Chapter 5

228 25 1
                                    

Sana berdiri tak jauh dari seokjin. Seokjin kini tengah lahap menyantap nasi goreng yang Sana bawa. Sana menelan ludah.

"Aku membuat itu untuk makan siangku" gumamnya, wajah nya terlihat menunduk pasrah. Bekal makan siangnya lenyap sudah.

"Hey wanita.."

Sana masih Menundukka kepalanya. Merasa panggilannya tak dijabah, Seokjin meletakkan sendoknya dengan keras sampai terdengar suara keras karenanya. Sana terkejut lalu menoleh kearah Seokjin. Seokjin tengah menatapnya dingin.

"Apa kau tuli?" tanya Seokjin, membuat Sana menatapnya bingung.

"Aku memanggilmu bodoh aish" ucap Seokjin.

"Ah... Iya tuan ada apa?"

"Mulai sekarang aku akan memanggilmu 'Wanita' kau mengerti? Kau harus menjawab panggilanku jika aku memanggilmu. Kau mengerti, Wanita?" ujar Seokjin sembari menunjuk Sana menggunakan sumpitnya. Sana sempat bingung, namun ia mengangguk mengerti.
"Baiklah tuan Seokjin" ucap Sana.

"Bagus. Ehmmm ngomong-ngomong kau yang masak ini?" tanya Seokjin sembari menunjuk nasi goreng yang ada di depannya. Sana mengganguk mengiyakan.
"Iya tuan" balas Sana.

"Tidak enak"

Sana menatap Seokjin jengkel. Bagaimana bisa dia mengatakan makanan itu tidak enak sedangkan makanan didepannya itu hampir habis ia masukkan ke lambungnya.

"Iya maafkan saya tuan" Sana membusur kepada Seokjin.

"Setiap hari kau harus memasak seperti ini untukku kau mengerti?" ucap Seokjin. Sana makin bingung. Apa sebenarnya yang diinginkan orang ini? Sangat tidak mudah di tebak.

"Ne? Apa maksud tuan? Tapi aku adalah bodyguard anda, bukan koki untuk anda tuan" balas Sana. Seokjin berdecak.

"Tugas bodyguard sebenarnya apa? Melindungi tuan-nya bukan? Ya termasuk melindungi tuan-nya dari kelaparan. Kau tidak benar-benar paham dengan tugasmu ya? Ckckck"

Sana menundukkan kepalanya.

"Baiklah tuan" ucap Sana. Di bawah sana wajahnya tengah bertarung sendiri. Bergumam sendiri karena kesal. Seokjin berdiri dari duduknya.

"Bereskan ini. Oh iya siang nanti kita akan pergi. Jadi sembari menunggu, bereskan juga rumah ini" ucap Seokjin lalu berjalan santai menuju kamarnya. Namun tiba-tiba menghentikan langkahnya dan menoleh kearah Sana.

"Ngomong-ngomong kakimu sudah baikan?"

"Kaki saya sudah terasa baikan tuan" balas Sana. Seokjin mengangguk mengerti lalu kembali berjalan ke kamarnya.

Sana hanya bisa bergumam kesal sekarang.

"Kenapa dia memperlakukan aku sebagai pembantu nya sekarang?? Oh Tuhan!! Jika ada kesempatan aku mau mematahkan kakinya"

Sana membereskan semua isi rumah itu. Mencuci. Menyedot debu. Merapikan kulkas. Merapikan semua sampah yang Seokjin buat. Dirinya benar-benar seperti seorang pembantu sekarang.

Seokjin membiarkan tubuhnya diguyuri air dari showernya. Memandangi pantulan dirinya di cermin. Ia mengusap wajahnya perlahan. Mengingat kejadian kemarin benar-benar membuatnya emosi. Seharusnya ia mencekik wanita jalang itu, ia menyesal tidak melakukannya kemarin. Tak lama, ia keluar dari kamar mandi dengan handuk ia lilitkan di pinggangnya. Mengeringkan rambutnya dengan mengusapnya kasar menggunakan handuk. Ia berjalan menuju ruang ganti nya. Ia hendak memilih-milih pakaian apa yang ia harus pakai hari ini. Hari ini ia punya janji untuk menemui seseorang.

Sana duduk di kursi meja makan. Ia mengelap keringatnya. Ternyata banyak sekali yang harus ia bereskan. Ia terlihat lelah. Seokjin keluar dari kamarnya, ia terlihat sangat casual. Rip jeans biru dengan atasan kemeja putih dengan garis lis biru di tengahnya. Ia menggunakan warna karena orang yang akan ia temui sangat menyukai dirinya memakai warna itu. Terlihat bersinar. Ia merapikan arlojinya.

"Wanita!!!" pekik Seokjin. Dengan cepat Sana menghampirinya.

"Anda mau kemana tuan? Saya akan mengawal anda" tanya Sana yang melihat Seokjin yang sudah rapi.

"Aku harus menemui seseorang"

*****
Sebuah butik di tengah kota Seoul tengah ramai sekarang. Terlihat seorang wanita paruh baya tengah berbincang dengan teman sebaya nya. Butik ini selalu ramai karena semua orang ingin bertemu dengan wanita itu. Seokjin dan Sana masuk kedalam butik itu. Seokjin tampak mengedarkan pandangannya kesekelilingnya. Dengan segera ia melambaikan tangannya saat mata nya menangkap mata seorang waniya yang ia cari. Wanita itu membalas lambaian tangan Seokjin lalu menghampirinya.

"Seokjin..."

"Ibu Negara" Seokjin membusur pada wanita itu. Senyuman terukir dari wajah wanita itu. Itu ibu nya.

*****
Seokjin dan ibu nya ada di sebuah restoran. Satu ruangan VIP disediakan khusus disana. Mereka makan bersama dan tertawa bersama. Sana berdiri tak jauh dari mereka, ia tersenyum dengan sisi lain dari Seokjin. Selain orang itu kasar dan selalu membentak ternyata saat bersama ibu nya, sisi kekanak-kanakannya muncul.

"Ibu sangat merindukanmu sayang" ucap ibu seokjin. Seokjin tersenyum mendengar itu.

"Maaf karena aku belakangan ini jarang mengunjungi ibu. Kabar ibu baik kan?"

"Kabar ibu jadi sangat baik karena melihatmu" ucap ibu seokjin. Seokjin terkekeh. Ibu nya benar-benar tidak berubah setelah apa yang dilakukan ayah seokjin kepadanya. Senyumannya sangatlah berarti bagi Seokjin.

"Apa kau makan dengan baik sayang? Kau tampak kurus sekarang. Kau menolak saat ibu menawarkan seseorang untuk mengurusmu. Ibu jadi khawatir"

"Aku tidak membutuhkannya ibu. Lagipula aku tidak begitu suka saat orang asing masuk kedalam rumahku. Aku baik-baik saja bu sungguh"

"Kalau begitu kau semakin membuatku khawatir sayang. Sekarang kau harus makan banyak. Semua yang ibu persiapkan ini hanya untukmu. Makanlah"

Seokjin mengangguk mengiyakan ibunya. Ibu seokjin menoleh kearah Sana.

"Dia bodyguard yang kau bicarakan itu seokjin? Utusan dari ayahmu?" tanya ibu seokjin. Seokjin mengangguk.

"Iya ibu..."

"Ibu tidak menduga dia seorang wanita. Ehmm aggassi??"

Sana menatap ibu seokjin dan segera menundukkan kepalanya kepada ibu seokjin.

"Iya Ibu Presiden?"

Ibu Seokjin tersenyum.

"Tolong jaga anakku ya. Jangan biarkan dia terkena kesulitan apapun. Tolong urus dia dengan baik" ujar ibu seokjin.

"Baiklah Ibu Presiden. Saya akan melakukan yang terbaik" balas Sana. Ibu Seokjin tersenyum mendengar itu. Seokjin pun ikut tersenyum karena-nya.

"Kau tau.. Kau terlalu manis untuk menjadi Bodyguard aggassi. Siapa namamu? "

Sana menatap terkejut dengan pernyataan Ibu Seokjin.

"Nama saya Sana, Ibu Presiden"

Ibu Seokjin mengangguk mengerti. Seokjin terlihat terus memotong daging steaknya.

"Ibu... Mana ada wanita manis yang mau jadi  bodyguard? Jangan tertipu dengan wajahnya" ucap seokjin lalu memakan daging steak-nya. Ibunya menatap seokjin jengkel. Sana pun menatapnya jengkel.

"Jika kau menyukai pekerjaanmu kenapa tidak? Benarkan Sana-ssi?"

"Ah.. Iya Ibu Presiden" balas Sana. Ia tersenyum manis, mendapat dukungan dari seseorang benar-benar membuatnya bahagia.

~To be continued~

Dah lama banget ga update. Maafkan aku.

Makasih banyakk udah baca❤❤

Jangan lupa vomment nya ya.

My Cute Bodyguard [BTS x TWICE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang