Matanya berwarna biru muda itu membuat aku selalu mengingatkan kepada sesosok almarhum ibuku yang meninggalkan aku sejak aku berumur empat tahun
Author View’s
Exlie menatap justin dengan wajah bingung nya, mulut nya sedikit ternganga. Justin langsung melangkahkan kakinya menghampiri exlie, tapi exlie terus melangkahkan kakinya untuk mundur kebelakang. Justin terus menghampiri exlie dengan wajah nya yang dingin. Saat mata exlie menatap kedua tangan justin terkepal sempurna, begitu keras, sehingga menimbulkan uratnya yang berwarna biru begitu menonjol dari luar. Saat justin terus melangkahkan kakinya untuk menghampiri exlie, ia membuka jas kerjanya, lalu melemparnya di sofa panjang milik nya. Exlie terus melangkah mundur, sampai punggung nya kini ditahan oleh sebuah tembok besar. Hingga sekarang justin sudah berada di depan exlie. Kedua tangan justin langsung mengunci tubuh exlie di sisi kanan dan disisi kiri. Exlie melebarkan matanya, karena begitu terkejut atas perlakuan justin yang sekarang posisi tubuhnya dikunci rapat oleh kedua tangan justin. Exlie meneguk ludahnya, kemudian mengigit bibir bawahnya cukup keras. Karena yang dirasakan oleh exlie hanya rasa kegugupan.
Justin mendekatkan wajah nya ke wajah exlie. Exlie memundurkan kepalanya, hingga kepala bagian belakangnya mencium dinding. Justin terus memajukan wajahnya untuk menghampus jarak wajahnya dan wajah exlie.
“ap-ppa ya-ng kau ingin-kan?” kata exlie terbata-bata, exlie begitu gugup sekarang. Bagaimana tidak gugup, seorang pria yang di idamkan oleh semua kaum hawa sedang berada dihadapannya, dekat dengan tubuhnya, dan dekat dengan wajahnya. Jusin tidak menjawwab pertanyaan exlie, ia justru semakin memajuka wajahnya. Mata exlie terpejam, setelah ia merasakan wajah justin sangat dekat nya, menghapus jarak anatara dia dan justin. Kemudian exlie merasakan deruan nafas di samping telinga kirinya, ya itu justin.
“kau tahu, kau telah mengacaukan semua nya.” Bicara justin memang sedikit berbisik, membuat exlie merinding. Lalu exlie membukakan kedua matanya.
“ak-ku, tel-lah mengacaukan sem-mua-nya? Menga-caukan apa?”
Mulut justin masih berdiam di telinga kiri milik exlie.
“yah, kau menggagalkan nya, kau menggagalkan misi pembunuhan ku terhadap chelia.” Ujar justin santai, lalu ia kembali menatap wajah exlie yang wajahnya terlihat pucat pasi. Mungkin ini efek dari kegugupan seorang exlie clowe.
“chelia? maksudmu wanita tad-di?”
“yeh, kau karyawan yang sangat keras kepala yang belum pernah ku temui. Tidak ada karyawan ku yang beranimenghalangi apapun untuk melakukan sesuatu.”
“tapi aku hanya ingin membantu wanita itu,” exlie lagi menelan ludah nya dengan susah payah saat ia melihat justin melonggarkan dasinya, lalu membuka kancing bagian paling atas kemejanya, kemudian justin langsung melepaskan dasinya dari lehernya. Tapi dasi itu masih terus dipegangnya.
“Apa yang akan kau lakukan??!! Jangan lakukan apapun kepadaku. jika kau berani, aku tidak segan-segan melaporkanmu ke kantor polisi.” Suara exlie sedikit dengan nada penekanan, untuk memperingati justin agar tidak melakukan apapun kepada nya.
Justin kembali mendekatkan wajahnya ke wajah exlie, “ini hukuman mu, karna kau telah membantah kata-kataku, keras kepala, dan kau juga telah menggagalkan misi ku.”. exlie langsung memejamkan matanya. Ia merasakan deruan nafas justin yang menerpa kulit wajahnya. Exlie merasa kekurangan oksigen, dan sekarang ia baru sadar oksigen sangat mahal. Tiba-tiba tangan kanannya merasa disentuh lalu diangkat yang terkena pisau lipat tadi. Dan ia merasakan sebuah benda dililitkan ditelapak tangan nya. Kedua mata exlie terbuka dengan sempurna, mulut exlie sedikit terbuka melihat kegiatan justin yang berada didepannya dan sudah tidak lagi mengunci tubuh mungilnya. Exlie melihat justin sedang melilitkan dasi yang ia lepas tadi di telapak tangan exlie guna untuk menutupi luka exlie.