Bab 18

56.7K 5.1K 368
                                    

Di dalam ruangan yang dikelilingi rak-rak kayu berisi guci penuh obat-obatan. Dengan ranjang kayu yang berada di tengah ruangan, satu sosok tengah berbaring miring dengan wajah yang sangat pucat. Sosok Liu wei yang tak sadarkan diri.

Di samping ranjang ada Pangeran Lian yang sedang duduk sambil menatap wajah pucat Liu wei. Wajah tampannya terlihat begitu dingin dan mengeras, dengan keeua tangan mengepal erat. Sebelah tangannya terulur, menyingkirkan rambut Liu wei dari wajahnya. Ia mendekat dan menatap wajah cantik itu lekat-lekat, ibu jarinya mengusap pipi Liu wei.

“Kenapa mereka memperlakukanmu seperti ini?” bisik Pangeran Lian.

Ketika Pangeran Lian mengusapi pipi Liu wei, gadis itu perlahan membuka matanya. Bulu mata lentiknya mulai terangkat dan bibirnya bergerak. Dahinya mengernyit dalam dengan wajah kesakitan.

“Weiwei? Kau sudah sadar?” tanya Pangeran Lian.

Liu wei membuka matanya hingga sepenuhnya terbuka, ia meringis sambil menggigit bibirnya merasakan sakit di punggungnya. Seperti luka melepuh dan seakan daging punggungnya terbelah. Rasa sakit dari cambuk itu masih menempel erat di ingatannya, bagaimana ia dicambuk di hadapan semua orang.

“Pa-pangeran, saya dimana?” tanya Liu wei.

Pangeran Lian tersenyum, saat Liu wei hendak bangun Pangeran tampan itu membantunya. Ia pun duduk di ranjang dan menggenggam kedua tangan Liu wei.

“Kau di tempat tabib istana. Sejak kemarin siang kau tak sadarkan diri,” ujar Pangeran Lian.

Liu wei meredupkan tatapannya, ia memghela napasnya. Sebelah tangannya menyentuh punggungnya sendiri, kemudian ringisan kecil kembali keluar dari bibir pucatnya.

“Jangan disentuh, punggungmu masih terluka. Aku sudah memerintahkan tabib istana untuk mencari obat untuk membuat lukamu tak berbekas. Mereka sedang pergi ke gunung Bang Li, untuk mencari obat langka itu. Jika kau memiliki bekas luka, kau akan di usir dari istana karena syarat menajdi dayang adalah tak ada bekas luka di tubuhmu.” Pangeran Lian semakin menggenggam tangan Lih wei dan memberikannya tatapan dalam.

“Saya akan pergi dari istana jika mereka mengusir saya,” ujar Liu wei dengan suara berbisik.

Pangeran Lian menggeleng, “Aku tidak akan membiarkan siapapun mengusirmu dari istana ini.”

Liu wei menundukan kepalanya dengan tatapan sendu, ia melepaskan genggaman tangan Pangeran Lian dan menjauhkannya. Tiba-tiba ia teringat pada kejadian kemarin siang saat ibu suri menjebaknya dan menghukumnya. Ia tak menyangka ibu suri sejahat itu padanya, hanya karena ia ketahuan pernah tidur dengan Kaisar Zhao. Liu wei buru-buru mendongak dan menatap Pangeran Lian saat ia teringat dengan keadaan Kaisar.

“Bagaimana dengan Kaisar? Apa yang terjadi dengan istana setelah kemarin saya tak sadarkan diri?” tanya Liu wei.

Pangeran Lian membuang tatapannya saat mendengar nama Kaisar Zhao keluar dari bibir Liu wei. Ia sungguh tak suka, karena dalam pandangannya, Kaisar Zhao tertarik pada Liu wei. Tak akan pernah Kaisar sekejam Kaisar Zhao, menggendong tubuh seorang dayang rendahan yang dihukum. Ia bahkan hanya melihat mereka dengan wajah dinginnya, tapi tidak dengan Liu wei. Kaisar justru murka pada ibu suri.

“Kaisar mencabut semua pelayanan pada Ibu suri, dan melarang para dayang untuk melayaninya,” jawab Pangeran.

Liu wei hendak bangun sambil memegangi dadanya, tapi Pangeran Lian menahan tubuhnya agar tak turun dari ranjang.

“Saya harus kembali ke kamar,” bisik Liu wei.

Pangeran Lian menggelengkan kepalanya. Ia menatap Liu wei dalam-dalam dan memegang kedua bahu Liu wei, membuat gadis itu balas menatapnya.

The Lady Of Emperor Zhao✔[TAMAT] (TERSEDIA DI KUBACA DAN GOOGLE PLAY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang