Chapter 30

1.7K 194 14
                                    

Jinyoung.

Segala sesuatu terjadi sesuai takdir yang sudah di tuliskan Sang pencipta. Keegoisan hanya akan menjerumuskan ke jalan buntu yang sesat dan membuatmu semakin menderita. Aku percaya dengan kata Tuhan tidak akan memberikan cobaan yang melebihi dari kekuatanmu. Sekuat apapun badai yang terjadi di kehidupanmu, pasti ada jalan keluarnya.

Berlarut-larut dalam kesedihan bukanlah sebuah penyelesaian masalah yang terbaik. Dan itu yang aku lakukan, hidup dengan bahagia, dengan orang-orang yang aku sayangi. Mungkin jalan yang kami lalui bukanlah jalan yang berbungan dan penuh pelangi, tetapi bukan berarti kita tidak bisa menanam bunga itu sendiri di dalam perjalanan hidupmu.

Aku menengadahkan kepalaku ke langit, tampak langit sangat cerah membuat kedua sudut bibirku tertarik membentuk senyuman. Suasana hatiku pagi ini secerah langit biru dan mentari pagi.

Aku berjalan santai sambil bersenandung ria, hari ini aku ingin memesan karangan bunga. Aku di percaya untuk mendekorasi acara pernikahan sahabat terbaik-ku. Melihatnya bahagia membuatku turut bahagia, walau aku sendiri belum bisa merasakan kebahagiaan yang sama seperti yang kedua sahabatku rasakan, pernikahan...

Aku tidak tahu kapan waktunya aku menikah? Hubunganku dengan Jaebum hyung tidak jelas. Entahlah. Jika mengingat hubungan kami, rasanya sakit tetapi aku harus tegar dan tetap tersenyum. Aku terus berpegang teguh dengan janji yang Jaebum hyung berikan.

Enam bulan yang lalu Jaebum datang padaku dengan wajah sendu. Awalnya aku tidak mengerti, ia meminta waktuku seharian penuh. Dan tentu saja aku mengiyakan dengan senang hati. Seharian kami tidak melakukan banyak hal, hanya Jaebum hyung yang terus memelukku erat, seakan takut jika ia melepas pelukannya maka aku akan menghilang.

Flash back

Aku tersenyum cerah setelah mendapat telepon, Jaebum hyung akan datang ke rumah dan bahkan menginap. Ia juga meminta izin bertemu dengan kedua orang tuaku. Aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan, karena setelah Jaebum hyung sampai, Mommy langsung mengiringnya ke ruang kerja Daddy.

"Baby Jie, tunggu di kamar ya. Ada yang harus aku bicarakan dengan kedua orang tuamu." Jaebum hyung berucap sambil mengelus pipiku lembut. Tatapannya yang sayu namun lembut membuatku sulit menolak. Aku mengangguk lemah dengan bibir menggerucut.

Aku berbaring terlungkup sambil melihat video lucu di youtube, hanya untuk mengalihkan pikiran dari rasa penasaranku pada pembicaraan Jaebum hyung dengan kedua orang tuaku saja sih. Mereka bertiga terlihat begitu serius dan mencurigakan, tapi aku tidak berani menguping atau kepo. Yang ada Daddy dan Mommy akan mengamuk.

Tubuhku tersentak, sebuah lengan kokoh merangkul pinggangku. AKu menoleh dan tersenyum lebar lalu orang itu mencuri sebuah ciuman dari bibirku yang katanya selalu terasa manis. Ugh, tentu saja orang itu kekasihku, kalian jangan iri ya!

"Jjagi~" gerutuku manja, lalu memukul lengannya. Wajahku pasti sudah bersemu merah seperti kepiting rebus.

"Sedang nonton apa sih? serius banget, sampai tidak mendengar aku masuk." Jaebum hyung ikut terlungkup dengan satu tangannya bertengger di pinggulku. Ia melihat dari ekor mata, ia melihat ke arah handphoneku. "Pororo." jawabku singkat.

Jaebu hyung terkekeh pelan lalu ia mengecup kepalaku dari samping. "kau lebih menggemaskan dari pororo." katanya.

"Aku tahu kok." jawabku percaya diri lalu menerima anggukan kecil juga tawa kecil dari Jaebum hyung. Ugh, jantungku berdebar kuat sekali, seberapa seringpun aku melihat tawa itu, tetap saja dari hari ke hari malah semakin mempesona.

Jaebum hyung terus memelukku, membiarkanku asik dengan film pororo yang aku tonton. Sedangkan ia hanya membelai rambutku, menciumiku sesekali jika ia menginginkan sebuah perhatian. Sikapnya yang manja membuatku senang, ia selalu mencari perhatian dengan cara-cara lucu.

Tomorrow, Today (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang