Kamis, 21 Januari 2016 pukul 22.10 WIB.

21 9 6
                                    

Incoming Call
+6285*-****-7890

Ponselku berdering tepat saat selimut doraemoku menutupi seluruh bagian tubuhku.

Siapa sih telfon malem-malem?

Mataku terbelalak saat melihat nomornya.

Dito!

Entah kenapa otakku segera mengirim perintah pada ibu jari untuk segera menjawab panggilannya.

"Halo, Assalamu'alaikum,"

"Halo, Mel. Ini Dito, maaf malam-malam telfon. Kamu belum tidur?"

"..."

Oh, jadi bener dugaanku. Hei tunggu! Ini Dito telfon, loh. Gimana bisa disikapi yang biasa aja? Nggak bisa ngasih respon yang lebih kaget lagi dari ini? Langsung bangun dari tempat tidur terus berdiri mencak-mencak misalnya? Hush! Itu lebay. Kembali ke Dito.

"Halo? Mel?"

"Hah?! Eh iya, eh maksud saya belum, Kak. Kalau udah tidur gimana jawab telfonnya? Hehehe, ada yang bisa dibantu?"

"Oh iya, Mel. Ini tentang pertanyaan kamu kemarin."

"....."

Pertanyaan yang mana?

"Mel? Kok diem?"

"Sorry, Kak. Pertanyaan yang mana ya?"

"Yang kemarin kamu tanyain di kantin."

Kemarin katanya? Itu petanyaan yang sudah sebulan kutanyakan, tapi cuma dijawab pakai senyuman.

"Jadi ini bener nomornya kak Dito?"

"Iya, Mel. Ini nomorku."

Tut! Call ended.

Lah? Udah? Cuma gitu doang nelponnya? Maksudnya apa, sih?

Lelaki 365 Hari yang Lalu (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang