part 6

57 7 34
                                    

Pagi ini, Gemma sedang memakan nasi gorengnya, ditemani dengan ocehan mamanya yang sedang 'berceramah' untuk adiknya yang menyebalkan.

Tak dihiraukannya nyanyian pagi mamanya, Gemma masih memakan sarapannya dengan lahap.

Terdengar bunyi klakson motor yang disusul oleh suara salam dari luar. Ketiganya saling lirik, bingung karena kedatangan tamu pada pagi hari.

"Temen kamu kali tuh, bukain gih." Patuh, Fadil membukakan pintu, dan kembali masuk dengan senyuman yang menyebalkan ditambah alis yang dinaik turunkan, melihat itu kontan membuat Gemma mual seketika.

"Assalmualikum, Tante." Detik itu juga, Gemma membeku ditempatnya. Melihat sosok lelaki yang kini sedang menyalimi tangan mamanya.

"Waalaikumsalam, duduk dulu, temennya Gemma ya? Namanya siapa?"

"Iya, Tan, Dylan."

"Temen? Udah pacaran kali, Bang." Jangan salahkan bila Gemma kesal dengan adiknya, di samping mempunyai sifat yang menyebalkan, adiknya juga sangat senang mencampuri urusannya.

Dylan terkekeh ringan mendengar celetukan adik Gemma. "Belom, kok."

"Belom?" Skeptis, mata serta mulut Fadil membulat mendengarnya, "berati akan dong ya," lanjutnya.

"Hehe, gak tau. Ini mah tergantung Gemmanya."

Ini buruk. Tak baik bagi jantungnya yang bekerja dengan cepat pada pagi hari, ini benar-benar buruk.

"Oh gitu, belom dua tahun ya berati?"

"Dua tahun apaan tuh?"

"Enggak, kirain." Fadil masih menejek Gemma dengan tatapannya yang menyebalkan.

"Dylan mau sarapan gak nih? Masih ada nasi gorengnya, mau tante ambilin?"

"Gak bisa sarapan dia, Ma. Gak biasa makan pagi." Gemma mendongakan kepalanya, dan bingung ketika melihat mamanya, adiknya, serta Dylan yang sedang menatapnya sambil tersenyum.

"Tau aja, Lo."

Gemma kembali menundukan kepalanya, merutuki dirinya sendiri, bagaimana bisa ia sebodoh ini di pagi hari, ditambah di depan Dylan?

Nasi goreng di hadapannya seperti tak habis-habis, sungguh Gemma ingin berangkat saat ini juga.

"Kapan-kapan ke sini lagi ya, bang. Main PS kita."

"Siap, gampang itu mah."

"Weh, Gem. Kok lu gak pacaran, tapi kecengannya banyak banget sih?"

Gemma tak menghiraukan ucapan Fadil, ia masih terus memakan nasi gorengnya yang tak kunjung habis.

"Rizal, Satria, Dikcy, One, Bayu, Atallah, Aji, Marsha, Noval, Fausta, Abi, belom yang lu bawa ke sini pake motor gede, mana mukanya beda-beda. Waduh, jangan mau sama Gemma, Bang. Bahaya."

Dylan hanya terkekeh ringan mendengar ledekan adik Gemma itu. Ia sedikit merasa kesal dan iri disaat yang bersamaan.

Kesal karena banyaknya lelaki di kehidupan Gemma, dan iri karena ia adalah anak tunggal.
Mungkin ia akan senang bila mempunyai adik atau kakak di rumah, sehingga rumahnya tak akan terasa sepi lagi.

Berucap syukur dalam hati, Gemma memakan suapan terakhirnya, lalu meminum teh manisnya, "Ma, Gemma berangkat. Ayo, Kak."

"Tante, Dylan berangkat dulu ya. Sekalian nanti ijin mulangin Gemma agak telat. Boleh, Tan?"

"Boleh, hati-hatinya." Dylan menganggukan kepalanya patuh.

"Fadil, duluan."

"Yoo."

Saranghae, Dylan!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang