Ming

1.6K 200 8
                                    

"P'Pha. Hentikan!!"

Aku mengatakan hal itu karena seseorang menutupi kedua mataku dari belakang, aku tak tahu siapa yang kimi sedang menutup mataku. P'Pha kah? Mengapa ia tidak pergi juga?

********

"

Ow, P'Pha?" Ucap orang yang bingung saat membukakan tangannya dari mataku.

Aku menengok dan ternyata orang tersebut adalah Ming. Ming adalah seseorang yang menyebalkan bagiku.

Kenapa?

Karena dia tidak pernah serius padaku. Ming adalah mantan kekasihku dulu. Sifatnya itulah yang membuatku tidak betah dan membuat perasaanku berkata kalau kita hanya cocok sebagai saudara.

Ming tidak menerimanya dan ia berjanji padaku bahwa ia akan merubah dirinya demi aku, tapi nyatanya ....... sampai saat ini aku belum melihat perubahannya.

"Ow, Ming?" Ucapku yang biasa saja melihat kedatangannya.

Ming duduk disebelahku.

"Siapa itu, P'Pha?"
"Kakak?"
"Ah kurasa tidak. Kau tidak mempunyai seorang kakak, kau adalah anak tunggal."

Celotehnya yang terus menebak siapa P'Pha dalam hidupku.

"Untuk apa kau menyuruhku menemuimu?" Tanyaku yang langsung pada inti pertemuan kita.

Aku meminum minumanku, setelah itu aku letakan minumamku. Ming langsung mengambil minumanku dan lantas meminumnya pula disedotan yang sama denganku.

"Hei." Larangku agar ia tidak meminumnya.

"Kenapa? Aku haus." Jawab Ming yang masih berpegang teguh pada sikapnya yang sangat kekanakan sekali.

"Tapi tidak diminumamku juga!!" Ujarku yang geram dan lantas mengambil kembali minumanku.

"Ow, kenapa?"

"Kau pikir saja sendiri." Sahutku yang merasa muak melihatnya.

Ketika aku hendak berdiri dan pergi, Ming menarik tanganku sehingga aku duduk lagi dikursiku.

"Tunggu!!" Pinta Ming sambil menarikku ke bawah.

"Ada apa lagi?" Ketusku bertanya.

"Ayo kita pesan makanan, kau ingin apa?" Tanya Ming.

"Aku sudah makan dengan P'Pha." Sahutku langsung tanpa kehilangan satu detik pun.

"Siapa itu P'Pha? Mengapa kau selalu menyebut-nyebut namanya?" Tanya Ming yang bingung.

"P'Pha adalah tunanganku." Jelasku yang mungkin menyakitinya, tapi aku tidak perduli itu.

"Tunangan?" Ucap Ming tak menyangka.

"Errr ..." Jawabku

Aku ingin memperlihakannya undangan pernikahan kami, tapi aku lupa membawanya. Dan aku bingung apa yang harua ku lakukan? Ming tidak bisa dengan mudahnya mempercayai ucapanku.

"Hsssttt .." Ming nyengir. "Sudahlah, jangan bermain-main." Ucap Ming yang tidak mempercayaiku.

"Aku tidak sedang main-main. Aku memberitahumu yang sebenarnya." Jelasku.

"Apa yang kau katakan? Aku sedang mecoba untuk merubah diriku, hanya demi dirimu, Yo."

Aku mulai merasa muak dengan ucapannya yang sudah ia katakan ratusan kali tapi hasilnya nihil. Lalu aku pun mecoba untuk tenang dan mulai berpikiran dewasa supaya ia sadar mengenai kesalahannya.

About Last NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang