Lagi-lagi, (Name) sampai di halte bus sebelum Akaashi. Ia melirik bagian kosong di sebelahnya.
Apakah rumah Akaashi-san jauh dari sini? pikir (Name). Dirinya sendiri hanya butuh waktu 3 menit berjalan kaki dari rumahnya untuk sampai ke halte bus ini.
Lima menit berlalu, dan Akaashi belum datang. (Name) semakin tidak sabar untuk memberikan hadiah buatannya kepada Akaashi. Sebagai rasa terima kasih karena Akaashi telah menyimpan ponselnya.
Pandangan (Name) beralih ke arah kotak bekal yang berada di pangkuannya. Ia membuka tutupnya, memastikan bahwa makanan di dalamnya tersusun dengan rapi dan menarik. Oh, tentu saja (Name) sudah memastikan bahwa bekal tersebut layak untuk dimakan.
Sejujurnya, (Name) bukanlah seseorang yang pandai memasak. Namun, karena didorong oleh rasa terima kasih yang begitu besar terhadap Akaashi, (Name) jadi ingin mencoba untuk membuatkan bekal yang tinggi protein dan rendah lemak. Benar, makanan yang cocok untuk pemain voli seperti Akaashi.
Hari ini, (Name) juga rela untuk bangun lebih pagi dari biasanya. Ibunya bahkan sampai terheran-heran, apakah anaknya sedang tidur sambil berjalan? Atau semacamnya? (Name) sendiri jadi terpikir sesuatu. Seorang gadis yang malas dan tak pandai memasak sepertinya, rela membuatkan bekal demi seorang Akaashi Keiji? Apakah dirinya masih waras?
Oh, sejujurnya (Name) masih bisa disebut waras. Memangnya siapa yang tidak mau melakukan sesuatu demi lelaki setampan Akaashi?
Seketika, rasa panas menjalari saraf-saraf di pipi (Name). Tentu saja aku harus melakukan ini sebagai ucapan terima kasih untuk Akaashi-san!
"Ohayou gozaimasu, (Surname)-san."
Mata (Name) melebar ketika mendengar suara itu. Pemuda yang sejak tadi ditunggunya, akhirnya datang juga!
"Ohayou gozaimasu, Akaashi-san," (Name) membalas.
Untuk beberapa saat, keheningan mengisi percakapan di antara mereka.
"Um... Akaashi-san..." (Name) memberanikan diri untuk berbicara.
"Ya?" Akaashi menoleh ke arah (Name).
Gadis itu berdiri, lalu membungkukkan badan sembilan puluh derajat dengan kedua tangan lurus ke depan, mengulurkan kotak bekal ke arah Akaashi. "Ini untukmu. Aku berterima kasih karena kau telah menyimpan ponselku."
"Eh? Kau tidak perlu--"
"Terimalah, Akaashi-san!" (Name) memutus ucapan Akaashi. Namun, Akaashi masih bergeming dengan ekspresi terkejut di wajahnya.
Karena tidak mendapat respons dari Akaashi, gadis itu mengangkat kepala. "Tenang saja! Tinggi protein dan rendah lemak! Aku tahu apa yang dibutuhkan oleh seorang pemain voli!" katanya meyakinkan.
"O-Oh, terima kasih," Akaashi akhirnya mengambil alih kotak bento tersebut, lalu memasukkannya ke dalam tas. "Kotaknya akan kukembalikan besok."
"Baiklah!" balas (Name) "Ah, busnya sudah datang," lanjutnya, begitu mendengar bunyi deru sebuah bus yang mendekat.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Solace [Akaashi x Reader]
FanfictionSemuanya berawal ketika pemuda dan gadis itu menunggu datangnya bus di halte setiap pagi. --- Akaashi Keiji x Reader #9DaysofLove series Haikyuu!! © Haruichi Furudate