Chapter 10

2.2K 265 72
                                    

Jinyoung berlari menaiki tangga menuju kamarnya, setelah masuk ke dalam kamar jinyoung melempar tasnya sembarang. Jinyoung melompat naik ke kasurnya, "Argghhh....Im jaebum, kau membuatku hampir gila...." jinyoung terus melompat dan tertawa lebar.

"I'm so in love.....Eomma...i love him...hahahaha..." jinyoung tertawa, berteriak, melompat dengan kedua tangan yang di rentangkan. Jinyoung sangat bahagia, sangat-sangat bahagia, wajah jinyoung begitu berseri dan merona.

Hoshi yang mendengar tuan mudanya berteriak, bergegas membuka pintu kamar jinyoung. Jinyoung menoleh ke hoshi, ia turun mendekati hoshi. Jinyoung berhambur memeluk hoshi lalu menggandeng tangan hoshi membawa tubuh hoshi berputa bersamanya.

"Paman hoshi aku sangat bahagia...aku terlalu bahagia sampai tidak bisa berhenti tersenyum." teriak jinyoung kecil. Hoshi bingung namun ia senang melihat tuan mudanya bahagia.

"Hahaha...tuan muda apa yang membuatmu begitu bahagia?"

"Aku jatuh cinta paman, aku jatuh cinta...."

****

Mark sangat kesal, ia terus menendang sofa, batal sofa yang berjatuhan karna ulahnya. Mark monda-mandir di kamarnya, ibunya baru saja menyuruhnya segera bersiap karena mark akan bertemu calon tunanganya hari ini. Harapan mark terakhir adalah calon tunanganya kali ini adalah namja seumuran dengannya dan setidaknya tampan. Mungkin mark akan belajar menerima pernikahan mereka kelak. Orang tua mark selalu menjodohkannya dengan anak dari rekan bisnis ayahnya, tanpa memndang usia dan kelakukan. Yang penting menguntungkan perusahan maka ayahnya akan terus memaksanya.

Biasanya mark bisa menolak, namun kali ini terasa sulit. Ayahnya berjanji kali ini mengenalkannya pada calon yang pantas tapi hati mark tetap ragu.

Keraguan terbesar mark saat ini bukan hanya karena ia khawatir siapa dan bagaimana calon tunanganya. Tapi karna hati mark mulai ragu, karena seseorang mulai singgah dan bersemayam di hatinya.

Wang jackson, nama itu selalu mengganggu mark belakangan ini. Seberapa keraspun mark menghindar dan mendorong jackson pergi, perasaan itu semakin kuat. Sikap sarkratisnya pada namja itu malah membuat perasaan mark semakin tidak nyaman.

Mark baru menyadarinya hari ini, saat jackson mengajak youngjae pulang. Saat jackson berbicara begitu manis pada youngjae, saat jackson memaksa youngjae pulang denganya. Mark tidak suka, ada rasa marah ketika mark melihat itu semua.

"Wang jackson enyahlah dari pikiranku, idiot!" mark menyisir rambutnya dan menjambaknya cukupt kuat.

"Mark kau sudah siap?" pintu kamar mark terbuka, ibunya sudah masuk ke dalam kamarnya. Mark menoleh.

"Mark kau belum mengganti pakaianmu? cepat ganti pakaianmu dan turun ke bawah, ayahmu sudah menunggu. Jangan membuatnya marah mark!" ibunya memberi peringatan denga nada marah, mark hanya mengangguk lemah dan pergi ke kamar mandi. Selalu saja seperti itu, kedua orang tua mark tidak pernahmemikirkan perasaanya dan egoi. Mark benci, keluarganya sangat tidak harmonis.

****

Jaebum duduk di restoran mewah bersama kedua orangtuanya, sepertinya rekan bisnis ayahnya sedikit terlambat. Jaebum sudah menunggu dari lima belas menit yang lalu, dan rasanya sungguh membosankan. Pertemuan pertama saja sudah terlambat, pasti orang itu sangat lelet dan menyebalkan, pikir jaebum.

Jaebum mengetuk-ngetuk jarinya ke meja untuk menghilangkan rasa bosan.

"Im Jaebum berhenti, jaga sopan santunmu." tegur sang ibu. Jaebum memutar bola matanya malas, ia mengetuk semakin keras beberapa kali lalu berhenti dengan decakan sebal setelah ayahnya melirik tajam.

"Aku harus menunggu berapa lama lagi?"

"Maaf kami terlambat."

Ayah dan Ibu jaebum bangkit berdiri, memberi salam pada sepasang suami istri yang baru datang.

Tomorrow, Today (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang