Setiap berputarnya jarum detik, semakin membuat hari esok kian dekat. Rasanya sungguh campur aduk. Ada rasa gugup, tidak sabar dan juga bahagia. Memang hubungan antara Ishana dan Cakra sudah berjalan selama kurang lebih sepuluh tahun. Hubungan mereka dimulai saat keduanya sama-sama duduk di kelas sebelas SMA, hingga kini keduanya sama-sama berusia 27 tahun.
Namun, fakta bahwa hubungan mereka akan terikat dalam tali pernikahan sebentar lagi, membuat Ishana tak henti-hentinya merasa gugup sekaligus bahagia. Ishana tidak menyangka momen yang diimpikannya akan segera terjadi.
Hubungan Ishana dan Cakra tentu diketahui oleh banyak orang. Terutama teman-teman seangkatan Ishana dan Cakra di SMA dulu. Sebab Cakra yang kala itu menjabat sebagai ketua OSIS, berpacaran dengan wakilnya sendiri, yakni Ishana.
Hubungan yang mulanya banyak dihadiahi kontra, sebab takut akan memengaruhi kinerja mereka sebagai ketua dan wakil OSIS. Tapi mereka bisa membuktikan bahwa hubungan mereka tak akan mengganggu jalannya organisasi. Dan akhirnya mereka dinobatkan sebagai pasangan hits di SMA-nya dulu. Hingga akhirnya keduanya kuliah di kampus yang sama, meski beda jurusan. Lalu sampai kini hubungan keduanya masih awet, dan hendak sah terikat dalam hubungan sakral pernikahan dalam waktu sebentar lagi.
Ishana menoleh ke samping, mengamati Cakra yang saat ini tengah fokus menyetir. Kedua sudut bibirnya kemudian terangkat. Pria di sampingnya ini sebentar lagi akan berganti status dari kekasih menjadi suami.
“Jangan ditatap terus dong, Na. Salah tingkah nih aku.” Cakra melempar kelakar demikian yang membuat Ishana semakin melebarkan senyumnya.
“Siap deh, calon suami.”
Lampu lalu lintas berwana merah. Cakra menghentikan mobilnya dan menoleh ke arah Ishana.
“Bentar deh, Na, itu kayaknya ada sesuatu di pipi kamu.” Cakra mengamati wajah Ishana dengan kening mengerut.
“Apaan?” Ishana menyentuh kedua pipinya, saat hendak melihatnya lewat rear view, Cakra lebih dulu mencegahnya.
“Agak deketan sini coba!”
Ishana tanpa rasa curiga mendekat ke arah Cakra. Lalu tak lama kemudian tangan Cakra terulur dan mencubit pipi Ishana dengan gemas.
“Gemesin banget sih calon istri aku.”
Ishana memukul tangan Cakra seraya mendengkus. Sedangkan Cakra terkekeh geli. Usia mereka benar bertambah dan hubungan mereka telah terjalin lama, tapi gaya pacaran mereka masih sama seperti dulu di SMA. Tidak banyak berubah. Dan hal itu kerap membuat teman-teman Ishana iri. Kata mereka, menemukan seseorang yang satu frekuensi itu sulit. Sesulit mencari seseorang yang bernama Suprapto di negara Korea Selatan sana.
Ishana dan Cakra habis makan malam bersama di luar. Sebenarnya ini malam terakhir mereka bertemu sebelum acara pernikahan dilangsungkan, yang mana itu tinggal satu minggu lagi. Dan saat ini keduanya tengah dalam perjalan menuju rumah Ishana. Lebih tepatnya Cakra mengantar Ishana pulang.
“Na, kamu tau kan kalau aku sayang banget sama kamu?” tanya Cakra tiba-tiba.
“Nggak tau, Cak.” Ishana menjawab enteng.
“Serius ih, Na.”
Ishana terkekeh. “Ya lagian pertanyaan kamu aneh banget sih. Ya jelas lah aku tau kalau kamu sayang aku. Kalau nggak, ngapain kita nikah coba?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Pernah Patah
Любовные романыMenikah dengan kekasih yang sudah menjalin hubungan selama sepuluh tahun dengannya adalah impian terbesar Ishana. Namun, rupanya takdir berkata lain. Di saat semua persiapan acara pernikahan hampir sempurna dan hari pernikahan tinggal menghitung jar...