Good Liar

94 5 0
                                    

Disclaimer Yona Ahn
please dont copy

Dont like dont read
.
.
.
.
.

*panggilan kepala Seo akan diganti menjadi chief Seo

Pyeongchang dong

January 13, 2016. 01.00 pm.

Kepulan asap terlihat dari kejauhan, sepertinya para pemadam kebakaran telaah menjalankan tugasnya. Mobil yang aku tumpangi mulai mendekat ke lokasi kejadian. Semakin mendekat rumah yang terbakar jadi terlihat jelas. Apa ini ?

"hei detektif Park apa kau yakin kebakaran terjadi dirumah no. 169 ?" tanyaku. "tidak siapa yang mengatakan itu. rumah yang terbakar no. 196." jawaban detektif Park membuatku lega sekaligus kesal. Detektif bodoh macam apa yang bahkan terbalik membaca angka. Detektif yang aku maksud kini memandangku dengan tatapan menyesal. Para detektifpun mulai turun dan menyelidiki lokasi kejadian. Tak banyak yang terbakar namun cukup merusak sebagian rumah mewah ini. Karena sudah terlanjur disini akupun ikut membantu dalam penyelidikan.

"ini aneh" gumam detektif Park yang berada disampingku. Kami telah berkeliling beberapa ruangan. Sama sepertiny akupun merasakan keanehan ini. "titik api lebih dari satu, ini terlihat seperti seorang bocah yang memainkan api. pelaku pasti menyimpan dendam pada korban. Biasanya pelaku pembakaran tidak memperhatikan detail yang ia bakar dan memilih menjauh setelah menyalakan api." aku mengatakan analisisku. Rumah ini luas dan berbentuk persegi, bagaimana mungkin api membakar disetiap ujungnya sedangkan ruang bagian tengah tidak tersentuh api.

Detektif Park diam dia tak membenarkan ataupun menampik perkataanku, namun aku tahu ia setuju dengan analisisku. Dari jangkauan api kami dapat mengetahui pelaku memulai aksinya dari ujung rumah bagian belakang tepatnya sebelah kanan, lalu berlanjut kearah depan kanan dan kiri. terakhir ia membakar bagian kamar. Dan dari selisih waktu yang cukup lama ini dilakukan oleh satu orang yang mengenal rumah ini.

"cek cctv di lingkungan ini dimulai dari jam 12. Ahh cek juga black box mobil yang terparkir disekitar sini. Dilihat dari aksinya yang rapi sepertinya dia sudah pernah melakukannya sebelumnya. Berikan aku berkas kasus pembakaran berantai itu. Kirimkan lewat e-mail, aku harus pergi sekarang." Ucapku. "ya, kami tahu apa yang harus dilakukan. Kau pikir berapa lama aku jadi detektif" jawab Park Ji Young. Dapat ku tangkap kekesalan dari nada bicaranya, sepertinya dia kurang menyukaiku. "tak lebih lama dariku menjadi profesor kriminologi tentunya." Ucapku sengaja memprovokasinya. Kulihat raut wajah kesalnya kini menatapku, bocah yang menarik. Aku hanya memasang senyum mengejek dan pergi. Masih kudengar gerutuannya, dasar bocah. Dari tingkah lakunya yang egois dan berkata seenaknya dapat kuduga dia anak tunggal. Dan dari baju yang terlihat tidak rapi pasti sekarang ia baru mencoba hidup sendiri. wah sepertinya aku memang terlahir sebagai profiler.

Lee Hyeok House

Aku berjalan sedikit tergesa-gesa, meskipun sempat lega karena bukan rumahku yang terbakar tetap saja saat ini ada seorang pembunuh berwajah cantik yang berkeliaran didalam rumahku. Aku berjalan masuk namun tak kudapati seorangpun diruang tamu dan ruang tengah bahkan ruang makan. Kemana gadis itu, apa dia pergi ? . sepertinya itu tak mungkin. Rumah ini memang terlihat seperti rumah biasa pada umumnya namun tingkat keamanan rumah ini mungkin seperti markas secret agent.

Aku berjalan perlahan kedalam perpustakaanku, aku merasa seseorang bersembunyi diantara besarnya rak yang dipenuhi buku-buku besar milikku. Aku berjalan perlahan, berusaha tak menimbulkan suara. Gadis itu ada disana berdiri memunggungiku, dia berdiri tepat didepan meja besar tempatku biasa membaca. Aku melangkah perlahan mendekatinya. Entah mengapa aku merasa ada yang tidak beres. Suasana yang sedikit remang menciptakan ketegangan.

"Kau sudah pulang Lee Hyeok ssi..., aku kira kau akan pulang malam." Nada suaranya terdengar dingin. Kemana hilangnya gadis penurut tadi pagi. Sikapnya berubah setiap saat, dia mengerikan. Dia masih memunggungiku. Aku tak lagi melangkah mendekat, jarak kami hanya terpaut empat langkah. "ini rumahku, aku bebas pulang kapan saja nona". Jawabanku kali ini begitu datar. Menghadapi gadis manipulatif memang harus dengan sikap dingin.

Tiba-tiba dia berbalik dan mengacungkan sesuatu kearah dadaku. Suara pelatuk yang tertarik menggema diruangan ini. Sial itu pistolku, aku lupa menyingkirkannya. Aku kembali bersikap santai dan berbicara padanya. "kau menemukan mainanku nona, kembalikan pada tempatnya. Tak sopan mengambil benda milik orang lain tanpa izin".

"mainanmu sangat menarik Lee Hyeok ssi, aku tak sabar menemukan mainanmu yang lainnya. Dan aku juga ingin tahu apakah kau masih dapat memasang ekspresi datar itu bila peluru ini bersarang di jantungmu". Suara lembut namun kejam keluar dari bibir gadis itu. "lagi-lagi kau terlalu banyak bicara" dengan cepat aku menampik pistol itu dan mengunci lengannya. Suara letusan senjata api menggema diiringi pecahnya guci di ruanganku. Sial aku menghabiskan jutaan won untuk guci itu, makiku dalam hati. tembakan itu berhasil aku belokkan dan pistol itu beralih kegenggamanku. "krav maga eh Lee Hyeok ssi, siapa kau sebenarnya?. dan mengapa kau ragu untuk menyerangku". gadis pandai. Aku mendorong gadis itu kesofa hingga ia jatuh terjerembab. Aku kembali mendekatinya, tidak dengan senyumku hanya dengan tatapan dingin. "satu hal yang perlu kau tahu, aku bukan tandinganmu nona. Kau kira kau hebat hanya karena berhasil membunuh seorang pria. Kau tahu aku terbiasa menghadapi banyak penjahat. Dan aku masih tertarik padamu". Dengan pandangan dingin aku mengarahkan ujung pistol kekepala gadis itu. Dia hanya diam tak bergerak dengan pandangan lurus menatap mataku, namun perlahan ia menunduk. (Krav maga seni beladiri militer tangan kosong yang dikembangkan oleh tentara israel, krav maga memfokuskan pada gerak cepat dan menyerang titik vital tubuh.)

"aku tak berniat membunuhnya" ucap gadis itu pelan, tanganku perlahan turun ku lempar pistol itu kesembarang arah. Dan akupun duduk disampingnya."aku memang pembunuh tapi aku tak pernah bermaksud membunuhnya" ucap gadis itu lagi. Pandangan matanya kembali menatap lurus mataku, kesedihan dan keputus asaan terpancar dari manik kelam miliknya. "apa maksudmu,jadi kau tak membunuhnya atau kau menyesal telah membunuhnya " baru kali ini aku tak bisa membaca sikap seseorang. Biasanya aku akan dengan mudah menganalisa tingkah laku seseorang, namun kali ini aku berhadapan dengan seseorang yang sangat terampil mengontrol emosinya. Perilakunya terus berubah, aku hampir tak bisa memprediksi apa yang akan ia lakukan.

Kali ini gadis ini tak lagi bicara, ia hanya diam dan tersenyum misterius. Namun meskipun begitu tampaknya kali ini ia tak bisa menyembunyikan kilatan luka pada tatapan matanya. Sepertinya aku berhasil melihat dasar lautan kelam itu. Namun aku masih belum bisa mengetahui hal yang selalu ia kunci rapat itu. Suara deringan handphone milikku mengalihkan perhatian kami, nomor asing tertera dia layar handphone. Walau sempat ragu aku akhirnya mengangkat panggilan itu. "prof. Lee kami berhasil mengumpulkan data dari cctv dan black box, kami menemukan dua pria yang mencurigakan. Kami membutuhkanmu untuk melakukan profiling tersangka. Chief Lee yang memerintahkan itu". Suara pria yang aku yakini adalah salah satu detektif yang aku temui tadi. "baiklah aku kesana sekarang" jawabku.

Aku beranjak bangun namun sebuang tangan halus menggenggam pergelangan lenganku. Aku menoleh untuk melihat gadis cantik yang sempat aku lupakan. "kau akan pergi lagi " entah mengapa nada suaranya seolah tak ingin aku tinggalkan. Aku kembali memasang senyum menggodaku. "kenapa . kau ingin aku terus menemanimu. Atau kau ingin ciuman sebelum aku pergi ?

To be continue




Mohon maaf sebelumnya atas keterlambatan up, mungkin minggu depan juga saya akan terlambat up karena masih disibukkan dengan kegiatan ospek. Dan sekali lagi saya ingin berterima kasih karena telah membaca karya saya jnagan lupa vote dan jadikan Psycho Mind reading list ya 😊 . jangan sungkan memberikan kritik dan saran .

-Yona Ahn-

Psycho MindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang