shocked

109 11 1
                                    

senyum ku memudar, ketika kaki ku sudah berada di dalam rumah ini. 'tidak terasa, baru tadi pagi aku meraksakan senang yang bukan main' hati ku berbicara

aku melihat ibu dan ayah ku datar, begitu juga dengan mereka. aku mendekati mereka, menyalami tangan mereka. tetapi dalam keadaan diam.

"ada masalah apa?"tanya ku sambil meminum segelas air. masih diam, cuma ada suara tv lah yang terdengar disini

"aku ingin kau duduk, sekarang!" kata ayah ku. seperti biasa, nada suaranya memang selalu terdengar membentak. aku turuti kemauan mereka, menatap mata mereka berdua

"kami berdua ingin cerai"

kata mereka bersamaan, aku sangat terkejut. dan mulai mendongak kan kepala ku. dadaku mulai nyeri, tangan dan kaki ku mulai ngilu, air mataku pun menetes dengan perlahan

'apa yang telah mereka lakukan?' 'kenapa tiba-tiba?' 'walau biasa nya mereka memang tak saling berbicara,setidak nya mereka peduli satu sama lain' 'dibalik kesedihan ku, dari semenjak 2 tahun yang lalu. mereka tidak pernah lagi melihat apa kabar ku, apa yang sedang aku lakukan, apa aku sedang sedih?, apa saja kegiatan ku? dan sekarang, tiba-tiba aku mendengar mereka berdua ingin cerai? yang benar saja!' aku tidak bisa mengeluarkan kata-kata ku. yang ada hanya desak tangis ku.

"terserah kau ingin ikut dengan ku atau ibumu ini!"sambung ayah ku. aku berlari ke kamar ku, membanting pintu kamar ku sangat keras. 'mengapa ibuku diam saja?' 'apa ia menerima perlakuan dari suami nya begitu saja?' 'ia tak pernah memikirkan aku!' aku menenggelamkan kepalaku di bantal, dan mulai berteriak

"apa salah ku!!" "apa aku menyusahkan kalian?" aku nangis sejadi-jadinya.

aku masih bisa menerima kejadian 2 tahun ini. tidak ada kasih sayang, aku di biarkan saja seperti apa maunya aku, dibiarkan tinggal sendiri didalam rumah saat suasana diriku sednag sangat berantakan. kini mereka ingin cerai? apa mau mereka?

tangis ku mulai mereda, aku melihat kearah jam dinding ku, jam 5.30 sore. dengan langkah gontai aku menuju kearah kamar mandi. aku sempat melihat ke arah cermin di kamar mandi ku. kantung mataku yang mulai menghitam, hidung yang masih merah, serta sesenggukan yang masih terdengar. betapa buruk nya penampilan ku.

aku mulai berendam, aku melamun. pikiran ku masih kosong. masih terngiang-ngiang kata-kata ayah ku tadi. aku menenggelamkan kepala ku, dan mulai menaikan lagi. dengan mata yang masih tertutup, aku meratapi nasib ku. ah! bodoh sekali aku ini, dengan cepat aku mandi dan memakai baju ku. 

sudah malam, dari kamar ku aku bisa mendengar suara orang yang sedang berperang. untuk apa lagi mereka berperang. toh, mereka akan cerai juga nanti nya. 

aku memakai sweater dan kupluk ku. aku turun ke lantai dasar. mereka masih belum menghentikan aksi mereka. 

aku berjalan melewati ruangan, diamana aksi itu sedang berlangsung. dengan langkah lumayan cepat, mereka memandang ku. "untuk apa kalian masih berperang? toh akan pisah juga nanti nya."aku berbicara lumayan keras dengan mereka dan berjalan keluar dari rumah yang sebelum nya belum pernah terasa seperti neraka.

aku berjalan sendirian di tepi jalan. 'lebih baik aku kerumah opi.' aku memberhentikan taksi yang sedang beroperasi, masuk kedlamnya, dan menyebutkan tujuan ku.

knock..knock. aku mengetuk pintu itu beberapa kali. tapi belum ada yang membukakan pintu tersebut. knock..knock aku mengetuk(lagi) terdengar suara langkah kaki dari dalam.

aku mundur ssatu langkah, dan keluarlah pembantu rumah tangga Opi. "eh neng lea, ada apa neng?" kata mbak surti sambil melebarkan pintu

"biasa mbak, aku nyari Opi" aku melemparkan senyum ke mbak surti. "oh, masuk neng silahkan masuk. neng Opi ada dikamar nya." mbak surti mengizinkan aku masuk, kemudian dia menutup pintu besar itu.

aku berlari menuju kamar Opi, knock..knock "pi, nih aku" kata ku. "masuk aja le"teriaknya dari dalam kamar

aku masuk, dan Opi melihat penampilan ku. "heei, apa yang terjadi dengan kamu,"dia mendekat kearah ku. mataku mulai berair lagi. dia membuaka tangan nya, tanda bersedia untuk di peluk

aku memeluknya erat dan menagis di pundak nya. "nangis aja dulu le, nanti cerita ya" katadia sambil menepuk nepuk pundak ku

setelah beberapa menit, tangis ku mulai reda. aku melepaskan pelukan nya. "dah, sekarang cerita."kami duduk di balkon kamar nya.

"ayah dan ibuku ingin cerai" aku berkata dengan gemetar. tampak Opi terkejut.

"lalu?"katanya konsentrasi "ayah suruh aku untuk memilih ikut dengan siapa, antara dia dan ibu ku" kata ku, di sela sesenggukan ku.

"jadi kamu ingin ikut siapa?" tanya Opi, "kayak nya aku ikut tante aka aja di Bandung." kataku yakin

"yaaah, jauh dong" dia melemas

to be continued :) 

you should knowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang