-Alan- 2

60 17 13
                                    

Jika kedua hati belum pernah bertemu, lalu tanpa sengaja tuhan mempertemukan kedua hati tersebut apa itu artinya kita memang ditakdirkan untuk bersama?

----

"helm dibuka jangan dibawa-bawa" Devan tertawa, Alana benar-benar seperti anak kecil pikirnya.

Alana yang sadar bahwa dia masih mengenakan helm dikepalanya pun langsung melepas helm itu "hehe lupa, nih" Alana menghampiri Devan lalu memberikan helm nya.

Devan menarik tangan Alana dia memberika sebuah kotak makan "jangan lupa dimakan"

Alana tersenyum "makasih, kalo motor lo udah baik-baik aja, kabarin gua, lo jangan bolos ya"

Devan mengangguk "udah sana, tuh dia mau pergi kan" Devan mendorong pelan tubuh Alana.

Kini Alana menyebrang jalan, memang orang yang ditunjuk Devan tadi berada di sebrang jalan sana, Alana semakin mempercepat langkahnya saat melihat orang itu  sudah bersiap untuk menjalankan motornya.

"STOP!" Alana menghentikan motor itu agar tidak melaju.

Pria itu membuka kaca helm nya. "lo mau mati disini ha?!"

Alana menggeleng pelan. "lo sekolah di SMA star school kan? Dan gua juga sama"

Dia menatap aneh ke arah Alana "terus?" jawab nya dingin.

"mmm, gini gua boleh minta tebengan lo ga? Gua takut telat"

"naik aja kendaraan umum!" jawab orang itu acuh

Alana berdesis pelan, sungguh sebenarnya dia sangat malas memohon seperti ini. "please!" Alana menagkupkan kedua tangannya agar orang tersebut bersedia memberikan tumpangan.

"gak"

"ko lo tega si, lo ga kasian sama gua?" tanya Alana kini ekspresinya dia buat semelas mungkin.

"ngapain gua kasian sama lo?! Kenal aja kaga"

Sekarang Alana benar-benar emosi, dia benar-benar ingin melawan orang yang berada dihadapannya sekarang, namun Alana menahannya kalau dia melawan pasti pria dingin ini tidak akan pernah mau memberikannya tumpangan.

Alana mengulurkan tangannya "oke kenalin nama gua.."

"gua ga minta lo ngenalin nama!" kini ucapan Alana terpotong begitu saja.

Alana menurunkan tangannya pelan, dia meremas rok sekolahnya, sungguh Alana benar-benar emosi saat ini.

"gua udah telat minggir" pria itu ingin melajukan motornya namun lagi-lagi ditahan oleh Alana.

"please gua ikut, gua juga udah telat" Alana berjalan mendekat. dia memegang stang motor itu, kemudian menatap pria itu dengan tatapan memohon.

"gak"

"gua bayar deh"

"gua bukan tukang ojek"

"yaudah kalo gitu kasih gua tumpangan please"

Pria itu terlihat berpikir sejenak

"naik"

Seketika wajah Alana berubah senang "serius" tanya Alana

"mau naik apa gua tinggal"

Alana mengangguk tanpa pikir panjang dia langsung menaiki motor itu, apa memang semua cowo hobinya mengancam. Batin Alana.

Kini pria itu melajukan motornya dengan sangat pelan dan itu benar-benar membuat Alana gemas.

"bawa motornya bisa lebih cepet ga?"

"ga usah merintah! Lu Cuma numpang"

"tapi gua takut telat 7 menit lagi gerbang bakal ditutup"

"ga usah banyak omong"

Sekita mulut Alana tertutup rapat, pria ini benar-benar ketus dan dingin, pikir Alana. Kini motor mereka sudah berada di depan gerbang sekolah , namun yang Alana liat satpam sudah mulai ingin menutup pintu gerbangnya.

"pegangan" ucap pria itu

Alana mengangguk kemudian memegang baju pria itu erat, sedikit lagi gerbang sudh tertutup, pria itu dengan sangat handal menggas motornya dengan cepat, dan itu membuat Alana takut.

Alana terus memejamkan matanya, seluruh kaki dan tubuhnya kini bergetar.

"turun" ucap pria itu singkat.

Alana tidak bergeming dia bahkan masih tetap memjamkan matanya.

"gua bilang turun, lepasin tangan lu dari baju gua jangan dipegang mulu!" pria itu melepaskan tangan Alana dari bajunya dengan cepat. "turun" perintahnya lagi.

Alana kini sudah turun dari motor itu. "makasih udah mau ngasih tumpangan"

"lo kelas berapa?" tanya siswa itu

"11"

"panggil gua kakak hormatin senior" pria tersebut berjalan meninggalkan Alana yang diam terpaku.

"makasih ka" teriak Alana saat melihat pria tersebut berjalan semakin jauh.

Alana berjalan melewati lorong sekolahnya, keadaan dilorong benar-benar sepi mungkin semua siswa sudah  masuk kedalam kelasnya.

Alana melangkah secara pasti menuju kelas, namun saat hampir  sampai di kelasnya, langkah Alana terhenti. Dia benar-benar takut. Dia takut bagaimana jika nanti ada guru lalu dia dihukum karna terlambat.

Alana terus saja berpikir apakah dia harus masuk atau tidak "masuk aja deh" kini Alana melangkahkan kakinya kembali dengan sangat pelan, dia mengintip ruang kelasnya, ternyata benar sudah ada guru didalam sana. Alana tetap memberanikan dirinya untuk masuk

Alana mengetuk pintu dengan ragu "permisi bu" kemudian melangkah masuk kedalam kelasnya.

"maaf bu saya terlambat" ucap Alana menunduk

Guru yang ada dihadapan nya sekarang hanya menatap ke arah alana,

"kenapa kamu telat Alana? ga biasanya" tanya guru tersebut, alana mendongakan kepalanya, untuk memberanikan diri menatap guru yang ada didepannya sekarang.

"iya bu, tadi saya telat bangun, udah gitu pas saya mau berangkat, motor yang saya naikin ban nya bocor" jawab alana jujur, guru perempuan itu hanya mengangguk.

"yaudah kamu duduk" semua murid yang mendengarkan ucapan bu Salma menjadi tak percaya dengan apa yang diucapkan oleh guru kiler itu, memang bu salma adalah guru yang paling killer disekolah ini, di tambah dia adalah kesiswaan, lalu bagai mana bisa alana yang jelas-jelas telat tidak dihukum sama sekali.

"kenapa kalian ngeliatin saya gitu? Mau saya hukum semuanya?!" semua siswa kini menjadi menunduk setalah mendengar ucapan bu salma. Bu Salma kembali menatap Alana "Alana ikut saya keruangan"

Alana benar-benar sangat takut apa mungkin dia akan dihukum batin nya. "baik bu" kemudian mengikuti Bu Salma menuju ruang kesiswaan. Hati Alana berdetak lebih cepat, dia benar-benar takut, bagai mana jika dia dihukum.

"duduk dulu" Bu Salma menyuruh alana untuk duduk, Alana mengikuti perintah Bu Salma.

---

selamat membaca!

jangan lupa vote & komen makasih

cerita bakalan di next lagi nanti

Alan -I Love You-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang