04 - Sebuah Insiden

3.5K 272 4
                                    

Hari kembali berganti. Dan perasaan Ishana belum juga membaik. Saat ini jam menunjukkan pukul empat lebih sepuluh menit dini hari. Yang lagi-lagi Ishana lakukan untuk menyambut pergantian hari ini adalah menghela napas panjang. Beban berat dalam kepala dan juga hatinya belum juga berkurang.

Ishana menoleh ke arah Eline yang masih tertidur. Jika yang dia lakukan hanya berdiam diri seperti ini, kepalanya semakin riuh dan mengajaknya memikirkan banyak hal. Maka, yang Ishana lakukan pagi ini adalah beranjak dari ranjang, yang kemudian membuat Eline terusik dari tidurnya.

"Kok udah bangun sih, Na?"

Ishana nyengir. "Lin, pinjem baju renang."

Eline yang masih terlihat mengungkapkan nyawa langsung matanya terbuka lebar. "Pagi-pagi gini mau renang?"

Ishana mengangguk. Entah mengapa, dia ingin renang. Dinginnya air kolam renang mungkin mampu membuat kepalanya juga ikut dingin. Apalagi Eline kemarin bilang bahwa kolam renang di apartemen barunya ini sangat bagus. Dan kebetulan salah satu kolam renangnya berada di lantai unit apartemen Eline ini, yakni di lantai 46. Jadi Ishana tak perlu jauh-jauh ke lantai dasar. Apalagi sepagi ini kemungkinan bertemu orang lain lebih kecil.

"Itu di lemari yang sebelah situ." Eline menunjuk sebuah lemari. Ishana segera membuka lemari yang dimaksud oleh Eline, dan mengambil salah satu baju renang milik Eline. Dan Ishana memilih sebuah swimwear berwarna hitam.

Setelah berganti dengan swimwear dibalut dengan sebuah jubah mandi, Ishana segera keluar dari unit apartemen Eline dan berjalan menuju kolam renang yang berada di lantai ini.

Ishana mengira bahwa hanya dirinya yang cukup gila karena memilih untuk renang dini hari, saat matahari bahkan belum menampakkan diri. Namun, dugaannya ternyata salah. Tiba di area kolam renang, Ishana melihat ada seorang lelaki yang juga tengah berenang. Ishana menghela napas. Sudah telanjur di sini, jadi dia memutuskan untuk tetap berenang. Berusaha abai dengan keberadaan lelaki itu.

Usai melepas dan meletakkan jubah mandinya di salah satu sun lounger, Ishana segera memasuki kolam renang. Dia dibuat sedikit bergidik saat merasakan dinginnya air dalam kolam renang. Setelah membiasakan diri dengan suhu dingin air kolam renang, Ishana mulai untuk berenang.

Ishana ingin dinginnya air mampu membuatnya berpikir jernih dan melupakan sejenak permasalahannya. Ishana terus berenang dari ujung ke ujung. Mulanya tidak ada masalah, tapi lama kelamaan dia merasakan kram di beberapa titik tubuhnya, apalagi kakinya.

Jelas saja, dia tidak melakukan gerakan pemanasan sebelum mulai berenang tadi. Ishana mendesis merasakan tubuhnya seolah tak mampu lagi diajak kompromi. Dia kelabakan. Keadaan semakin parah saat mulut dan hidungnya kemasukan air.

Tangan Ishana menggapai-gapai udara. Seharusnya di situasi seperti ini dia tetap tenang, tapi rasa panik sudah telanjur menguasai. Kedalaman kolam yang lebih dari 1,5 meter mendadak terasa sangat dalam baginya.

Sialan. Niat hati Ishana ingin menenangkan diri dengan berenang di pagi hari, tapi yang ada malah berujung menyedihkan seperti ini. Jangan sampai dia meninggal karena tenggelam, dia tidak mau dinilai mati konyol. Sebab pasti akan ada yang berpikiran bahwa Ishana bunuh diri karena calon suaminya berselingkuh dengan adiknya sendiri. Oh tidak, jangan dulu.

Dan sepertinya Tuhan mendengar harapan Ishana. Begitu Ishana merasa sangat kewalahan, seseorang berenang mendekat dan merengkuh tubuhnya, membawanya ke pinggir kolam. Saat tiba di pinggir kolam renang, orang itu mengangkat pinggang Ishana. Ishana langsung merayap untuk keluar dari kolam renang. Dia langsung terbatuk-batuk hebat.

"You alright?" tanya orang yang menolong Ishana barusan. Suaranya sedikit serak dan berat, Ishana mengenali suara ini. Ini adalah suara seseorang yang kemarin satu lift dengannya. Dia mendengar suaranya saat orang ini mengangkat telepon kemarin.

Yang Pernah PatahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang