Be My Love (?)

2.4K 200 27
                                    

Tak banyak hal yang dilakukan Janinda kali ini untuk menyelesaikan soal-soal di atas mejanya selain mengetuk pensil pada permukaan meja atau menyisipkan helaian rambut ke belakang telinga. Bibirnya mengerucut sebal karena tak mengerti bagaimana menyelesaikan setiap soal di hadapannya itu, mungkin jika dikira-kira, tak sampai 15 dari 40 soal selesai atas kerja otaknya sendiri.

Kini, Janinda tengah berada dalam sebuah ruangan berisi teman-teman seperjuangannya dalam mengerjakan try out Ujian Nasional yang diadakan tempat les mereka. Dan ia mendengus, kalau bukan karena latihan ansambel untuk Seni Budaya, mungkin Janinda masih punya sedikit waktu yang setidaknya bisa digunakan untuk belajar, bukannya kepepet dan langsung berlari menuju tempat les--yang meskipun berada dekat dengan sekolah--dengan telat di 15 menit pertama hingga mendapat tempat duduk jauh dari jangkauan teman-temannya.

Cewek itu jadi nggak bisa nyontek!

Ia menghela napas kasar lalu mengangkat kepalanya hanya untuk menemukan beberapa teman di dalam kelas yang sama dengan berbagai reaksi, ada yang mendengus, menggaruk kepalanya masing-masing, mencuri pandang ke kanan atau ke kiri, ataupun serius tanpa mau menyontek atau diconteki.

Janinda mendengus lagi untuk kesekian kalinya ketika cewek itu memandang soal fisika di mejanya dan menemukan otaknya bagaikan mengepul hanya dengan membaca soal-soal tersebut.

Ia mengangkat kepalanya lagi. Namun, kali ini matanya jatuh pada sosok dua baris kursi di depannya, duduk di pinggiran tembok dengan santainya melekatkan dua earphone di telinga seakan tak memperdulikan fakta bahwa mereka tengah mengerjakan try out.

Namanya Denis, bisa dibilang sebagai satu-satunya cowok yang tahan berada dalam kelas yang dihuni cewek-cewek berisik termasuk Janinda sendiri. Hingga konteks 'satu-satunya' di sini adalah dalam arti yang sebenarnya bahwa Denis merupakan satu-satunya cowok dalam kelas Janinda.

Dia bukan tipikal cowok melambai, bahkan jauh dari kata melambai. Dengan wajah di atas rata-rata bagi para remaja dan sikap easy going pada setiap orang termasuk pada makhluk yang bernama cewek, Denis merupakan tipikal cowok yang mudah membuat para cewek berhati kosong untuk baper. Dan Janinda, cewek itu nggak tahu harus mengkategorikan dirinya sebagai jenis cewek yang mana, karena yang ia tahu, dirinya tak boleh jatuh dalam pesona seorang Denis.

Janinda tersentak menyadari Denis menolehkan kepalanya ke belakang, tanpa sempat menundukkan kepalanya pada tumpukan soal di bawah lagi, mata mereka telah bertemu. Dan di saat itu pula cewek itu tak tahu harus melakukan apa selain balik menatap Denis dan begitu pula sebaliknya.

Hingga cowok itu tersenyum kecil.

Janinda terdiam, dari balik bahu lebar Denis, ia bisa melihat salah satu tangan cowok itu yang tengah menggenggam ponsel dalam keadaan menyala dengan ujung ponsel terpasang kabel yang menyambung pada telinganya.

Mengalihkan perasaanya dengan mencoba santai seperti biasanya, cewek itu menggerakkan bibirnya dengan bisikan pelan yang menyatakan, "Main hape!"

Dan Denis terkekeh dari kejauhan, diakhiri dengan seringai ledekannya sebelum kembali menghadap ke depan.

Belum lama Janinda memfokuskan dirinya pada soal lagi, mulai pula berisik grasak-grusuk dari teman-teman sekelasnya. Dan ketika cewek itu mengangkat kepalanya kembali, ia menemukan Denis melempar permen ke sekeliling ruangan satu persatu pada teman-teman mereka. Dari permen belang-belang isi coklat, permen rasa buah, permen rasa kopi, hingga... ketika cowok itu memutar kepalanya membuat tatapan mereka bertemu lagi, Denis mengkodekan sesuatu dengan alisnya, hingga tatapan Janinda jatuh pada apa yang dipegang cowok itu.

Permen.

Dan tanpa aba-aba, Denis sudah melemparkan permen tersebut ke arahnya.

Kali ini tak tepat jatuh di tangan Janinda, hingga cewek itu harus menunduk memungut permen tersebut yang jatuh di lantai tepat di depan kakinya.

Janinda bangkit, membuka genggaman telapak tangannya hingga melihat merk pasar permen tersebut; KIS, yang biasa cewek itu lihat di iklan komersial televisi dengan slogannya yang unik "Ga Cuma Wangi Juga Bisa Ngomong".

Janinda terkekeh kecil lalu membuka bungkus permen itu dan memasukkan isinya ke dalam mulut hingga merasakan sensasi dingin, pedas mint, dan segar menjadi satu.

Katanya, bisa ngomong kan? Dengan penasaran cewek itu membalikkan bungkus permen tersebut hanya untuk membuat senyumnya luntur tiba-tiba dan raut wajahnya berubah tegang.

"Be My Love" tertulis di sana dengan gambar hati di sebelahnya. Ia terdiam memandang bungkus permen di genggamannya tanpa tahu harus berbuat apa. Bahkan hanya untuk mengangkat kepalanya, cewek itu merasa wajahnya akan memerah. Dan ia memilih mengalihkan pandangannya menatap ke arah lain, yang malah membuatnya menemukan bahwa teman-temannya yang lain menggenggam bungkus permen yang berbeda.

Membuatnya lagi-lagi tertegun.

Namun, ia merasakannya, merasakan ketika seseorang dari depan menolehkan kepala untuk memandangnya, hingga secara refleks dirinya ikut mengangkat kepalanya dan menemukan bahwa lagi-lagi Denis menatap ke arahnya.

Dengan menaikkan sebelah alis, ekspresi yang tak bisa Janinda deskripsikan, namun satu yang ia temukan dari wajah cowok itu, entah hanya dirinya yang merasakan atau memang begitu adanya bahwa cowok itu menampakkan rautnya yang seakan menunggu reaksinya terhadap bungkus permen di tangannya.

Janinda mengambil napas dalam-dalam namun tak ketara, mentralisir perasaannya dengan mengucapkan--membisikkan--sesuatu yang malah terdengar bodoh, "Beli dimana permennya?"

Hingga Denis membalasnya dengan kerutan di dahi.

Bodoh, umpat Janinda dalam hati. Jelas saja yang barusan terlontar dari mulutnya terdengar sangat konyol. Dengan permen yang seakan menjadi perantara dalam mengatakan "Be My Love" padanya, dan wajah penuh penasaran Denis, dari sekian banyak pilihan kata dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dirinya memilih untuk membalas dengan kalimat yang seakan-akan merupakan bahasa alien dari planet lain.

Akhirnya, Janinda memilih untum pura-pura mengerjakan soalnya lagi.

Meskipun dengan wajah memerahnya yang hampir ketara, cewek itu cukup lega karena tak membiarkan dirinya menyinggung maksud dari pesan permen tadi. Karena jawabannya pasti ada di antara bercanda dan serius.

Bukannya Janinda nggak suka sama Denis. Mereka dekat, sangat dekat malah, hingga banyak ledekan-ledekan iseng penuh arti yang dilontarkan untuk mereka berdua.

Namun, sebelum segala halnya menjadi semakin jauh. Janinda nggak akan membiarkan dirinya jatuh dalam pesona Denis.

Karena yang ia tahu, cowok itu telah memiliki kekasih.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 14, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

one more pageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang