April Mop

16.9K 671 30
                                    

"APRIL! DIRGA! KELUAR KALIAN!!!"

"Tapi bu-"

"KELUAR!"

Setelah dibentak sebegitu kencangnya, kedua cowok-cewek bersahabat ini keluar dari kelas. Alasannya karena apa? Mereka berdua ketahuan nyontek saat ulangan berlangsung. Dengan menggunakan ponselnya masing-masing, mereka saling mengirim pesan yang berisikan tentang 'nomor ini jawabannya apa?', 'yang itu apa?', 'yang ini apa?', dan sebagainya. Dan karena ketahuan-al hasil mereka dihukum.

"Aduh... duh bu, sakit bu..." ringis keduanya ketika mereka diseret sambil dijewer ke tengah lapangan.

"Sini kalian," guru matematikanya itu mendorong keduanya berdampingan di depan tiang bendera. "Hormat di depan tiang bendera sampai jam pelajaran saya selesai!"

"Hah?! Yang bener aja bu, ibu pelajarannya empat jam loh, bu!" celetuk si cowok nggak terima. Empat jam di depan tiang bendera sampai jam istirahat pertama, mana panas gini, siapa yang mau?

"Siapa suruh kamu nyontek?" tanya si ibu guru sambil melotot. Si cowok meringis.

"Tapi bu, nanti kita dapet susulan nggak, bu?" tanya si cewek hati-hati.

"Bisa aja, tapi kalian nggak barengan susulannya. Sendiri-sendiri! beda hari! Nggak ada yang boleh pakai handphone!" kata si ibu guru. "Oh iya, mana handphone kalian?"

Dirga dan April saling pandang. Meminta persetujuan masing-masing. "Handphone kalian mana?!" tanya guru matematika itu lagi.

"Udah, kasih aja deh, Dir.." bisik April nyerah.

"Ntar kalo nggak dibalikin gimana?" bisik Dirga pelan.

Alhasil mereka saling bisik-bisikan tentang kasih atau enggaknya handphone mereka. Tanpa bisa didengar guru matematika mereka, membuat si guru penasaran dan kembali bertanya, "HANDPHONE KALIAN MANA?!"

Dirga dan April gelagapan dan buru-buru mengeluarkan handphonenya masing-masing dari dalam saku. Dan dengan tampang nggak relanya masing-masing ketika handphone mereka dirampas si guru matematika.

"Handphone kalian saya sita." Kata bu guru sambil menggenggam erat dua handphone itu. "Hormat!" suruhnya galak.

Juga dengan Dirga dan April yang kembali hormat ke tiang bendera. Sementara si guru kembali masuk kelas. Dan dua murid SMA ini yakin banget kalo kelas mereka sekarang lagi riuh-riuh minta jawaban ke teman sebangkunya atau pun ke teman-temannya yang lain. Siapa juga yang mau nyia-nyiain kesempatan emas buat nyontek tanpa ada guru matematika mereka yang super galak itu?

Dan kini, mereka berdua harus dihukum hormat di depan tiang bendera. Kenapa sih hukumannya harus begini? Yembah tiang, kah, sampe harus dihormatin segala? Emang tiang siapa? Benda mati yang atasnya ada bendera aja segitu dibanggainnya.

"Pril," panggil Dirga, masih dengan tangannya yang mulai pegel harus kalo harus hormat terus.

"Apa?" tanya April sambil menyeka bulir-bulir keringat yang mulai turun dari pelipisnya.

"Happy birthday ya.."

Dahi April berkerut mendengar kalimat tadi. Happy birthday? Siapa yang ulang tahun? Tunggu! Sekarang itu bulan april, sama kayak namanya, tanggal satu sama kayak... ulang tahunnya! Bahkan, April sendiri nggak inget kalau sekarang itu hari ulang tahunnya. Dan yang ngingetin itu Dirga, cowok yang udah jadi sahabatnya dari kecil dan cowok yang udah dia suka dari kecil juga. Cowok yang jadi alasan April nggak pernah pacaran sampe sekarang dia kelas dua SMA.

Seketika April tersenyum dan buru-buru menoleh kea rah Dirga yang juga senyumin dia. "Gue nggak inget, Dir.."

"Ah elo.. Ulang tahun sendiri juga." Kata Dirga sambil tertawa. Tapi, satu pikiran terlintas di otaknya dan membuatnya semakin tersenyum lebar, "Lo nggak inget, Pril? Berarti nggak ada yang ingetin dong? Berarti gue orang pertama yang ingetin dong?"

one more pageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang