Exlie Clowe View’s
Mobil justin berhenti tepat didepan apartementku. Aku menghembuskan nafasku yang begitu berat dan sesak. Kepalaku sedikit terasa pening hingga pandanganku terlihat tidak fokus. Jari-jariku memijit sebelah pelipisku, seakan dunia berputar dengan cepat. Aku tidak pernah merasakan rasa pening yang luar biasa seperti ini. Mungkin ini akibat dari aroma didalam club tadi atau mungkin pukulan dari logan. Entahlah, yang sekarang aku fikirkan adalah bagaimana cara menghilangkan rasa pening luar biasa ini. Terasa sangat ingin mendorong kepalaku kedinding sekarang. Sesekali aku memejamkan mataku kemudian membukanya untuk mengembalikan kefokusan mataku, tapi tetap saja penglihatanku terlihat buram. Suara dehaman membuatku menoleh kearah justin yang duduk ditempat mengemudi. Lantas aku langsung menatap mata coklat emas itu, membuat ku menelan ludahku. Pening yang melanda dikepalaku terasa hilang dalam sekejap. Aku merasa kebingungan melihat wajah tampan milik justin. darimana justin mendapatkan wajah tampannya, hingga wanita-wanita diluar sana sangat mengaguminya. Selain ia tampan, ia juga kaya raya mempunyai bisnis dimana-mana. Aku tahu justin mempunyai uang yang banyak dan bisa memiliki semuanya yang dia mau. Tapi sifat dingin dan cueknya membuatku mengurung niatku untuk menyukainya. Bagaimana jadinya jika aku akan mempunyai hubungan special dengan justin?. aku tahu hubungan itu akan menjadi sebuah hubungan yang mengerikan.
“apa kau hanya terus menerus melihatku seperti itu?” aku melengak terkejut. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku samar-samar. Aku yakin dikedua pipiku terdapat semburat kemerahan. Sungguh, itu sangat memalukan. Sudah sangat jelas memalukan, karena aku tertangkap basah telah melihat wajahnya dengan dekat. Aku meremas rok kerjaku yang diatas lutut.
“maaf, aku hanya-“ jawabanku terputus setelah ia memutuskan pembicaraanku. Lihat sekarang, bukan hanya aku saja yang memutus kata-katanya, tapi ia juga.
“kau terpesona melihat wajah tampanku? Ohhh, itu sudah biasa untukku. Wanita-wanita diluar sana sangatlah mengagumi dan terpesona akan wajah tampanku ini. Dan mereka langsung berbicara langsung padaku, dan aku tidak keberatan jika mereka memandang wajahku terus menerus. Tapi kau, kau tidak bilang bahwa kau terpesona akan aku. Akan tetapi kau terus mencuri-curi pandang padaku.” Aku tidak menyangka ia telah berbicara dengan percaya diri. aku menyipitkan mataku kearahnya untuk menatapnya tapi pening ini tetap saja menjalar dikepalaku membuatku terus merasakannya. Ya, memang kuakui ia mempunyai wajah yang tampan dan mempesona. Wajar saja jika aku beranggapan hal itu, aku wanita nomal jadi aku bisa membedakan pria yang tampan mana yang tidak.
“aku sama sekali tidak mencuri-curi pandang kepadamu, aku hanya saja sedang melamunkan sesuatu.” Aku menggunakan nada yang cukup datar. Aku kembali menatap keluar jendela yang terlihat sepi. Kupikir arien belum pulang dari tempat kerjanya.
“terserah kau, tapi apa kau hanya terus menerus duduk dan diam didalam mobilku? Ini sudah larut malam dan aku harus bekerja besok pagi dan kau juga.” Tegurannya membuat rasa pening ku menjalar kembali. Sudah rasanya aku ingin mendorong kepalaku kearah dinding. Aku sedikit meremas rambut panjangku, untuk sedikit meredakan rasa peningnya. Aku menoleh kearahnya, dan memejamkan mataku dan kurang dari dua detik aku langsung membuka mataku. “emmbb, aku ingin bilang teri-ma kasih atas kejadian tadi. Kau sudah menolongku tadi. Ahm, terimakasih.” Lantas aku beralih dari wajahnya dan tanganku mengulur untuk meraih knop pintu mobil justin. Setelah pintu mobil itu terbuka aku langsung menjatuhkan satu kaki kiriku terlebih dahulu. Ketika aku ingin menjatuhkan satu kaki kananku, pergelangan tanganku ditahan oleh justin. aku terdiam sejenak, lalu kedua bola mataku langsung menoleh kearahnya. Aku mengernyitkan dahiku, sedikit kulirik dimana pergelangan tanganku yang ditahan oleh justin. kemudian aku kembali menatap wajahnya kembali. Ku lihat wajahnya terlihat datar, tapi ketampanan nya tak pernah pudar.