you had me at "hello"

2.9K 260 6
                                    

Semua ini berawal dengan hal yang klise, dimana gue yang tengah berjalan kembali ke meja setelah memesan pesanan dan nggak sengaja ada seorang cowok yang menumpahkan minumannya.

Si kopi berwana coklat sebagai properti dimana awal perkenalan kami dimulai.

Dan dimana kemeja putih yang biasanya gue pakai untuk sekolah kotor dengan bercak cokelat.

“Eh, sorry-sorry. Nggak sengaja, beneran.”

Cowok di hadapan gue ini nggak ada hentinya untuk minta maaf. Dan memang sepantasnya untuk gue marah. Apa lagi nginget baju gue yang udah kotor. Dan segala sesuatunya yang bikin gue mencak-mencak, tapi…. Semua sirna gitu aja ketika lihat si cowok.

Si cowok yang… gue nggak bisa deskripsikan gimana perasaan gue ini antara kesal campur senang.

Karena….

Dia ganteng.

Pake,

Banget.

GANTENG BANGET!

Dan gue, seorang Karin yang biasa meluangkan waktu untuk ke kafe langganan, yang ggak pernah pulang ke rumah begitu aja tanpa meninggalkan jejak di kafe Star, cuman bisa diam nggak berkutik. Apa lagi ketika denger suara maskulinnya berkata ‘maaf’ untuk kesekian kalinya.

“Hey, sori lho. Nggak sengaja, beneran deh. Tadi gue cuman balik setelah ngambil pesanan, dan bener-bener nggak liat kalo ada lo lagi jalan.”

Gue mengangguk kecil. masih cukup terkesima, tapi menjawab juga, “Nggak, nggak pa-pa.”

Cowok itu mengernyit. “Lo nggak marah?”

Lantas kini giliran gue yang menaikkan sebelah alis. “Marah?” tanya gue. “Ya enggak lah! Lo ‘kan nggak sengaja,” lanjut gue senyum. Ya… kalo lo jelek sih pengecualian. Apa lagi coba yang bikin gue nggak jadi mencak-mencak selain fakta bahwa cowok ini ganteng?

Nggak urung cowok itu untuk senyum lebar. Dan oh, tentu senyum yang lantas bikin gue gigit bibir nggak karuan. “Gue kira lo bakal marah-marah. Soalnya tampang lo tadi udah kayak bener-bener…. Ya gitu.”

Gue terkekeh. “Tadinya sih iya, sebelum gue berniat untuk malu-maluin diri sendiri.” dan ya… sebelum gue tau lo ganteng.

Dan cowok ini ikut ketawa. “Lo lucu ya.”

Satu kalimatnya yang kelewat simple jelas bikin hati gue berbunga-bunga dan senyum lebar mandang dia. Dan tentu dengan sambutan yang nggak kalah panas, gue ngulurin tangan untuk memperkenalkan diri. “Gue Karin.”

Cowok itu ikut senyum dengan tipikal senyumnya yang menggoda. Goda iman. Goda mata. Bikin zinah mata. Bikin dosa. Dan dia mengulurkan tangan. “Aryan.”

Dan Cuma berakhir dengan gue yang nggak ngomong apa-apa lagi selain bilang ke Aryan kalo ada temen yang nunggu. Karena emang faktanya gue nggak sendiri ke kafe ini, ada Ananda dan Derya. Dua cewek seperjuangan yang selalu jadi teman hang out.

Dan akhirnya, kita kembali ke meja masing-masing. Yang meskipun harus diawali dengan introgasi para kawan-kawan yang kepo tentang gimana ceritanya baju gue berubah gembel dengan bercak-bercak cokelat. Dan tentunya gue nggak mau berbagi kebahagiaan dengan mereka yang gue tau banget gimana pekanya tentang cowok ganteng.

Apa lagi kalo gue bilang sekarang ini lagi lirik-lirikan bareng Aryan.

one more pageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang