Sembilan

50 10 2
                                    

"Jogiyo..."

Seong-Joo membalikkan tubuhnya sambil memamerkan senyum terbaiknya. Gadis itu berdiri di hadapannya. Gadis berwajah manis dengan bibir merah muda yang terlihat lembut. Seong-Joo menatapnya dari atas kepala hingga ujung kaki, memandanginya seolah keindahan hanya akan datang kala ia menatap gadis itu. Blazer abu-abu dengan kerah biru langit yang melapisi kaus putihnya dipadukan dengan skinny jeans berwarna biru gelap.

"Oh, gadis telepon!" seru Seong-Joo beberapa saat setelah puas mengamati gadis di hadapannya.

Hye-Young, gadis itu terlihat begitu dewasa dengan rambut cokelat madunya yang terurai bebas. Pointed heels yang dikenakannya membuat kakinya terlihat lebih jenjang. Dengan tampilan sederhana seperti itu saja gadis itu mampu menarik perhatian orang-orang di sekitarnya.

"Seo-Seong-Joo-ssi..." Gadis itu lekas membalikkan tubuhnya tepat ketika dia menyebutkan nama Seong-Joo lantang-lantang.

"Nona, kau tidak apa-apa?" Seong-Joo dengan sigap menangkap lengannya ketika tubuh Hye-Young terlihat limbung dan nyaris terjatuh.

"K-kau tidak mengenalku?"

"Tentu saja aku kenal! Kau gadis di telepon itu, aku mengenali suaramu," sahut Seong-Joo sambil memamerkan senyumnya lagi. Semakin lebar ketika si gadis telepon itu balas menatap matanya lekat-lekat. Seong-Joo tidak mengantisipasi tatapan semacam itu sebelumnya. Dia pikir, gadis itu hanya akan meresponsnya dengan sikap apatis yang membuat gadis itu terlihat menyebalkan. Tetapi hari itu ia malah bersikap cukup manis.

"Aku hanya ingin berkenalan denganmu. Kau percaya jika aku bukan orang jahat, bukan?"

"Akhirnya aku bisa bertemu denganmu. Kau tahu, suara aslimu ternyata lebih enak didengar ketimbang suaramu di telepon. Perkenalkan. Namaku Chae Seong-Joo." Seong-Joo melanjutkan kalimatnya setelah gadis di depannya memberi jeda keheningan cukup lama di antara mereka.

"C-Chae...Seong-Joo?"

"Nona, sebaiknya kau duduk dulu. Banyak orang yang akan memperhatikanmu jika kau berdiri seperti itu." Perlahan, Seong-Joo membimbing gadis di sampingnya menuju kursi, tangannya menyodorkan segelas air putih ke hadapannya. Tunggu, bagian keterkejutan gadis itu tidak termasuk ke dalam rencana Seong-Joo. Tetapi Seong-Joo harus memastikan agar ia kembali tenang.

Benar kata Min-Hee. Jika dipikir-pikir, HoHo Myoll terasa begitu imut untuk ukuran pertemuan semacam pertemuannya dengan si gadis telepon itu. Pasalnya, hipotesis tentang suara lembut si gadis telepon dan kecintaannya pada tempat cute semacam HoHo Myoll hanyalah praduga Seong-Joo semata.

Di deretan belakang ruangan, ada meja panjang dan kursi berjajar yang ditujukan untuk individu-individu yang datang untuk melakukan sesuatu seorang diri. Dekat sana, di sudut, ada satu meja dan dua kursi kayu yang berhadapan. Ada beberapa tempelan di dinding terdekat. Beberapa ornamen berbentuk kucing mewarnai keseluruhan kafe.

"Sepertinya aku harus pergi sekarang," ujar si gadis telepon pelan sambil beranjak bangkit dari kursinya. Tangan Seong-Joo mencekal pergelangan tangan gadis di depannya cepat. Tidak, tidak bisa secepat itu seharusnya, pikir Seong-Joo.

"Lima menit, bisakah aku meminta lima menit dari waktumu?"

Bodoh, rutuk Seong-Joo dalam hati. Apa yang akan dilakukan dalam lima menit? Bahkan untuk mengagumi guratan demi guratan di wajah gadis itu saja membutuhkan waktu lebih dari waktu yang bisa dimintanya.

"Bagaimana bisa kau menelepon ke tempatku?" tanya Seong-Joo. Bukankah harusnya pertanyaanya adalah perihal nomor ponsel gadis itu? Mengapa Seong-Joo malah bertanya alasan telepon yang salah itu. Seong-Joo hanya bisa menepuk dahinya sesaat setelah melontarkan pertanyaan konyol semacam itu.

"Aku sudah pernah mengatakannya padamu, salah sambung," jawabnya ketus.

"Tetapi kau tidak tahu jika aku mempunyai relasi dengan CEO Iridescent?"

"Relasi?"

"Temanku bekerja sebagai model di sana. Bukankah itu sudah cukup disebut relasi?"

"Seong-Joo-ssi, aku sudah memenuhi permintaanmu untuk bertemu. Relasi atau tidak, aku sama sekali tidak peduli apa hubunganmu dengan dirinya. Setelah ini, kuharap tidak ada masalah lagi di antara kita. Kau dan aku, anggap saja kita tidak pernah saling mengenal!"

"Oh, aku akan dengan amat sangat senang hati mengingat bagaimana pertemuan konyol ini terjadi. Dan karena kita berdua tidak saling mengenal, maka aku harus mengajakmu berkenalan," tutur Seong-Joo. Seong-Joo tentu saja tidak akan menyerah begitu saja. Meskipun dirinya tahu seberapa besar gadis itu menghindarinya sejak percakapan pertama mereka dimulai.

Seong-Joo mengulurkan tangannya. Jika gadis itu tidak ingin percakapan mereka di telepon terdengar seperti perkenalan konyol, maka dia harus berkenalan secara resmi, setidaknya hari itu Seong-Joo bertekad untuk mengetahui nama gadis itu.

"Mari kita berkenalan secara resmi. Namaku Seong-Joo, Chae Seong-Joo," ujar Seong-Joo pelan.

Si gadis telepon itu hanya menatapnya lekat-lekat. Wajahnya terlihat pucat. Seong-Joo menarik tangannya yang sama sekali tidak disambut uluran tangan gadis itu. Entah apa yang sebenarnya ada di pikiran gadis itu. Seong-Joo menundukkan kepalanya, berpikir bahwa dirinya mungkin saja tidak menarik di mata gadis itu.

"Tak bisakah kau menyebutkan namamu saja? Jadi aku tidak perlu menamai kontakmu dengan sebutan gadis telepon," pinta Seong-Joo pelan.

"Hye-Young." Setelah menyebutkan sebuah nama, gadis itu bangkit dari tempat duduknya. Dia bahkan belum memesan apa pun. Sambil menghela napas panjang, gadis di depan Seong-Joo menatapnya lekat.

"Kumohon, jangan meneleponku lagi."

Tanpa embel-embel apa pun, gadis bernama Hye-Young itu berlalu dari hadapan Seong-Joo, meninggalkan Seong-Joo yang terpaku menatap punggungnya yang kian menjauh. Dari sekian banyak nama, mengapa nama itu yang harus didengar Seong-Joo sore itu? Tepat di saat dia berniat melupakan gadis yang bernama sama dari masa lalunya.

Seong-Joo melipat tangannya di depan dada sambil menundukkan kepalanya. Beberapa hari yang lalu Min-Hee adalah orang yang menyuruhnya segera berkencan tanpa mengetahui bahwa Seong-Joo mulai lelah melakukan kencan-kencan tersebut. Jika gadis itu tidak mirip dengan Hye-Young, maka namanya akan sama dengan Hye-Young. Tapi kali ini dia benar-benar tidak berpikir akan mengulangi kesalahannya. Seong-Joo pikir, mengenal seorang gadis dari pesawat telepon akan membuatnya menemukan seorang gadis yang berbeda dengan Hye-Young. Seseorang yang tidak mengingatkannya sedikit pun pada gadis gemuk yang selalu ada di sampingnya beberapa waktu silam.

Dan lagi-lagi hipotesis Seong-Joo salah.

Kalau sudah begini, apa yang harus aku lakukan, Hye-Young-a?

***

Catatan penulis: Halo! Dari hari Kamis sampai Senin kali ini aku merasa lamaaaa banget. Dan finally Senin lagi dan aku bisa posting Phone Reminiscence lagi! Yeay! Yuk share komentar kamu di part ini. Psst, vote-nya juga ya. Oh iya, kamu ditanyain sama bintang-bintang utama di #MementoSeries yang lain tuh. Sudah mampir belum ke laman AsmiraFhea piadevina HandiNamire99 dan lianurida ?

Cheers,

Dhamala Shobita

PHONE'S REMINISCENCE (Memento Series #3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang