part 3

78 12 7
                                    

Dari hari ke hari, setiap pagi, entah itu upacara atau pun sekedar apel pagi, Gemma selalu mengabsen Dylan.

Kelakuan Dylan yang setiap paginya selalu berbeda, secara tak sadar membuat Gemma semakin jatuh lebih dalam sedikit demi sedikit.

Mengucek mata, menguap, tertawa, berlarian, berjalan dalam keadaan mengantuk, berbincang dengan temannya, tebar pesona, menjaili anak orang-mencolek bahu- saat ia lewat, bahkan bernyanyi asal.

Sungguh, tak ada lagi yang membuat Gemma bahagia di pagi hari selain melihat Dylan dengan seribu satu macam kelakuan anehnya, yang menurut Gemma menggemaskan.

Sekali lagi. Bahagia itu sesedarhana ini.

Gemma tak tau apa yang membuat dirinya bisa jatuh sangat dalam kepada seorang Dylan Januar Nata, yang ia ketahui perasaannya terasa nyata, bukan karena tampang, otak, derajat, atau yang lainnya. Perasaannya murni karena dia adalah Dylan.

Hanya Dylan.

Dan setiap harinya, Gemma selalu berharap kalau Dylan bisa berbicara dengannya, lagi.

Gemma selalu mengikuti Dylan di kantin, modus membeli sesuatu yang lain di tempat Dylan berada, tetapi hal itu tidak membuat Dylan terpancing. Ia hanya akan melihat ke arah Gemma sekilas, tanpa sekedar menyapa, dan berlalu begitu saja.

Seakan mereka memang tak pernah mengenal, atau terlibat sesuatu barang sekali pun.

"Fel ... gue harus apa? Gak mungkin banget kan sel telur ngejar sperma. Kenapa sih dia gak mau tanggung jawab? Dia dengan seenak udelnya buat gue kek gini, tapi dianya kayak seakan lupa sama gue? Nyebelin." Gemma mengetuk-ngetukan pulpennya dengan kesal, yang menimbulkan suara bising.

Rafela yang sudah terlanjur kesal dengan tingkah Gemma, mengambil pulpennya dan langsung dimasukan ke dalam tempat pensilnya, "Berisik tau, alay banget sih lo."

"Terus gimana? Nama dia udah kepentek terlalu kuat di hati gue, Fel."

"Ya lo usahalah kalo mau dapetin Dylan. Saingan lo telalu banyak Gem, gak bakalan juga lo bisa dapetin seorang Dylan tanpa usaha."

"Kan gak ada sejarahnya sel telur ngejar sperma."

"Terus lo masih mau nurutin kata-kata lo barusan? Gapapa sih, asal lo bisa nunggu gajah ngelahirin burung onta, atau Putri duyung ngelahirin singa."

Gemma menenggelamkan kepalanya dalam lipatan tangannya, ia tak menyangka bisa bertahan duduk sebangku dengan Rafela sampai sekarang, bahkan dari sejak kelas sepuluh.

Kenapa masa SMA saat sedang jatuh Cinta selalu terlihat gampang, di seluruh cerita yang ia baca? Nyatanya, Gemma tak merasakan sedikit pun di kehidupannya sekarang.

Imajinasi memang terkadang bisa membuat sakit. Ekspetasi dan realita selalu berkebalikan.

Tepukan yang lumayan keras di bahunya, membuat Gemma menegakan badannya dengan malas. "Apaan?"

"Gue tau, mending lo deketin si Dylan pelan-pelan, lo kasih aja perhatian lo. Line dia setiap hari, beliin minum pas dia ada kegiatan lapangan, bawain makanan juga kalo perlu. Tapi lo line dianya jangan yang terlalu over, nanti takut dianya illfeel sama lo. Gimana? Bagus kan ide gue?"

Gemma tercengang mendengar penuturan Rafela, pasalnya itu cuma ada di sebagian cerita-cerita yang pernah ia baca.

Apa ia juga harus? Apa nanti bakal berpengaruh? Kalau berpengaruh baik, Gemma akan sangat bersyukur, tapi kalau nanti malah sebaliknya? Gemma bahkan tak akan pernah berani berhadapan dengan Dylan nanti.

"Emang itu beneran ampuh?"

"Bukannya lo sering baca cerita yang kek gitu ya?"

"Ya kan itu cuma di cerita. Emang ampuh beneran?"

"Ya kalo lo gak mau nyoba, lo gak boleh ngomong itu ampuh atau enggak."

Gemma merenggut rambutnya frustasi, memang tak ada cara lain untuk mendapatkan Dylan selain cara tersebut.

Persetanan dengan apa yang selalu ia berbicarakan tentang tak ada sejarahnya sel telur mengejar sperma.

"Gue harus ngedeketin dianya berapa lama?" tanya Gemma lesu. Baru kali ini ia mengejar lelaki, biasanya ia lah yang selalu dikejar sejak masih sekolah dasar.

"Sebulan-dua bulanan kali ya? Sampe dia balesanya beda, atau sampe lo cape dan gak ada kemajuan, lo mending mundur, percuma juga kan? Jangan hubungin dia lagi, kali aja dia ngerasa kehilangan nanti."

Rafela menepuk-nepuk kepala Gemma, bermaksud menyemangati. "Fighting chingu."

-TBC-

***

Fyi aja, sebenernya malu banget ngepost cerita ini. Ya … cuma buat kenang-kenangan aja XD

Saranghae, Dylan!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang