Bab 6

65.2K 5.6K 142
                                    

“Weiwei, inilah istana,” kata Pangeran Lian.

Liu wei mengerjapkan matanya beberapa kali, rahangnya hampir saja terjatuh melihat sebuah pintu gerbang yang besar, kokoh dan megah berdiri di sepan mereka. Dengan tembok beton yang besar dan juga kokoh. Pintunya begitu besar dan tinggi, dengan ukiran naga berwarna emas. Atap gerbangnya dari genteng berwarna hitam dengan setiap ujung yang melengkung dan patung naga.

Beberapa penjaga istana membukakan pintunya hingga terbuka lebar. Pangeran Lian mengepah kembali kudanya dan rombongan mereka melewati pintu gerbang pertama. Di dalamnya hanya ada sebuah lapangan luas dan kosong, dengan jalan setapak dan barisan para prajurit istana yang sedang berlatih. Masih ada satu gerbang lagi yang langsung membuka jalan ke istana.

“Hiya!!” Pangeran Lian mengepah kudanya melewati pintu gerbang yang terbuka, kuda mereka melewatinya sedangkan rombongannya yang lain tidak ikut ke dalam istana.

“Pangeran,” bisik Weiwei dengan suara tercekat. Mata bulatnya mengerjap beberapa kali dengan wajah begitu takjub, kedua tangannya mengerat tali kekang.

Kuda mereka berlari menuju bangunan megah dan mewah, bangunan istana utama. Bangunan itu besar, dengan segala aura kuat dan misterius yang melingkupinya. Dinding-dindingnya di dominasi warna merah, emas dan hijau. Tangga menuju bangunan utama istana sangat besar, dengan setiap pembatasnya dihiasi patung naga. Atapnya berwarna hitam, dengan setiap sudut yang melengkung dan dihiasi patung naga juga harimau. Pilar-pilar di depannya yang menopang begitu kokoh, bulat dan berwarna emas.

“Ini sangat indah,” gumam Liu wei.

Pangeran Lian menghentikan kudanya, ia melompat turun kemudian membantu Liu wei untuk turun dari kuda. Liu wei meringis memegangi perutnya, yang terasa masih ngilu.

“Aku akan membawamu pada kepala dayang, kau akan tinggal di istana ini,” ujar Pangeran Lian.

Liu wei menoleh, ia meraih tangan Pangeran Lian dan memberikannya senyuman manis. “Pangeran, jika bukan karena Anda menyelamatkan hidup saya, entah apa yang akan terjadi pada saya. Saya sangat berterima kasih,” katanya.

Pangeran Lian melepaskan tangan Liu wei, karena ia tak bisa menyentuh wanita yang bukan merupakan istrinya di depan istana.

“Tidak usah berterima kasih, Weiwei. Aku tak bisa meninggalkan gadis baik sepertimu di jalan,” balas Pangeran Lian.

Liu wei akan membuka bibirnya untuk membalasnya kembali, tapi ia langsung bungkam saat beberapa dayang menghampiri mereka. Dari arah tangga istana, ada seorang wanita dewasa yang cantik, dengan pakaian yang mewah dan dihiasi mahkota. Wanita itu diikuti beberapa dayang, turun dan menghampiri mereka.

“Weiwei, itu ibu suri,” bisik Pangeran Lian.

Liu wei seketika membungkukkan tubuhnya di samping Pangeran Lian. Ketika Ibu suri menghampiri mereka, wanita itu tersenyum pada Pangeran Lian tanpa melihat ke arah Liu wei.

“Pangeran kau sudah kembali? Ada yang ingin ibunda katakan,” kata ibu suri sambil menatap Pangeran Lian.

“Baik, ibunda,” balas Pangeran Lian.

Ibu suri berbalik dan melangkah meninggalkan Pangeran Lian bersama para dayang. Sedangkan Pangeran Lian masih berdiri di samping Liu wei. Ia mengusap bahu Liu wei agar gadis itu menegakkan kembali tubuhnya.

“Tegakkan lagi tubuhmu, kau ikutlah bersama para dayang, mereka akan mengantarmu ke kepala dayang,” ujar Pangeran Lian.

“Terima kasih, Pangeran,” balas Liu wei.

Pangeran Lian menatap pada para dayang yang berdiri di belakangnya. “Bawa Liu wei ke kepala dayang dan dia akan menjadi dayang di istana,” titahnya.

The Lady Of Emperor Zhao✔[TAMAT] (TERSEDIA DI KUBACA DAN GOOGLE PLAY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang