Bagian 6

57 13 2
                                    

Hari ini Alyssa berangkat sedikit terlambat. Motornya masuk bengkel dan ia harus berangkat bersama kakaknya yang bisa dibilang lelet.

"Lyss, tumben lo telat? biasanya dari jam tengah tujuh lo udah duduk manis di depan kelas."

"Jamkos ya?"

"Ah, lo mah kebiasaan, ditanya malah balik nanya, jawab dulu kek."

"Emang gue mau jawab gitu?"

Gubrakk. Susah ngomong sama cewek cuek-able kaya Alyssa.

"Serah Al serah, capek gue." Brian, cowok berkacamata itu melenggang keluar kelas. Tak berniat lagi menanggapi ucapan Alyssa.

"Yuhuu, kok kita samaan ya Lyss, ada jamkos pagi ini?"

Suara Kiran menyapa telinga Alyssa yang baru saja memasang earphone-nya. Alhasil ia mengurungkan aktivitasnya sejenak.

"Huuu, ya iyalah kan guru-guru lagi pada rapat, ya pastinya lah bebas barengan!" seru Yuda, salah satu spesies XI Ipa 1 yang hobi ngerusuh di kelas.

"Cih, dasar tukang rusuh, lagi pada apa sih?"

Tampak Yuda dan antek-anteknya kini sedang tertawa terbahak-bahak sembari melihat ke layar Smartphone.

Sayup-sayup Kiran mendengar lagu yang sedang di putar oleh geng sedeng itu.

Hiji, dua... Hiji, dua, tilu Eta terangkanlah... Tung tang tung...

Kiran dapat melihat Bobby, cowok gendut yang termasuk dalam geng ajaib itu, kini sedang berjoget ria sambil tertawa kencang.

"Dih, mereka ini nggak mau diem ya barang sehari aja!"

"Dasar geng perusuh, senengnya bikin orang lain naik darah."

Omelan demi omelan meluncur dari bibir merah Kiran. Alyssa diam saja, ia merasa bingung dengan gadis dihadapannya, sikap moody nya memang tak bisa lepas.

Ia merasa baru saja kemarin ia melihat Kiran memasang wajah murung dan merajuk. Kini gadis di depannya itu kembali memasang wajah garangnya.

"Eh, Ken mana? kok gue nggak lihat sih?"

"Alahh, paling ketemu pacarnya."

"Apa? Ken punya pacar?"

Kiran terkejut bukan main. Masa sih Ken udah punya pacar? Ahh, bodo amat lah, ngapain juga gue peduli. Tapi...

"B aja kali."

Kiran melengos. Ia memang harus extra sabar saat berhadapan dengan gadis nggak pedulian seperti Alyssa.

"Hai, lo ngapain di sini?"

Basa-basi macam apa yang sedang dilakukan seorang Ken. Cowok ini yang biasanya setiap datang langsung bergaya tengil dan rusuh kini terlihat sedikit kalem. Alyssa benar-benar bingung dengan sikapnya.

"Lagi pada ngomongin gue ya, udah ngaku aja kali? nggak usah malu-malu siput gitu?"

"Serah lu Ken, serah!"

***

Zidan memilih diam. Memandang lapangan basket yang cukup luas. Ada beberapa siswa yang sedang beraktivitas di sana.

Di sinilah Zidan saat ini, di ruangan osis yang berada di lantai atas. Ruangan yang didominasi warna putih itu, menjadi daya tarik tersendiri bagi Zidan. Banyak ornamen-ornamen di dindingnya. Dan jendela kaca besar yang mengarah ke lapangan basket.

"Zid, lo mau es jeruk nggak?"

Zidan lantas menoleh, kemudian tersenyum saat Bunga berdiri dengan dua gelas es jeruk di tangannya.

"Makasih."

Bunga ikut tersenyum. Ia melempar pandangannya pada setumpuk kertas di tangan Zidan.

"Jadi tahun ini lo yakin mau ikut osis?"

Bunga duduk di samping Zidan, setelah ia menyerahkan satu gelas es jeruk kepada Zidan.

"Ya, gue rasa nggak ada salahnya gue nyoba serius kali ini."

"Ter-"

"Lo duduk aja Raf, gue ambil formulir dulu." Ucapan Bunga sontak terhenti ketika ada yang membuka pintu ruangan.

Keduanya serempak merubah air muka. Bunga dengan senyum simpulnya dan Zidan dengan wajah terkejutnya.

***

Alyssa mengamati tumpukan amplop berisi kiriman karya untuk dimuat dalam majalah sekolah. Bulan ini dengan tema persahabatan. Alyssa sendiri yang memintanya.

Satu yang membuat Alyssa heran, sejak kedatangannya ke ruang Jurnalistik, tumpukan amplop yang harusnya masih tersusun rapi, tetapi malah berantakan di atas meja. Padahal saat itu Alyssa belum menyentuhnya apalagi melihat isi amplopnya.

"Siapa sih yang berantakin!"

Plukk.

Tepat saat jemari Alyssa meraih tumpukan amplop itu, selembar foto terjatuh mengenai sepatu hitamnya. Alyssa memungutnya.

"My bestie..." gumamnya.

Foto dua orang cowok dengan tangan yang saling merangkul. Senyum yang terlihat berbeda. Cowok pertama dengan gaya calm-down dan cowok kedua dengan smirk face -nya.

Alyssa heran. Siapa yang sebenarnya telah mengobrak-abrik tumpukan amplop itu. Dan yang lebih herannya kenapa foto itu tidak terbalut selembar amplop. Siapa yang meletakannya?

Namun, Alyssa seperti pernah melihat wajah salah satu cowok dalam foto itu.

"Lyss!"

Suara Kiran memenuhi gendang telinga Alyssa. Ia sontak menyembunyikan foto itu dalam saku roknya.

"Nanti malem mau nggak anter gue ke butik kak Yuka."

Kiran mengambil satu bungkus makanan ringan yang tersusun rapi di atas meja besar ruang jurnalistik. Ia membuka dan menyodorkannya tepat di hadapan Alyssa.

"Boleh, tapi jangan lama-lama ya!"

Kiran mengangguk setuju, "Lyss, gue mau curhat boleh nggak sih? Gue tuh lag-"

"Nggak usah curhat masalah hati."

"Syedih hati adek, neng! Banyak yang php!"

"Adek tuh nggak bisa diginiin, adek lelah."

"Alay lo, hahaha!"

Alyssa memasukkan cemilan ke mulut Kiran dengan jumlah yang banyak.

Dengan santainya Alyssa meninggalkan Kiran yang mulutnya kini penuh dengan cemilan rasa cokelat itu. Alyssa sedeng, awas lo!






For AlyssaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang