2nd Day: The Setter

1.8K 322 28
                                    

Hari berikutnya, matahari yang masih menampakkan sebagian dirinya di sebelah timur bersinar dengan cerah. Namun entah mengapa, sepertinya hati (Name) tidak secerah itu.

Padahal kemarin itu hari pertamaku di SMA Fukurodani, tapi aku sudah membuat masalah karena terlambat. Dan untuk apa pula aku menunggu lama, tapi begitu bus datang aku malah diam saja?!

(Name) mengacak rambut yang sebelumnya sudah disisir rapi. Melihat halte bus itu lagi, empat sudut siku-siku otomatis tercetak di dahinya. Rasanya (Name) ingin melayangkan tinju ke arah bangku besi itu. Tapi syukurlah (Name) masih cukup waras untuk tidak melakukannya. Dia bukan masokis, jadi dia tidak akan menyakiti tangannya sendiri dengan cara meninju besi keras itu. Ia masih menyayangi tangannya.

Ya, tangan yang ia rawat dan jaga dengan baik selama ini, agar selalu bisa digunakan untuk bermain voli.

Lagi-lagi, voli menjadi alasan hati (Name) kembali diselimuti kegalauan.

"Karasunooooo~" sambil memeluk tiang penyangga atap halte lagi, (Name) menyanyikan lagu absurd yang mendadak dikarang oleh imajinasinya, dengan nada sumbang. "Kaaaraaasuunooo~ adalah yang terhebaaat~ aku sangat mencintaimuuu, oh, Karasunoku sayaaang~"

"Ano..."

Merasa dirinya yang dipanggil, (Name) menghentikan nyanyiannya yang menyakitkan telinga itu. Ia menelengkan kepala ke sumber suara.

"Ponselmu jatuh."

Oh ya ampun. Tanpa (Name) sadari sebelumnya, seorang pemuda sudah duduk di bangku halte, tak jauh dari (Name). Mengabaikan ucapan pemuda itu, (Name) memicingkan mata menatap wajah pemuda itu.

Mata itu... Alis itu... Bibir itu... (Name) memerhatikan semua anggota wajahnya satu per satu.

"Ano... Ponselmu--"

"Whoa!" pekikan (Name) yang menandakan bahwa ia sukses mengenali wajah tersebut, memotong ucapan si pemuda. "Akaashi Keiji!" lanjutnya beberapa detik terlambat.

Pemuda yang disebut sebagai Akaashi Keiji itu tersentak, lalu mematung untuk beberapa saat. Sampai ia tersadar, dan memutuskan untuk membuka suara. "Kau mengenaliku ya?"

(Name) mengangguk mantap. "Setter dari Fukurodani. Pasangan serasi sang ace, Bokuto Koutarou."

Akaashi terdiam sejenak, tidak mengerti maksud 'pasangan serasi' yang diucapkan (Name). Tapi pada akhirnya ia hanya mengangguk-angguk untuk membenarkan pernyataan (Name).

Spontan, sebuah senyum lebar terukir di wajah (Name). (Name) mengulurkan tangan ke arah Akaashi dengan wajah cerah, seketika melupakan kegalauan yang baru saja melandanya tadi. "Aku (Surname) (Name), murid pindahan di SMA Fukurodani. Ah, tapi aku bukan setter sepertimu. Aku wing spiker."

"Akaashi Keiji," meski Akaashi tahu bahwa gadis lawan bicaranya itu sudah mengenalnya, Akaashi tetap menyebutkan nama. "Jadi, kau juga bermain voli?"

Pertanyaan dari Akaashi sukses menyentil hati (Name), sehingga perasaan galau mulai menyergapnya lagi. "Seharusnya begitu, tapi..." (Name) memutus ucapannya, lalu melirik ke arah lain. Seketika, aura suram muncul di sekeliling (Name).

Apakah ia cidera? Akaashi bertanya dalam hati. Namun sedetik kemudian, sebuah klakson bus mengalihkan atensinya. Akaashi beranjak dari bangku halte. "Ayo berangkat, (Surname)-san."

(Name) mengalihkan pandangan ke arah bus, sebelum membalas dengan nada lesu. "Hai'..."

***

Solace [Akaashi x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang