Aku adalah Betina. Aku merupakan seorang murid pindahan di SMA Perkutut. Suatu pagi, aku terlambat datang ke upacara bendera sebab aku datang di hari Selasa. Aku telat 24 jam.
Ketika aku berdiri resah di depan gerbang sekolah yang tergembok, seorang murid cowok mendekatiku dengan gaya preman.
"Telat datang ke sekolah aja paniknya kayak telat bayar iuran BPJS," seloroh cowok itu.
Aku tak menanggapi guyonannya. Aku malah memperhatikan keningnya yang berdarah. "Jidat lo kenapa?" aku khawatir sembari menyentuh lukanya.
"Biasa, kepentok palang pintu kereta sewaktu mau terabas," ucapnya cool.
"Ini kalau nggak diobati, bisa infeksi. Mau jidat lo diamputasi?" Aku segera memasangkan plester ke luka cowok berambut berantakan itu.
Dia hanya bengong memandangi aku yang telaten mengobati lukanya.
"Itu tangan lo kenapa?" Aku perhatikan tangannya yang tampak sengklek.
"Kepentok stang sewaktu jatuh dari motor," jawabnya sembari mengaduh.
"Tangan kamu patah!" vonisku setelah cek dengan cara menarik-ulur tangannya.
Setelah mengaduk isi tasku yang lebih mirip kotak P3K, aku langsung memasangi gips pada tangannya. Lalu padanganku beralih ke anggota tubuhnya yang lain. Ternyata badannya penuh memar dan luka basah.
"Ini sebenarnya lo kenapa sih?" tanyaku panik.
"Gue barusan keserempet kereta," akunya. "Untung, masih selamat."
"Udah luka parah begini masih bilang untung. Indonesia banget sih lo!" Aku buru-buru memperban sekujur badannya sehingga cowok itu seperti mummy.
"Makasih ya," ucapnya dengan mata berkaca-kaca.
"Iya. Lain kali tunggu kereta lewat dulu," ucapku. "Oh iya, nama gue Beti."
"Salam kenal, Beti. Lo mau masuk?" tanyanya.
"Mau sih. Tapi rela bagi-bagi?" kataku.
Kemudian cowok tersebut menunjukkan jalan rahasia untuk masuk ke sekolah. Aku juga dipinjami tangga olehnya. Tapi ketika aku mau mengucapkan terima kasih, dia keburu kabur dikejar-kejar tukang bangunan pemilik tangga yang dicurinya.
***
Ketika istirahat di kantin, aku cerita tentang pertemuanku dengan cowok penyelamat kepada kedua sahabatku, Erisca dan Febriani.
"Jadi, lo belum tahu nama cowok yang bantuin lo?" tanya Erisca.
Aku menggelengkan kepala.
Tiba-tiba terdengar suara gaduh di belakang kantin.
"Apaan tuh?" tanya Febriani dengan satu mata terpejam.
"Paling juga ibu kantin masak kambing guling lagi," sahut Erisca.
Lalu kami berlari ke sumber suara. Ternyata kegaduhan itu berasal dari dua murid cowok yang berkelahi. Mereka berkelahi saling lempar drum air.
"Itu kan cowok yang nolongin gue," bisikku ketika menyaksikan dia berantem dengan kakak kelas.
Di tengah perkelahian, dia berkata kepada senior.
"Gue nggak suka ya kalau ada kakak kelas yang pakai jaket Akatsuki!" Dia lanjut lempar drum air ke senior. "Akatsuki itu organisasi terlarang, mesti dibubarin."
"Tapi kan gue cuma cosplay!" dalih senior sambil menangkis drum air.
Tak lama, guru BP datang melerai. "Sudah, sudah. Jangan berkelahi."