Chapter 4

2.6K 319 61
                                    

Jaebum membanting tasnya ke sofa lalu menghempaskan tubuhnya ke ranjang. Jaebum kesal, sangat kesal, ia jengah di permainkan oleh ketiga uke cabe itu. Tahu kan mereka siapa? Yang tadi siang ia temui, teman temanya jinyoung. Aka mark, youngjae dan bambam.

Mereka menyuruh jaebum menerima mereka bertiga di club dance, secara memang jaebum adalah ketua klub. Tentu saja jaebum menolak, ia tidak mungkin memasukan tiga uke cabe nan berisik ke klub-nya. Walau imbalanya adalah nomor telepon dan alamat jinyoung.

"Haizzz!!" Jaebum menendang nendang ke udara kesal. Bagaimana cara mendapatkan nomor telepon jinyoung?

"Aku mengkhawatirkanmu jinyoung."
Jaebum berharap jinyoung tidak akan menghindarinya tapi memiliki perasaan yang sama denganya.

Seisi kampus menyukai jaebum dan tergila-gila padanya. Mereka rela melakukan apa saja untuk membuat jaebum berada di dalam celana dalam mereka. Namun jinyoung berbeda, jaebum tahu itu. Jinyoung masih sangat polos, kenyataan bahwa jaebum adalah namja pertama bagi jinyoung membuat hati jaebum hangat.
Senyum bodoh di wajahnya terpatri "aku akan menjadi yang pertama dan terakhir bagimu." Jaebum menguling gulingkan tubuhnya di ranjang. Sebentar tersenyum bodoh dan terkekeh, sebentar menghentakan kakinya kuat ke ranjang dengan kesal.

"Park jinyoung...park jinyoung...you drive me crazy..." teriak jaebum tertahan karena wajahnya yang ia telungsunpkan ke bantal.

Jaebum tidak akan menyerah, dia akan mencari jinyoung lagi besok. Ia berharap jinyoung-nya baik-baik saja. Mencap jinyoung sebagai miliknya rasanya menyenangkan. "Aku pasti sudah gila...i'm fall in love with him...aku ingin menciumnya lagi." Jaebum menyentuh bibir tipisnya, mengingat rasa bibir plum yang basah itu penuh memenuhi bibirnya.

"Arghhh...bibirnya manis. Jinyoung-ah, kau memang sempurna."

*****
Knock knock...

Pintu kamar jinyoung terbuka, masuklah seorang namja paruh baya mendekati ranjangnya dimana jinyoung berbaring dan menutup diri dengan selimut tebal.

"Tuan muda, anda belum makan sejak anda kembali. Anda juga tidak pergi kuliah, apa anda sakit?" Tanya pria paruh baya itu khawatir. Pria itu tidak lain adalah ketua pelayan di rumah jinyoung, namanya hoshi.

Hoshi menyingkap selimut tebal yang menutup tubuh jinyoung. "Tuan muda?" Panggil hoshi lagi tapi jinyoung tak bergeming.

Jinyoung menutup matanya rapat, ia hanya pura-pura tidur. Perasaanya sedang kacau, jinyoung tidak ingin di ganggu.

Jinyoung memang merasa kacau dan sangat lemas akibat memikirkan namja itu. Jinyoung bahkan sudah tiga kali menyentuh dirinya sendiri dengan mendesahkan nama namja itu. Kenyataan itu sangat memukul jinyoung, ia merasa dirinya begitu lemah dan slut.

Pengaruh namja itu di pikiran bawah sadarnya begitu kuat seakan terus membangkitkan monster yang tinggal di dalam tubuhnya.

Hoshi menatap khawatir, ia mengulurkan tanganya ke kening jinyoung, mengecheck apakah tuan mudanya sakit. Tidak panas, batinya.

"Tuan muda, bangun dan makan dulu." Hoshi mengguncang bahu jinyoung perlahan.

Jinyoyng menyingkirkan tangan hoshi di bahunya tanpa membuka kedua matanya, jinyoung berkata tegas. "Tinggalkan aku sendiri paman hoshi!"

"Anda bisa sakit, setidaknya makan sedikit. Bibi jun sudah membawakan makanan kesukaan tuan muda." Hoshi tidak gentar walau jinyoung tuan mudanya.

Jinyoung sudah hoshi anggap sebagai anaknya sendiri karena dari kecil hoshi lah yang menjaga jinyoung.
Kedua orang tua jinyoung terlalu sibuk bekerja, ayah jinyoung seseorang yang bekerja di parlement negara yaitu mentri sedangkan ibu jinyoung seorang pengacara.

Tomorrow, Today (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang