Di dalam sebuah ruangan yang sederhana yang hanya diterangi satu lampion dan beberapa lilin, satu sosok sedang terbaring di atas ranjang kecil. Sosok Liu wei yang begitu pucat pasi dan tak bergerak sama sekali. Kepalanya di lilit oleh kain putih yang sudah diberi obat-obatan.
Di samping ranjang ada Pangeran Lian yang sedang duduk memperhatikannya, sebelah tangannya mengusap pipi Liu wei yang dingin.
“Kau mengandung? Jadi kau lari dari suamimu?” bisik Pangeran Lian. Ia menarik kembali tangannya dan bangun.
“Eungh..” suara erangan halus terdengar dari atas ranjang.
Pangeran Lian menghentikan langkahnya dan berbalik, ia menghampiri Liu wei dan menatap wajahnya, menunggu gadis itu membuka mata. Secara perlahan bulu mata lentiknya terangkat, hingga Liu wei membuka matanya dan mengernyitkan dahi.
“Kau sudah sadar?” tanya Pangeran Lian.
Liu wei mengerjapkan matanya, ia meraba kepalanya yang dililit kain. Kemudian bangun secara mendadak, hingga ringisan keluar dari bibirnya.
“Bayiku,” bisiknya sambil meraba perutnya.
Pangeran Lian tak berbicara, ia mengulurkan tangannya namun diurungkan. Hanya menatap Liu wei dengan tatapan iba, seakan ada sesuatu yang ingin ia katakan tapi tak sanggup mengatakannya. Melihat wajah pucat Liu wei dan keadaannya yang sebatang kara membuatnya tak tega.
“Liu wei,” panggil Pangeran Lian.
Liu wei menoleh dan menatap Pangeran Lian dengan wajah memaksa senyuman. “Saya di mana?” tanyanya.
Pangeran Lian menatapnya dengan tatapan iba, “Kau di rumah seorang tabib.”
Liu wei menunduk kembali kemudian dahinya mengernyit dan meremas perutnya yang sangat sakit. Ia hendak turun dari ranjang, tapi Pangeran Lian menahan bahunya.
“Istirahatlah,” katanya.
“Bayiku?” tanya pada Pangeran Lian.
“Aku akan keluar,” kata Pangeran Lian mengalihkan pembicaraan.
Liu wei menggeleng dan menahan pergelangan tangan Pangeran Lian, ia menatap pria itu dengan wajah memohon.
“Bayiku? Apa bayiku baik-baik saja?” ulangnya.
Pangeran Lian menggeleng dan meredupkan tatapannya, ia duduk di pinggir ranjang dan menggenggam tangan Liu wei. Memberikannya tatapan menenangkan.
“Kau kehilangan bayimu, benturan keras di perutmu membuatmu kehilangannya,” kata Pangeran Lian.
Liu wei melemaskan bahu dan tubuhnya, tatapannya setengah kosong. Bagaikan ada sebuah batu besar yang menghantam kepalanya, hatinya hancur berkeping. Kini dia benar-benar seorang diri di dunia ini. Tak ada lagi harapannya untuk hidup, satu-satunya harapannya telah tiada. Hatinya bagai diremas dan ditusuk sebilah belati dengan kasar.
Air mata mengalir du pipinya, tatapannya kosong dan bahunya gemetar. Ia memeluk lututnya dan memeluknya, menyusupkan wajahnya di lutut dengan tubuh gemetar dan isakan keras.
“Aku sendiri, hiks hiks. Kenapa kau pergi meninggalkan mama, nak. Hiks hiks..” isakannya terdengar begitu pilu dan menyayat hati.
Pangeran Lian mendekatinya dan memeluk kedua bahu Liu wei, ia memeluk tubuh Liu wei dan mengusap punggungnya. Ia tahu, bagaimana rasanya kehilangan seseorang yang sangat dikasihi. Seperti dirinya kehilangan ibunya saat kecil.
“Kau harus kuat,” bisik Pangeran Lian.
Liu wei mengerat perutnya dan meremasnya dengan keras, wajahnya sudah basah oleh air mata dan matanya sembab. Tubuhnya masih gemetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lady Of Emperor Zhao✔[TAMAT] (TERSEDIA DI KUBACA DAN GOOGLE PLAY)
FantasiKingdom Series #1 TERSEDIA DI DREAME DAN GOOGLE PLAY. 18+ The lady who brings a curse. Ketika Kerajaan diramal akan terkena kutukan karena wanita tercantik. Akankah Liu wei membawa senja pada masa kejayaan Kekaisaran Liyingyue yang dipimpin Kaisar Z...