Bagian 5

70 16 5
                                    

Zidan melempar pandangannya ke arah bunga mawar yang berada di toko seberang dari tempatnya berdiri. Ia merogoh sakunya yang kempes, ia tahu ia bukan tipe cowok kaya yang sering sekali memberikan kejutan manis untuk teman atau kekasihnya.

Kali ini Zidan memandang ada yang istimewa dari mawar merah di atas rak-rak kaca itu. Ia menerawang jauh, seandainya saja ia mampu untuk membeli lebih banyak barang-barang cantik. Namun ia sadar, ia tidak ingin menyeret masalah ini dalam kehidupannya lebih dalam lagi.

Apapun itu, Zidan selalu ingin bersyukur dan menjalani hidupnya dengan kotak-kotak kebahagiaan sederhana.

Ia melangkah. Meninggalkan toko bunga yang sedari tadi menjadi pusat perhatiannya.

***

Kiran menenelungkupkan wajahnya, sejak pulang sekolah pikirannya jadi kacau. Ia akhirnya memutuskan untuk pergi ke rumah Alyssa.

"Lyss, lo jangan main handphone mulu dong."

Alyssa mendongak, "lagian lo kenapa sih, dateng-dateng murung."

"Biasanya kan lo paling cempreng," lanjut Alyssa.

"Huft, gue nyesel dateng ke sini! lo mah nggak mau bantuin gue."

Alyssa mengangkat alisnya heran. Kiran memang aneh, dia tidak bicara satupun masalahnya, dan sekarang ia meminta bantuan.

"Ya udah kalau gitu lo pergi aja."

"Jadi lo ngusir gue? huh!"

"Ya udah gue pulang, lo tuh sahabat paling tega tau nggak sih!"

Kiran mencangklong tas biru mudanya dan beranjak pergi. Alyssa diam saja melihat wajah cemberut  Kiran.

Kiran melangkah kelur rumah. "Aaa, lo tetep nggak nyusul gue Lyssaa!"

"Ya udah gue pulang aja!"

Alyssa terkikik geli, sahabatnya yang satu ini benar-benar menggemaskan.

***

Semakin  ku menyayangimu
Semakin ku harus
Melepasmu dari hidupku
Tak ingin lukai hatimu lebih dari ini
Kita tak mungkin terus bersama...

Alunan musik dari kamar Ken terus menyeruak. Sedangkan si empunya asik melamun menatap tumpukan buku di atas meja belajarnya.

Ken tiba-tiba tersenyum. Ia menjerit tertahan. Ada sebuah ide gila melintas di pikirannya.

"Huaa! Kali ini pasti gue berhasil! Gue emang pinter!"

Harapan yang ia punya memang membuatnya menjadi sedikit tidak waras rupanya. Buktinya saat ini Ken sudah lompat-lompat di atas kasur abu-abu miliknya.

Jatuh cinta emang ada-ada aja.

***

"Zid, besok anter kakak ke pasar dulu ya."

Zidan melipat bukunya. Wajah lelah kakaknya menyapa. Kak Siti, kakak tertua dalam keluarga Zidan. Saat ini ia harus menjadi tulang punggung keluarganya.

Seharian Kak Siti bekerja di pasar, membantu pemilik toko mengemasi barang, menjual berbagai barang dan membersihkan toko. Zidan selalu berusaha membujuk kakaknya untuk tidak bekerja terlalu keras.

Zidan sadar, Ibunya kini sedang sakit. Tidak ada yang banyak Zidan lakukan selain berdoa dan membantu berjualan kue sepulang sekolah.

"Kak, Zidan pengin bantu kakak di Pasar?"

Kak Siti menghela napasnya, "udah, kamu sekolah aja yang rajin, jaga Poppy sama Ibu."

Poppy, adik satu-satunya Zidan. Saat ini usianya sudah tujuh tahun. Dan sudah duduk di bangku sekolah dasar.
Kak Siti tersenyum kecil. Kemudian melenggang pergi ke kamarnya. Zidan diam menatap tubuh kurus Kak Siti.

"Maafin Zidan kak, Zidan nggak bisa bantu kakak lebih dari ini," ucapnya pelan sambil mengangkat tas keranjang yang berisi kue-kue tradisional.

Sore ini ia akan kembali menawarkan kue buatan Kak Siti. Tidak ada yang ia harapkan selain kesembuhan Ibunya dan kebahagiaan keluarga kecilnya.

***

"Al, kamu beliin keju sama Cokelat ya di minimarket ujung kompleks, Mama mau bikin kue nih."

Alyssa menerima uang lima puluh ribuan dari tangan Mamanya.

"Kamu itu kok jarang senyum sih, jangan cuek-cuek atuh, siapa tau nanti ketemu cowok ganteng kan bisa buat gandengan pas pulang."

"Aduh Ma, nggak perlu bahas cowok deh!"

"Duh, jangan-jangan anak mama ini udah punya pacar lagi, jadi nggak mau bahas cowok lain."

Alyssa memasang wajah datarnya. Mamanya ini ada-ada saja. Sudah tau dirinya tidak terlalu suka membahas hal-hal seperti itu.

"Udah sana berangkat, jangan lupa kenalan ya, kasih tau mama kalau udah tau nama cowoknya ya!"

"Ihhh, Mamaa!"

***

"Jadi semuanya berapa Mbak?"

Alyssa terus menatap belanjaannya hingga tanpa sadar ia menabrak punggung seorang cowok di depan meja kasir.

"Aduh maaf," keluhnya saat merasa cowok tersebut menatapnya.

"Iya nggak apa-apa."

"Loh, Alyssa kan?"

Rafa tersenyum. Sedangkan Alyssa mati kutu.

Aaa, mama aku beneran ketemu cowok ganteng.

For AlyssaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang