Chapter III

10 0 0
                                    

"Kemaren tuh lo kemana sih Rey sebenernya? Punya cowok simpenan baru ya? Kok nggak dikenal- kenalin sih ke papih?" tanya Bara sambil menyocolkan kentangnya ke saus sambal. Reysia, Bara, dan Zata baru saja selesai karaokean, dan Bara merengek minta makan dulu setelah karaoke session super hardcore yang baru saja dilakukannya. Kalo kata Bara, sebelum jadi penyanyi papan atas dia harus sering- sering latihan dulu di tempat karaoke. Biar nanti kalau udah terkenal dia terbiasa buat tampil all out. Dasar banci tampil!

"Kalo mau ngaco yang kira- kira, Bar. Cowok simpenan dari Hongkong!" Jawab Reysia.

"Tuh kan beneran nyimpen cowok! Import lagi made in Hongkong. Lucu dong oriental- oriental gimana gitu. Akhirnya ya lo move on juga dari Angga," kata Bara makin ngaco.

Reysia cuma menggeleng pasrah. Udah susah deh kalau otak Bara lagi konslet begini.

Tetapi perkataan Bara membuat Reysia kembali teringat pada Angga, atau Erlangga Maulana Rashad, pacar terakhir Reysia. Seumur hidup Reysia baru dua kali merasakan punya cowok. Hubungan Reysia dengan pacar pertamanya, Defa, hanya bertahan selama 5 bulan. Lalu saat naik ke kelas 3, barulah Reysia bertemu dengan Angga, teman sekelasnya yang waktu itu dijadikan kecengan oleh seluruh cewek- cewek XII IPA 3. Tapi siapa yang sangka kalau tiba- tiba Angga mendekati Reysia dan memutuskan untuk menembaknya di hari terakhir semester 1, setelah mereka semua selesai melaksanakan ujian semester. Sejak saat itulah mereka menjalin hubungan dan akhirnya putus setelah 3 tahun pacaran.

Angga was a typical highschool heartthrob. Anak basket, manis, gaul, dan ramah sama semua orang. Mungkin terlalu ramah sampai akhirnya banyak cewek- cewek yang salah mengartikan sikapnya. Tetapi Reysia tidak pernah ambil pusing dengan sikap Angga. Toh selama 3 tahun pacaran hubungannya dengan Angga tetap adem ayem, bahkan setelah mereka berdua pisah kampus. Sampai akhirnya Reysia menangkap basah Angga sedang berduaan dengan seorang cewek di sebuah café, kissing. Waktu itulah pertama kalinya Reysia benar- benar merasakan yang namanya patah hati, dan saat itu juga ia langsung memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Angga. Tetapi ternyata itu bukan pertama kalinya Angga nyeleweng di belakang Reysia. Setelah mereka berdua putus, Zata dan Bara yang mendadak alih profesi jadi detektif, mendapatkan informasi kalau ternyata Angga sudah beberapa kali terlihat jalan bareng sama cewek itu dan kegep sedang bermesraan.

"Duh, udah deh. Jangan bawa- bawa nama cowok brengsek itu lagi," jawab Reysia akhirnya. Dua tahun ini Reysia berusaha mati- matian untuk tidak melakukan kontak apapun dengan Angga -yang ia lakukan dengan susah payah- karena Angga masih sering mencoba untuk menghubunginya. Tapi Reysia tidak mau masuk ke lubang yang sama. Sudah cukup dulu dia merasa sangat bodoh karena tidak menyadari perubahan sikap Angga selama satu tahun terakhir mereka pacaran.

"Tau lo, Bar. Lo nggak inget apa dulu kita pernah disumpah sama Reysia biar nggak mention- mention nama itu lagi?" Zata ikutan menyenggol pundak Bara.

"Yah, tapi kalo anjing tetangga gue ada yang namanya Angga, terus dia lucu banget gitu, masa gue tetep nggak boleh cerita sih ke kalian?" Tanya Bara sambil sok manyun.

"Boleh, Bar. Tapi abis itu kita kita doa bersama biar itu anjing cepet- cepet kena rabies," jawab Reysia keki, yang diikuti dengan cekikikan Zata.

"Udah ah, ngomongin ginian bikin nambah dosa aja," kata Zata menengahi. "Tapi iya deh Rey btw. Lo kemana aja sih, belakangan ini sibuk amat," timpal Zata, sambil menguliti ayamnya dan memindahkannya ke piring Bara. Reysia masih nggak abis pikir, ada aja manusia yang nggak doyan kulit fried chicken macem Zata.

"Sibuk apaan sih? 2 hari yang lalu kan gue bertapa di kamar buat ujian kemaren, sampe hampir keram otak rasanya. Seminggu lalu bantuin Mas Arvin di kantornya. Kan gue udah bilang yaaa waktu itu di group chat!" jawab Reysia.

For Whatever It's WorthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang