Namaku Nana Sugimoto, 15 tahun. Meski begitu, aku orang Indonesia asli. Nama Sugimoto merupakan plesetan dari kata Sugih yang dalam bahasa Jawa artinya kaya dan kata Motto. Jadi, jika diartikan 'Nana bermotto untuk jadi orang kaya'. Kira-kira begitu.
Meski ada harapan besar dibalik namaku, kenyataannya aku hanya cewek biasa. Wajah rata-rata, isi otak rata-rata, tinggi badan juga rata-rata. Kekayaan? Jelas di bawah rata-rata tetapi nggak miskin juga. Mungkin karena alasan itu akhirnya aku yang anak IPS ini memiliki cita-cita untuk mendapatkan cogan dari kelas IPA terutama unggulan utama, IPA-1.
Sudah dari zaman nenek moyang terdapat kepercayaan bahwa masa depan anak IPA jauh lebih cerah dibanding anak IPS. Walau sebenarnya nggak juga sih. Hanya saja sebagai cewek, aku merasa harus memandang realita yang ada. Bukannya aku ingin cepat-cepat menikah di usia muda, aku hanya berusaha berlogika.
Cita-citaku adalah menjadi istri dari salah satu cogan yang berasal dari kelas IPA-1. Jadi aku nggak perlu repot-repot nyari kerja. Jika suamiku nanti dokter, aku akan jadi istri dokter. Kalau jadi polisi, ya jadi istri polisi. Intinya, aku cuma ingin jadi ibu rumah tangga dari pria mapan. Gitu doang.
Cita-cita itu mungkin tidak akan bisa aku wujudkan. Jangankan cogan IPA-1, gebetan cowok IPA aja nggak punya. Ini gara-gara kelas X IPS yang letaknya di lantai dua dan terpencil dari kelas IPA. Dibawah kelasku adalah jejeran kelas XI IPS. Aku tidak tertarik dengan senior yang juga se-aliran.
Suatu hari di akhir bulan Januari, bersama dengan doaku yang menguap bersama asa, keajaiban itu terjadi. Aku bertemu dengannya. Dengan cara yang sama sekali tidak pernah aku bayangkan.
"Oi, kau," sapanya suatu hari saat melihatku makan bakso dengan lahap-mirip orang kesetanan.
Sejujurnya saat itu aku baru selesai dihukum lari keliling lapangan 6 kali gara-gara ketahuan tidur di kelas dan nggak ngerjain PR Matematika yang emang susah pake banget itu. Jadi sebagai ganti tenagaku yang hilang, aku memborong empat mangkok bakso legendaris Bu Siti.
Dengan baju seragam yang basah oleh keringat, rambut berantakan dan juga wajah blepotan oleh kuah bakso, dia melancarkan pernyataan konyol itu.
"Kau nggak punya pacar'kan?" katanya santai, dimana perkataannya itu langsung meruntuhkan dinding harga diriku.
Aku hanya menggangguk karena saat itu di mulutku sedang terjadi proses 'pembantaian' pada pentol bakso yang cukup besar ukurannya.
Dia duduk di depanku. Dengan senyum mautnya, dia lagi-lagi melakukan penyerangan yang mematikan.
"Mau jadi pacarku?"
Aku tertegun dengan pernyataannya. Aku melihatnya dengan seksama karena sejujurnya aku tidak tahu dia siapa.
Aku percepat kunyahanku lalu menelannya bulat-bulat.
"Kau anak IPA?" tanyaku balik.
Dia mengangguk sambil nyengir.
"Jomblo akut nggak? Ntar dateng cewek yang ngaku pacarmu trus aku didamprat."
Dia lagi-lagi cuma nyengir.
"Kalau kau jadi pacarku, kau yang pertama dan satu-satunya," katanya menimpali.
Seketika itu mataku berbinar, aku merasa kepalaku baru saja ditimpuk durian runtuh.
"Ok. Ok. Aku...Srut," jawabku sampai nyaris muncrat.
Dia tertawa melihatku yang menutup mulutku agar kunyahan baksoku yang masih bulat utuh tidak keluar.
"Ok. Kita pacaran ya," katanya sambil senyum.
Aku terpesona melihat senyumnya. Dia begitu menawan. Jika diibaratkan, dia mirip brownies yang baru keluar dari oven.
"Namamu siapa?" Tanyanya masih sambil senyum.
Ah.. Ganteng parah. Sumpah.
"Nana Sugimoto, X IPS-2," jawabku antusias.
Dia terkekeh. Ia bangkit dari duduknya dan berjalan pergi setelah mengucapkan perkenalan diri yang membuatku shock setengah mati.
"Aku Damai, X IPA-1."
KAMU SEDANG MEMBACA
MY KAMPRET BOYFRIEND
HumorSUDAH TERSEDIA DI TOKO BUKU Nana Sugimoto, 15 tahun. Anak IPS yang udah jones sejak lahir. Akhirnya mengakhiri masa jomblonya setelah punya pacar di SMA. Tapi ternyata pacarnya adalah pacar terkampret di dunia. Sejak punya pacar, dia malah harus me...