya memasak bukanlah hal yang sulit bagiku, lama hidup sendirian membuatku terbiasa mengurus keperluanku sendiri. Namun aku terlalu malas untuk memasak, dan lagi aku tak ingin mengotori pisauku yang baru saja aku tata rapi. Setelah memakai jas tebal dan syal aku segera berangkat. Dan yahh sepertinya aku harus naik bus, mobil ku baru akan sampai 3 hari lagi.
Aku berjalan-jalan di tengah kota dengan jas tebalku, tentunya dengan syal hitam ku juga. Malam ini salju turun cukup deras. Setelah menuntaskan rasa laparku aku segera pergi ke supermarket untuk membeli bahan makanan dan barang-barang lain yang aku butuhkan. Aku pulang menggunakan taksi tentunya, siapa orang yang ingin naik bus dengan belanjaan sebanyak ini. Aku kemudian turun dan meletakkan belanjaanku didepan pintu rumahku.
Akupun kembali untuk membayar ongkos taksi. Tepat setelah taksi itu pergi seorang gadis tiba-tiba lari dan memelukku, ia memelukku erat. Kali ini aku sangat terkejut nyaris berteriak, kutarik tubuhnya untuk melepaskan diri namun usahaku gagal. Kembali kutarik dia berusaha melihat wajahnya. Mataku terperanjat, wajah ini dia adalah gadis itu. Cho Yun Bi, gadis yang tengah menjadi buronan polisi karena membunuh kekasihnya sendiri. Gadis ini lagi-lagi memelukku erat dan menenggelamkan wajahnya ke dadaku. Ia menarik jasku seolah mencari kehangatan atau mungkin untuk bersembunyi.
Tak lama berselang datang dua polisi dengan nafas tersengal, mereka berhenti didepanku. "maaf tuan, selamat malam. Apa kau melihat gadis berhoodi hitam lari lewat sini ? , seperti ini fotonya" ujar salah satu polisi itu sembari menunjukkan selebaran buronan. Seperti dugaanku, mereka mencari gadis ini. Melihat gadis ini hanya mengenakan kaus putih tipis aku yakin ia telah membuang hoodinya. baru saja aku akan menjawab tiba-tiba pinggang bagian kananku terasa perih seperti disayat secara perlahan. Dan cairan hangat yang kuyakini adalah darahku mulai mengalir. Wah gadis ini sepertinya berusaha mengancamku.
"maaf aku tak melihat gadis yang kalian maksud, aku harus masuk sekarang sepertinya akan ada badai salju malam ini. permisi " setelah mengucapkan salam aku segera beranjak masuk kedalam rumahku. "baiklah terima kasih tuan dan nyonya, kami akan lanjut bertugas" balas polisi itu dan berlalu pergi. Aku berjalan dan menutup pintuku perlahan, tentunya masih dengan gadis yang memelukku erat. Ahh jangan lupakan lukaku yang sepertinya bertambah panjang. Kupikir aku sudah hilang akal. Kemana perginya kewarasanku saat ini ?, dengan keadaan sadar aku memasukkan seorang pembunuh kedalam rumahku. Sementara aku sibuk bergelut dengan pikiranku, diluar sana hujan salju turun semakin deras.
To be continue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Psycho Mind
Romance"Seorang gadis menjadi tersangka pembunuhan kekasihnya sendiri dan kini ia terjebak bersama laki-laki yang pernah ia temui saat di Kanada. Laki-laki yang diam-diam selalu memperhatikan gadis itu." Lee hyeok seorang profesor kriminologi asal kanada m...