Hari ini aku olahraga jadi datang pagi sekitar jam setengah enam. Hari ini penilaian dengan materi lari. Untuk cewek 7 putaran sedangkan cowok 12 putaran. Karena sudah terbiasa dihukum lari lapangan, hal ini tidak jadi masalah bagiku.
Kami diberi waktu sekitar 10-30 menit untuk menyelesaikan target lari kami. Nilainya ditentukan dari waktu yang kami butuhkan untuk mencapai target. Aku berhasil menyelesaikannya dalam waktu 12 menit 53 detik.
Selesai penilaian, murid yang sudah selesai diperbolehkan istirahat. Aku pun mengambil handphone-ku dan ngadem di depan aula sekolah yang terletak di dekat tempat parkir.
Tempat parkir sekolahku terletak pas di pinggir gerbang sekolahku jadi aku bisa melihat siapa saja yang datang. Lalu tak ku sangka, sepagi ini si iblis kecil itu sudah datang.
Aku sudah berusaha menyembunyikan diriku tapi sepertinya ia punya tiga mata sehingga dia sudah berdiri di depanku.
"Oi, pacar." Sapanya.
"Yo." Sahutku.
"Apa tuh yo." Katanya protes
Aku diam. Pura-pura budeg.
"Oh. Kau bawa hp." Katanya heran.
"Iya. Kenapa?" Tanyaku rada jutek.
"Aku juga bawa." Jawab Damai sambil menunjukkan handphonenya.
"Lah.. Kau nggak takut ketahuan? Kan nggak boleh bawa Hp." Kataku heran.
"Hari ini dari jam pertama aku bimbingan olimpiade. Nggak masalah." Katanya santai.
"Lah.. Kamu juga nggak takut?" Katanya balik nanya.
"Aku IPS. Jarang diperiksa." Kataku songong.
"Ntar aku bilangin guru buat geledah kelas IPS." Katanya sambil nyengir.
"Hawah..."
Aku mencibirnya kesal. Dia bercanda apa beneran sih?
"Oh.. Aku belum punya fotomu. Minta ya." Ucapnya tiba-tiba.
Aku melihat diriku. Pakaian olahraga, muka kusam dan dekil, keringatan dan belum mandi.
"Wait. Aku ki--."
Kreek.
"Udah." Katanya sambil senyum.
"Hah?"
Aku mengatubkan bibir rapat-rapat. Rasanya aku ingin memakannya hidup-hidup.
"Oh. Nomer handphone-mu berapa?" Tanyanya lagi.
"08193.."
"Repot. Tulis sendiri." Damai memotong ucapanku.
Dia menyodorkan handphonenya. Aku hanya bisa menerimanya dengan ogah lalu menekan nomerku. Setelah selesai aku memberikannya pada Damai.
"Kamu nanya nomerku, emangnya mau nelpon?" Tanyaku penasaran.
"Nggak." Sahutnya santai.
"Trus buat apa nanya?" Tanyaku kesal.
"Kali aja butuh." Jawabnya sekali lagi dengan nada santai.
"Aku 'kan pacarmu, masak nggak ditelpon. Dimana-mana cewek tuh pengen ditelpon pacarnya tauk." Gerutuku kesal.
Tiba-tiba handphoneku berdering. Aku mengernyitkan kening, karena yang nelpon nomer baru. Tapi aku tetap mengangkatnya.
"Halo?"
"Halo?"
Aku menengokkan kepalaku dan benar dugaanku, Damai yang nelpon.
"Kau di depanku juga. Ngapain nelpon?" Aku protes.
"Lah.. Tadi bilang pengen ditelpon." Jawabnya bingung.
"Ya nggak sekarang juga. Pas malem gitu?"
"Sibuk. Belajar."
"Sore?"
"Bimbel."
"Siang?"
"Capek."
"Pagi?"
"Ogah."
"Subuh?"
"Belajar."
Aku menghela napas. Rasanya tawar-menawar dengannya percuma.
"Mau aku sms juga nih? Selagi pegang Hp." Dia menawarkan.
Aku hanya melihatnya dengan tatapan kesal.
"Nggak usah."
Damai senyum. Dia sepertinya senang membuatku BT.
"Sosmed ada nggak?" tanyaku lagi. Aku belum menyerah.
"Wa ada."
"Bisa wa.an dong?" Aku mulai semangat.
"Jarang paketan."
Aku mendengus kesal. Rasanya pacaran dengannya benar-benar nggak ada gunanya tapi bagaimanapun dia pacar pertamaku.
"Oh.. Aku mau nanya nih. Kok kamu selalu manggil aku 'oi, pacar'? Itu nama panggilan sayang?" tanyaku lagi.
Kali ini aku sangat berharap jawabannya tidak mengecewakanku.
"Aku lupa namamu," jawabnya sambil kembali lagi memasang wajah tidak berdosa.
Aku menelan ludah. Aku kepalkan tanganku kuat-kuat. Rasanya aku ingin menonjoknya tapi dia pacarku. Aku tidak bisa melakukannya, hanya bisa memakinya dalam hati.
"Yaudah, aku pergi dulu," ujarku sambil bangkit dari dudukku.
"Oi, Pacar," panggil Damai.
Aku menoleh.
"Ada apa lagi?" tanyaku bingung.
"Aku jalan duluan. Kau belakangan. Aku kan cowok," katanya lalu pergi.
Aku hanya bengong menatap punggung pacarku yang perlahan menghilang karena sudah jalan duluan ke kelasnya.
Pagi ini-setelah bertemu pacarku, aku baru tahu apa artinya istilah 'Hayati lelah' yang sering aku dengar dari teman-temanku. Ah.. Pacaran itu melelahkan.
A/N
Hai semua,
Inag2711 di sini.
Jadi, aku pengen ngasih tahu kalau ini hanya contoh dari bab1-5 buku My Kampret Boyfriend.Bukunya udah terbit, tersedia di toko buku dan juga dijual secara online.
Cerita ini hanya Fiksi Semata.
Kesamaan nama, tempat dan kejadian tidak disengaja.Terimakasih.
Salam NaDa ❤,
Inag2711
KAMU SEDANG MEMBACA
MY KAMPRET BOYFRIEND
HumorSUDAH TERSEDIA DI TOKO BUKU Nana Sugimoto, 15 tahun. Anak IPS yang udah jones sejak lahir. Akhirnya mengakhiri masa jomblonya setelah punya pacar di SMA. Tapi ternyata pacarnya adalah pacar terkampret di dunia. Sejak punya pacar, dia malah harus me...